Orang yang tergolong prediabetes memiliki kadar gula darah lebih tinggi dari normal, dan suatu saat – tetapi tidak selalu – bisa berkembang menjadi diabetes mellitus tipe 2. Dalam riset yang berlangsung hingga 25 tahun peneliti berhasil membedakan subtipe prediabetes.
Pada analisis yang mencakup data 25 tahun dan 899 individu, peneliti membedakan tipe-tipe prediabetes tersebut melalui serangkaian biomarker, seperti kadar glukosa, lemak hati, distribusi lemak tubuh, kadar lemak di darah dan faktor risiko genetik.
Ke enam subtipe tersebut memiliki risiko yang berbeda untuk berkembang menjadi diabetes tipe 2. Ini bisa bermanfaat bagi mereka yang berpotensi menderita diabetes untuk mencegah penyakit ini. Riset ini telah diterbitkan di jurnal medis internasional Nature Medicine.
“Untuk orang dengan prediabetes, hingga saat ini belum mungkin untuk memrediksi apakah mereka akan berkembang menjadi diabetes dan berisiko mengalami komplikasi serius seperti gagal ginjal, atau apakah mereka hanya memiliki bentuk yang tidak berbahaya dengan kadar gula yang sedikit lebih tinggi,” kata Hans-Ulrich Häring, salah satu peneliti dari Pusat Penelitian Diabetes Jerman (DZD).
Melansir Science Alert, subtipe prediabetes 1,2 dan 4 menunjukkan risiko diabetes yang rendah: mereka adalah partisipan dengan berat badan normal, atau mengalami kelebihan berat badan tetapi dengan metabolisme yang relatif sehat.
Sementara itu, klaster prediabetes 3, 5 dan 6 terkait dengan peningkatan risiko diabetes dan komplikasinya. Mereka yang berada di subtipe 3 memroduksi terlalu sedikit insulin secara alami, serta menunjukkan biomarker lain seperti ketebalan initma-media (IMT) yang lebih tinggi di pembuluh darah mereka. Intima-media merupakan ukuran ketebalan dua lapisan paling dalam dari dinding arteri.
Kelompok 5 mencakup orang-orang mengalami resistensi insulin dan juga dengan jumlah lemak hati yang lebih tinggi. Mereka di subtipe 6 memiliki lebih banyak lemak visceral (di dalam perut) dan sinus renal (lemak yang mengisi ruangan-ruangan di ginjal).
Walau subtipe prediabetes tersebut berisiko lebih rendah berkembang menjadi diabetes, dibandingkan tipe 3 dan 5, ada risiko kematian yang lebih tinggi dan lebih mungkin mengalami kerusakan ginjal.
“Seperti pada kondisi diabetes, juga ada jenis penyakit berbeda di tahap prediabetes, yang berbeda dalam kadar gula darah, kerja insulin dan sekresi insulin, distribusi lemak tubuh, lemak di hati dan risiko genetik,” kata Robert Wagner, ahli diabetes dari DZD.
Untuk menguatkan hasil riset tersebut, peneliti membandingkannya dengan analisa data 6.810 orang yang dikumpulkan di Inggris dari proyek yang berbeda. Subtipe yang sama diidentifikasi di sana, menggunakan marker dan metode yang serupa.
Seiring semakin banyaknya penderita diabetes di seluruh dunia - diperkirakan akan ada 700 juta orang penderita diabetes tipe 2 pada tahun 2045 - penting untuk melakukan pencegahan dini. Yakni ketika masih dalam kondisi prediabetes.
"Dalam studi selanjutnya, pertama-tama kami akan mencari tahu sejauh mana temuan baru ini dapat diterapkan untuk klasifikasi individu ke dalam kelompok risiko," kata ahli diabetes Andreas Fritsche, dari DZD. (jie)