Selama beberapa bulan terakhir polusi udara di Jakarta makin parah, masuk katogori tidak sehat berdasarkan Air Quality Index (AQI). Bagi Anda yang senang olahraga, khususnya outdoor (luar ruang) perlu melakukan persiapan untuk mengurangi risiko gangguan saluran napas.
Polusi udara berhubungan dengan penyakit paru dan pernapasan (seperti infeksi saluran pernapasan akut/ISPA, asma, bronkitis, penyakit paru obstruktif kronik/PPOK dan kanker paru). Juga penyakit jantung, stroke dan resistensi antibiotik.
Dr. Nuryunita Nainggolan, Sp.P(K), dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), menjelaskan beberapa data penelitian di Asia Pasifik menunjukkan bahwa pajanan polusi udara jangka pendek berhubungan dengan peningkatan gejala pernapasan seperti batuk, sesak napas dan peningkatan kunjungan rumah sakit karena infeksi saluran pernapasan, serangan asma dan PPOK.
“Sementara pajanan polusi udara jangka panjang (kronik) berhubungan dengan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), penurunan fungsi paru, peningkatan risiko timbul asma dan PPOK serta kanker paru,” katanya dalam konferensi pers, Jumat (18/8/2023).
Polusi udara di Jakarta yang makin parah, mempengaruhi individu yang kerap/hobi berolahraga di luar ruangan, misalnya jalan kaki, jogging, lari atau bersepeda.
Dr. Erlang Samoedro, Sp.P(K), FISR, pada kesemapatan yang sama menambahkan, olahraga 30 menit sudah diketahui membuat tubuh sehat, tetapi di satu sisi menghirup polusi udara justru merugikan.
“Ada dua parameter yang perlu diperhatikan, yakni tipping point dan breakeven point,” terang dr. Erlang.
Tipping point adalah di mana aktivitas fisik melebihi nilai tertentu tidak akan menambah manfaat kesehatan. Sementara breakeven point adalah di mana olahraga justru berdampak buruk untuk kesehatan saat melewati titik tertentu.
“Bersepeda 30 menit tipping point-nya adalah polusi udara sampai 95mg/m3 dan breakeven point-nya di 160mg/m3. Kalau Jakarta polusi udaranya 152 mg/m3 berarti masih bisa untuk bersepeda 30 menit,” urai dr. Erlang.
Sementara untuk jalan kaki 30 menit, tipping point-nya adalah kadar polusi udara PM (particulate matter) 2.5 berada pada nilai >200 mg/m3.
Sebagai informasi, udara dikategorikan sehat adalah bila kadar polutannya (PM2.5, PM10, ozone, NO2, dll) <50 mg/m3. Kualitas udara dengan nilai 100 – 150 mg/m3 dianggap tidak sehat untuk kelompok sensitif (anak-anak, ibu hamil, lansia dan penderita penyakit pernapasan). Nilai 151-200mg/m3 berarti tidak sehat, dan > 200 mg/m3 sangat tidak sehat.
“Pemilihan lokasi dan waktu melakukan aktivitas fisik juga penting. Olahraga 30 menit di area dengan polusi udara parah akan meningkatkan ikatan karbon dengan hemoglobin, menyebabkan kemampuan mengangkut oksigen dalam tubuh menjadi berkurang,” tukas dr. Erlang. “Sementara bila berada di area dengan kadar ozone yang tinggi bisa mengurangi fungsi paru.”
Mengantisipasi polusi udara di Jakarta yang makin parah, “Sangat penting untuk memantau kondisi/kualitas udara melalui berbagai aplikasi di ponsel atau internet sebelum beraktivitas di luar ruangan,” tambah dr. Nuryunita.
Pakai masker yang sesuai
Lebih jauh dr. Erlang menyarankan, bagi Anda yang ingin berolahraga outdoor sebaiknya menggunakan masker.
“Kalau kondisi udaranya tidak sehat, disarankan pakai masker. Masker yang tebal seperti N95 filtrasinya tinggi, tetapi lebih sulit bernapas. Jadi, pilihan masker tergantung jenis olahraganya. Jika olaraga yang butuh oksigen banyak, misalnya lari sprint gunakan masker yang tidak ketat.”
“Beda dengan jalan kaki santai yang tidak perlu mengonsumsi oksigen sangat banyak, pakai masker ketat tidak masalah,” papar dr. Erlang. Masker bedah yang memiliki kadar filtrasi hingga 87% adalah yang paling disarankan. (jie)