manfaat probiotik untuk alergi pada ibu dan bayi

Pola Makan Selama Kehamilan dan Risiko Alergi, Apa Probiotik Bermanfaat?

Alergi berasal dari bahasa Yunani Allon argon, yang berarti reaksi menyimpang terhadap berbagai rangsang/zat dari luar tubuh, misalnya terhadap makanan, debu atau obat-obatan.

Selain diturunkan, alergi dapat dipicu faktor lingkungan. Pada anak/bayi yang tidak punya bakat alergi dapat menjadi alergi (disebut proses sensitisasi) karena faktor lingkungan.

Atau terpapar makanan tertentu sejak dini, misalnya sea food, telur atau kacang tanah. Obat-obatan, terutama antibiotik dapat pula menjadi pencetus alergi. Terlalu sering memberikan antibiotik dapat meningkatkan risiko alergi. Demikian pula pada bayi yang tidak mendapat cukup ASI.

Apakah alergi memburuk selama kehamilan?

Selama periode kehamilan tubuh bisa bereaksi secara berbeda, misalnya menjadi sensitif terhadap bau tertentu. Reaksi alergi selama hamil pun bervariasi.

Menurut James Sublett, MD, pendiri Family Allergy & Asthma, di Louisville, Amerika Serikat, sekitar sepertiga calon ibu menemukan gejala alergi mereka cenderung memburuk selama kehamilan.

“Sepertiga lainnya menemukan gejala alergi mereka tetap sama. Dan sepertiga lainnya menemukan gejala alergi mereka benar-benar membaik selama kehamilan,” ujarnya di laman American College of Allergy, Asthma and Immunology.

Namun, hal yang paling penting untuk diketahui adalah bahwa asma dan masalah alergi lain berpotensi mempersulit kehamilan. Sekitar satu dari 100 wanita hamil menderita asma selama kehamilan.

Orangtua yang alergi kemungkinan besar akan menurunkan ke anaknya. Bila ibu memiliki alergi, bakat anak menjadi alergi adalah 30%. Kemungkinannya bertambah dua kali lipat jika kedua orangtua alergi.   

Pola makan selama kehamilan dan alergi

Pola makan selama kehamilan berisiko memicu alergi pada janin/bayi. Bahkan diet ibu sebelum hamil juga berpengaruh. Nour Baïz, dkk, meneliti pola makan ibu selama setahun sebelum kehamilan dan 3 bulan terakhir kehamilan, terhadap risiko alergi anak mereka.

Riset yang diterbitkan di jurnal AACI ini melibatkan 1140 ibu dan anak. Terdapat hubungan terbalik yang signifikan antara konsumsi sayuran hijau, kacang-kacangan dan telur sebelum kehamilan dengan kejadian asma dan rinitis alergi anak.

Studi ini juga menemukan hubungan positif yang signifikan antara asupan daging selama periode prakonsepsi (sebelum hamil) dan risiko mengi, rinitis alergi dan eksim pada anak.

Ini menguatkan riset sebelumnya oleh Supinda Bunyavanich, et al, di mana asupan kacang, susu dan gandum yang lebih tinggi selama awal kehamilan dikaitkan dengan penurunan kemungkinan asma dan alergi anak.   

Probiotik dan alergi

Probiotik tidak hanya menyehatkan saluran cerna. Banyak riset menegaskan manfaatnya dalam pencegahan alergi.

Bakteri baik ini – golongan Lactobacillus dan Bifidobacterium – dalam jumlah memadai di usus akan menjaga keseimbangan mikrobiota usus. Selanjutnya akan memodulasi sistem imun dan respons peradangan sistemik. Dengan demikian mempengaruhi perkembangan sensitisasi dan alergi.

Linghan Kuang, melakukan reviu 18 penelitian – melibatkan 4356 ibu hamil – membuktikan suplementasi probiotik dikaitkan dengan penurunan yang signifikan dalam risiko eksim atopik dan eksim tanpa heterogenitas yang signifikan.

Sejalan dengan studi tersebut, Organisasi Alergi Dunia (WAO) bahkan merekomendasikan konsumsi probiotik selama periode kehamilan, menyusui untuk mencegah alergi pada anak-anak.

Bakteri probiotik Lactobacillus casei strain Shirota (LcS) telah diteliti bisa memberikan efek anti alergi. Salah satunya oleh Manabu Tamura, dkk. Mereka meneliti efek minuman susu fermentasi mengandung LcS pada pasien rinitis alergi (pilek alergi) yang dipicu serbuk sari.

Partisipan diminta mengonsumsi susu fermentasi LcS atau plasebo selama 8 minggu. Konsumsi LcS memang tidak mencegah alergi pada mereka yang sensitif serbuk sari, tetapi bisa menunda munculnya alergi pada pasien dengan sensitivitas sedang hingga berat.

Disisi lain, Ivory, dkk (2008) juga melaporkan manfaat dari LcS terhadap penurunan konsentrasi antigen yang dapat menginduksi sitokin pemicu produksi IgE pada penderita seasonal allergic rhinitis (SAR).

Sementara itu, sebuah studi telah dilaporkan di Indonesia  oleh tim dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada 40 mahasiswa penderita rinitis alergi; dibuktikan dengan analisis IgE dalam darah sebagai penanda alergi spesifik.

Kadar IgE sebelum pemberian susu fermentasi LcS tercatat 291.881 IU/L. Setelah suplementasi LcS, nilai IgE yang diamati berkurang menjadi 141.431 IU/L. Peneliti menyimpulkan pemberian probiotik LcS kepada penderita rinitis alergi berhubungan dengan perbaikan gejala klinis alergi.

Mencegah kekambuhan

Sangat penting untuk mencegah alergi muncul selama kehamilan. Antara lain dengan menghindari paparan penyebab alergi (dari lingkungan) seperti serbuk sari, jamur dan bulu binatang.

Untuk alergi makanan, setiap ibu hamil perlu untuk mengurangi konsumsi makanan pemicu alergi. Termasuk juga makanan mentah sebaiknya tidak dikonsumsi. Sebaliknya konsumsi makanan yang bervariasi.

Pola makan selama kehamilan berhubungan dengan risiko alergi. Sementara konsumsi probiotik terbukti bermanfaat memperbaiki gejala alergi. (jie)  

___________________________________

Ilustrasi: https://www.freepik.com/free-photo/mother-with-her-child-home_7462973.ht...">Freepik