Peneliti dari University of Southern California, AS, berhasil menemukan gejala COVID-19 muncul dengan urutan tertentu.
Gejala COVID-19 seperti demam dan batuk, mirip dengan gejala infeksi pada umumnya, termasuk flu. Dalam riset terbaru ditemukan bagaimana urutan munculnya gejala COVID-19.
“Urutan gejala ini penting diketahui terutama bila mirip dengan gejala penyakit yang tumpang tindih, seperti pada flu,” kata Peter Kuhn, PhD, salah satu penulis riset tersebut.
Peneliti mengharapkan penemuan urutan gejala tersebut bisa membantu penderita untuk segera melakukan isolasi mandiri atau mendapatkan perawatan secepat mungkin.
Menggunakan data di China
Untuk memperkirakan urutan gejala, peneliti menganalisa rata-rata gejala yang dikumpulkan oleh WHO pada lebih dari 55.000 orang terkonfirmasi COVID-19 di China. Mereka juga melihat data dari hampir 1.100 kasus antara Desember 2019 hingga Januari 2020 yang disediakan oleh Komite Kesehatan Nasional China.
Sebagai pembanding dengan gejala dengan influenza, peneliti menggunakan data lebih dari 2.000 kasus di Amerika Utara, Eropa dan belahan bumi selatan yang dilaporkan antara tahun 1994 – 1998.
“Urutan gejala itu penting,” kata Joseph Larsen, penulis utama riset. “Mengetahui bahwa setiap penyakit berkembang secara berbeda berarti dokter dapat mengidentifikasi lebih cepat, apakah seseorang mengidap COVID-19 atau penyakit lain, yang membuat mereka dapat mengambil keputusan pengobatan yang lebih baik.”
Urutan gejala COVID-19
Menurut temuan studi tersebut, urutan munculnya gejala awal yang dialami pasien adalah sebagai berikut:
- Demam
- Batuk dan nyeri otot
- Mual atau muntah
- Diare
Penelitian tersebut juga menyatakan bila flu musiman lebih kerap diawali dengan gejala batuk, sementara COVID-19 dengan demam.
Gejala yang sangat luas
Dilansir dari Healthline, dr. Robert Glatter, dari Lenox Hill Hospital, di New York, AS, mengatakan, “Secara umum, meskipun demam biasanya merupakan gejala awal COVID-19, kenyataannya lihat lebih bervariasi. Beberapa pasien mungkin datang hanya dengan hilang kemampuan penciuman atau perasanya, dan selebihnya merasa sehat.”
“Saya juga melihat pasien datang dengan gejala COVID-toes (ruam merah keunguan di jari kaki) sebagai respons peradangan akut, tanpa adanya demam, batuk atau gejala pernapasan lainnya.”
Ia juga mengatakan beberapa pasien memiliki gejala malaise (rasa lemah, lesu, lemas), sakit kepala dan pusing, yang dalam beberapa hal mirip dengan gejala stroke, tetapi tanpa demam, batuk atau gangguan pernapasan.
“Saya juga melihat pasien datang hanya dengan nyeri dada, tanpa gejala pernapasan,” katanya. “Munculnya mual, muntah, dan diare setelah timbulnya gejala pernapasan seperti demam dan batuk juga dapat menunjukkan bahwa seseorang mungkin terkena COVID-19.”
Menurutnya bahwa hilangnya kemampuan penciuman dan perasa secara tiba-tiba, serta radang di kulit jari kaki (COVID-toes) mungkin merupakan petunjuk klinis penting yang dapat membedakan COVID-19 dari influenza musiman.
Dr. Glatter menekankan memahami gejala awal penting, tidak hanya membantu pasien untuk melakukan tes, tetapi juga mulai melakukan isolasi mandiri. “Ini juga menggarisbawahi pentingnya memakai masker dan kebersihan tangan saat muncul gejala,” pungkasnya. (jie)