osteoarthritis bisa menyerang orang muda akibat gaya hidup

Osteoarthritis Bisa Menyerang Orang Muda Akibat Gaya Hidup

Radang sendi atau osteoarthritis (OA) dikenal juga sebagai penyakit orang tua, tetapi fakta menyatakan mereka yang masih muda pun berisiko menderita osteoarthritis akibat gaya hidup.

Arthritis Foundation di Amerika memaparkan OA adalah masalah sendi yang paling kerap diderita warga usia lanjut. Tercatat sekitar 27 juta orang di AS menderita osteoarthritis. Pada dasarnya OA dapat mengenai semua sendi, namun yang paling umum adalah sendi lutut, pinggang, tulang belakang bawah dan leher.

Secara umum osteoarthritis disebabkan oleh beberapa hal.  Faktor genetik menyumbang lebih dari 50% dalam kejadian OA. Yakni ada ‘kesalahan’ dalam pembentukan cartigale, bantalan pelindung tulang dalam sendi. Atau, cartilage yang terbentuk lebih gampang rusak dibanding pada sendi orang normal. Abnormalitas ini dapat menyebabkan timbulnya osteoarthritis di usia 20 tahunan.

Penyebab kedua adalah berat badan dan obesitas. Kenaikan berat badan menambahkan tekanan pada bantalan sendi panggul dan lutut. Penumpukan lemak pun menjadi masalah tersendiri; jaringan lemak memroduksi protein (sitokin) yang bisa menyebabkan inflamasi di sekitar sendi.

Menurut dr. L. Andre Pontoh, SpOT (K), dari Jakarta Knee & Shoulder Orthopaedic Sports Center (JKOSC), RS Pondok Indah, Jakarta, saat kita berjalan di jalan datar terjadi tekanan ½ kali berat badan di sendi lutut. Pada orang gemuk dan obesitas tekanan sendi lutut semakin bertambah beberapa kali lipat.

“Demikian juga saat kita naik-turun tangga, bahkan tekanan saat turun lebih besar dibanding ketika naik,” ujarnya.

Penggunaan sendi yang berlebihan dan cedera adalah faktor penyebab berikutnya. “Ini biasanya terjadi pada mereka yang sejak muda punya gaya hidup berisiko tinggi, seperti pemain bola atau basket, mereka yang kerap naik turun tangga, dan lainnya,” ujar dr. L. Andre Pontoh, SpOT (K), dari Jakarta Knee & Shoulder Orthopaedic Sports Center (JKOSC), RS Pondok Indah, Jakarta.

“Demikian juga pada orang yang tidak terbiasa olahraga kemudia tiba-tiba melakukan olahraga high impact, risiko cedera lebih besar. Cedera sendi pada waktu muda juga meningkatkan risiko OA.”

Gejala

Gejala yang ditunjukkan berupa rasa sakit/nyeri sendi saat atau setelah bergerak. Kekakuan adalah gejala yang paling nampak, terutama sesaat setelah bangun pagi atau setelah berdiam lama.

Penderita juga mengalami penurunan fleksibilitas sendi – tidak bisa menggerakkan sendi secara penuh. Kadang akan terdengar suara kretekk saat sendi digerakkan. Tanda-tanda lain yang dapat dirasakan/teraba adalah timbulnya tonjolan di sekitar sendi yang bermasalah.

Pada sendi normal, tiap tulang dilindungi cartilage yang berbentuk seperti karet. Material ini membuat pergeseran antartulang di sendi menjadi halus. Pada kasus OA, ada kerusakan/penipisan cartilage yang menyebabkan rasa sakit/nyeri saat tulang di sendi bersinggungan.

Jika kondisinya memburuk, tulang yang saling beradu tersebut pun rusak. Tulang memiliki mekanisme regenerasi, maka terjadi usaha untuk menambal kerusakan tersebut. Namun, ini justru menyebabkan munculnya tonjolan – seperti taji ayam- di sendi. 

Kerusakan tersebut membuat serpihan tulang atau cartilage ‘mengambang’ dalam sendi, menyebabkan peradangan. “Kerusakan tulang rawan akan menyebabkan radang, ini ‘memancing’ produksi cairan yang berlebihan, sehingga lutut tampak bengkak,” papar dr. Andre.

Osteoarthritis  juga menyebabkan penurunan kekuatan otot quadriceps yang adalah stabilator utama sendi lutut dan sekaligus berfungsi untuk melindungi struktur sendi lutut. Pada penderita OA usia lanjut kekuatan otot quadriceps bisa turun 1/3-nya dibanding kelompok orang dengan usia sama tanpa OA.

Pada lansia, menderita OA berarti risiko terjatuh semakin tinggi. Arthritis Foundation mencatat, penderita OA berisiko 30% lebih banyak untuk jatuh, dan 20% mengalami patah tulang.

Mengenai orang muda

OA kini juga banyak menyerang orang berusia muda. Selain karena faktor genetik, kerusakan sendi pada usia muda biasanya disebabkan oleh trauma. Misalnya, pernah jatuh atau mengalami kecelakaan. Pengobatan yang tidak tuntas meningkatkan risiko terjadinya OA.

Pada orang-orang muda, penyebab kedua adalah gaya hidup. Saat ini orang muda lebih suka mengonsumsi makanan tinggi kalori dan minim sehat. Kurang olahraga menyebabkan munculnya masalah berat badan. Tak heran jika di usia 30 tahun sudah terkena OA.

Salah memilih jenis olahraga juga berisiko pada kejadian OA. Saat ini sedang terjadi tren lari, baik itu lari 5-10 km, lari marathon, sampai lari lintas alam (cross country) dengan medan pegunungan. Lari adalah olahraga yang sangat berisiko menyebabkan OA.

“Olahraga yang disarankan adalah berenang atau bersepeda statis karena tidak memberi tekanan pada sendi lutut,” ujar dr. Andre.

Demikian juga pekerjaan-pekerjaan tertentu lebih berisiko menyebabkan OA. Yakni pekerjaan yang menuntut seseoarang untuk berdiri dalam waktu lama, melakukan gerakan berdiri-jongkok-berdiri, mengangkat beban berat dapat mempercepat kerusakan cartilage.

“Pemakaian sepatu hak tinggi dalam waktu lama (sepanjang hari) dapat menyebabkan cedera lutut. Memakai sepatu hak tinggi >4 jam cenderung menyebabkan cedera,” imbuh dr. Andre. (jie)