Musim pancaroba membuat kasus ISPA (infeksi saluran pernapasan akut; baik di saluran napas atas atau bawah) semakin banyak, antara lain menyebabkan batuk. Beberapa orang merasakan batuk yang bertambah parah, khususnya setelah minum obat batuk tertentu.
Pada musim pancaroba (peralihan dari hujan ke kemarau, atau sebaliknya) tubuh merespons perubahan suhu temperatur, “Yang mengakibatkan penurunan imun tubuh. Hal ini berpotensi memicu infeksi atau penyakit lain,” kata Dr. apt. Lusy Noviani, MM, dosen FKIK Universitas Katolik Atma Jaya.
Patogen terhirup masuk ke rongga hidung, di sanalah sistem pertahanan tubuh mulai bekerja. “Penyaringan oleh silia dan pembentukan lendir. Patogen terperangkap oleh lendir - dikeluarkan tubuh dengan respons batuk. Tapi kalau lendirnya terlalu banyak, patogen yang terjebak (di lendir) akan tertelan dan masuk ke dalam tubuh, menyebabkan demam, dll,” terang Lusy dalam Webinar Kefarmasian, Rabu (7/2/2024) lalu.
Batuk merupakan gejala umum yang berkaitan dengan infeksi saluran napas atas. Sebagai informasi, batuk adalah mekanisme pertahanan alami tubuh untuk mengeluarkan benda asing dari saluran napas, dan melindungi saluran napas dari benda asing yang terhirup.
Di tahap awal terjadi batuk kering akibat respons inflamasi di saluran napas atas (hidung sampai tenggorok), bisa berlanjut ke saluran napas bawah (tenggorok sampai paru-paru) memicu batuk berdahak.
Batuk yang berlebihan membuat pasien tidak nyaman, sehingga perlu diobati. Pada beberapa orang mengalami batuk berdahak yang sulit dikeluarkan. “Pilihan obatnya bisa golongan mukolitik (untuk mengencerkan dahak) atau mukokinetik yang membantu memecah lendir untuk dikeluarkan,” Lusy menjelaskan.
Sebaliknya jika dahak terlalu banyak, pilihan obat adalah golongan mukoregulator, untuk menurunkan produksi lendir yang terlalu banyak.
Kasus lain yang banyak terjadi, menurut Lusy adalah setelah minum obat batuk beberapa orang merasa batuknya bertambah parah.
“Banyak pertanyaan mengapa batuk bertambah parah setelah minum obat - mengandung bromhexine hcl?” imbuh Lusy. “Refleks batuk merupakan hal yang normal dan diperlukan karena merupakan reaksi terhadap sirup bromhexine hcl yang mengandung ekspektoran untuk memaksimalkan pengeluaran dahak yang berlebihan di saluran napas.”
Sebagai informasi, selain mukolitik, mokokinetik dan mukoregulator, ada juga obat batuk golongan ekspektoran yang bekerja meningkatkan produksi dahak sehingga lebih mudah dikeluarkan melalui batuk.
Baca: Batuk Tak Kunjung Sembuh: Kenali 4 Jenis Obat Batuk Ini
Apt. Lusy menambahkan, bromhexine memiliki tiga mekanisme terhadap batuk. Pertama, mengencerkan dahak – dengan meningkatkan pengeluaran cairan serous bronkial. Kedua, memecah fragmen yang sudah terbentuk sehingga mengurangi kekentalan dahak.
Terakhir, mengaktifkan silia (rambut getar) di saluran pernapasan sehingga memperbaiki respons pengeluaran dahak. Ketiga efek tersebut diakui Lusy menimbulkan efek batuk seperti bertambah parah setelah minum obat.
Jadi, Anda tidak perlu khawatir jika batuk seperti bertambah parah setelah minum obat golongan bromhexine.
Efektivitas bromhexine
Penelitian Olivieri D, et al, di jurnal Respiration menunjukkan efektivitas bromhexine dalam pengobatan pasien bronkiektasis, kondisi di mana terjadi kerusakan dan pelebaran tidak normal di bronkus dan saluran napas yang menyebabkan penumpukan lendir dalam paru-paru.
Disimpulkan bila bromhexine memperbaiki gambaran klinis pasien. “Bromhexine mengurangi batuk pada penderita bronkoektasis,” kata Lusy. “Bahkan pada riset lain tentang bromhexine dan antibiotik, bromhexine meningkatkan penetrasi dan konsentrasi antibiotik dalam jaringan paru, sehingga memberikan respons klinis yang lebih baik.”
Studi oleh Roa CC, dkk, tersebut dilakukan pada 392 pasien pneumonia atau bronkitis akut usia 15 – 60 tahun. Mereka dibagi menjadi kelompok bromhexine 8 mg + amoksisilin 250 mg, dan kelompok amoksisilin 250 mg saja. Hasil studi menunjukkan 46% pasien pada kelompok 1 sembuh, sementara pada kelompok 2 persentase kesembuhan lebih kecil (34%).
Obat batuk yang mengandung bromhexine hcl boleh diberikan pada anak-anak usia 2 tahun ke atas dan dewasa. Namun, sebaiknya dihindari selama kehamilan 3 bulan pertama (trimester I), ibu menyusui dan mereka yang menderita tukak lambung. (jie)