sapri pantun meninggal akibat diabetes
sapri pantun meninggal akibat komplikasi diabetes

Komedian Sapri Pantun Meninggal Akibat Diabetes, Bagaimana Komplikasi Diabetes Bisa Berujung Kematian?

Kabar duka datang dari dunia komedi tanah air. Komedian Sapri Pantun meninggal dunia pada Senin (10/5/2021). Almarhum Sapri sebelumnya sempat menjalani perawatan di ruang ICU Rumah Sakit Sari Asih Ciledug, Tangerang karena diabetes.

Kabar meninggalnya Sapri Pantun dikonformasi oleh adik kandungnya, Dolly. Melalui instagramnya, Dolly juga mengabarkan mengenai meninggalnya Sapri Pantun.

Menurut Dolly, diabetes telah menyebabkan komplikasi hingga ginjal dan pembuluh darahnya bermasalah. "Di kaki ini menyumbat (pembuluh darahnya), jadi kakinya mengecil," ungkap Doli.

Gara-gara diabetes kadar gula darah Sapri bahkan mencapai 1.143 mg/dl, membuat dua kakinya mengalami penyumbatan darah. Di bagian bawah hingga telapak kaki, kulitnya menghitam.

Mengutip Kapanlagi.com, sahabatnya Eko Patrio mengatakan Sapri Pantun harus menjalani perawatan intensif di rumah sakit, salah satunya karena pola makan yang tidak teratur. Ternyata, Sapri termasuk komedian yang doyan minum minuman dingin ketika berada di lokasi syuting.

"Iya dia sendiri cerita, dia seneng minum yang namanya mohon maaf, drink-drink yang kayak model cappucino, cincau, dia bilang seger dan segala macem, syuting jam 11 malem makan gorengan dan sebagainya," kata Eko.

Sebagai informasi, minuman tersebut diatas dikenal mengandung gula tinggi. Bintang sinetron Jodoh Wasiat Bapak 2 dan pemain Pesbukers ini meninggal di usia 49 tahun.

Kadar gula darah normal

Gula diperlukan tubuh sebagai energi. Tetapi pada penderita diabetes terjadi gangguan penyerapan gula.

Pada diabetes tipe 1 (diabetes dari lahir) terjadi karena sistem kekebalan tubuh penderita menyerang dan menghancurkan sel-sel pankreas yang memroduksi insulin, hormon yang berperan agar gula bisa diserap oleh sel-sel tubuh.

Sementara untuk diabetes tipe 2 (karena gaya hidup dan keturunan), konsumsi makanan/minuman tinggi gula yang terus menerus menyebabkan resistensi insulin. Ini keadaan di mana sel-sel tubuh menjadi kurang sensitif terhadap insulin, sehingga gula dalam darah tidak bisa secara efisien diolah dalam sel.

Berikut kisaran kadar gula darah normal pada tubuh:

  1. Sebelum makan: sekitar 70-130 mg/dL
  2. Dua jam setelah makan: kurang dari 140 mg/dL
  3. Setelah tidak makan (puasa) selama setidaknya delapan jam: kurang dari 100 mg/dL
  4. Menjelang tidur: 100 – 140 mg/dL

Diabetes dan komplikasinya

Diabetes bisa menimbulkan komplikasi pada banyak organ tubuh. Serangan jantung dan stroke adalah dua komplikasi tersering yang menyebabkan kematian. Selain itu berisiko menyerang sistem saraf dan mengakibatkan gangguan ginjal.

Dr. Wismandari Wisnu, Sp.PD-KEMD, dari Divisi Metabolik Endokrin, Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSCM/FKUI menjelaskan, glukosa yang tinggi dalam pembuluh darah menyebabkan lapisan dalam dinding pembuluh darah rusak.

Di satu sisi menyebabkan perubahan sifat kolesterol jahat (LDL: low density lipoprotein), menjadi lebih mudah menempel/menumpuk di dinding pembuluh darah. Sedangkan kolesterol baik (HDL: high density lipoprotein) terganggu produksinya.

“Hal ini mengakibatkan penumpukan lemak dan gangguan kelenturan dinding pembuluh darah. Terjadi kondisi yang disebut aterosklerosis,” katanya.

Aterosklerosis mengganggu aliran darah menuju organ, di antaranya jantung dan otak. kerusakan otot jantung yang luas dapat menyebabkan jantung gagal memompa darah ke seluruh tubuh, berisiko kematian mendadak.

Sementara komplikasi diabetes ke ginjal tergantung dari faktor genetik, kontrol gula darah dan tekanan darah.

Ginjal adalah organ penyaring, dengan tingginya glukosa darah secara menahun akan merusak kemampuan ginjal menyaring produk yang tidak diperlukan tubuh.

Terjadi kebocoran protein – terdeteksi dengan adannya protein dalam urin. Jika terjadi terus-menerus, ginjal memerlukan terapi pengganti dengan “cuci darah” atau transplantasi ginjal.

Gangguan saraf terjadi pada 60% penderita diabetes menahun. Penderita merasa kesemutan, baal dan / atau nyeri. Gangguan saraf ini memudahkan diabetesi mengalami luka tanpa disadari.

Luka pada kaki yang tidak tertangani dapat berujung pada amputasi, risikonya 25 kali lebih besar dibanding non diabetes. (jie)

Baca juga: Diabetes Tingkatkan Risiko Kanker