Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga menyebutkan setiap dua detik, satu orang di dunia meninggal karena penyakit kardiovaskular (sakit jantung).
Di Indonesia, Yayasan Jantung Indonesia (YJI) mengeluarkan data yang cukup memrihatinkan, yakni sekitar 2,8 juta orang Indonesia menderita penyakit jantung. Negara melalui BPJS di tahun 2018 harus menanggung biaya Rp 9,3 triliun untuk pengobatan penyakit jantung.
Penyakit jantung koroner terjadi akibat penyempitan pembuluh darah koroner di jantung, menyebabkan serangan jantung. Otot jantung tidak berfungsi karena kekurangan pasokan oksigen sebagai dampak dari penyempitan.
Penyakit jantung koroner memiliki tanda-tanda, baik yang khas atau tidak.
Nyeri dada khas
Menurut Prof. Dr. dr. Idrus Alwi, SpPD, KKV, FACC, spesialis kardiovaskular dari RS MMC Jakarta, penanda khas serangan jantung adalah nyeri di dada tengah atau kiri, terasa seperti diperas, ditekan, tertimpa benda berat atau terbakar. Nyeri bersifat tumpul.
“Nyeri dada tersebut biasanya dipicu oleh aktivitas atau stres/emosi. Nyeri berkurang ketika istirahat,” terang Prof. Idrus dalam acara Gaya Hidup Versus Penyakit Jantung, di Jakarta (10/10/2019).
Nyeri dada terasa menjalar ke bahu, lengan kiri, tembus ke punggung dan leher. Lamanya bisa kurang dari 20 menit, atau lebih dari 20 menit bila ada sumbatan total. Nyeri tidak dipengaruhi oleh posisi tubuh.
Tanda tidak khas
Pada lansia, penderita diabetes dan perempuan gejala serangan jantung akibat PJK yang muncul kerap kali tidak khas. Biasanya muncul sebagai sesak dada, atau perasaan tidak nyaman di dada.
Bisa juga jantung terasa berdebar-debar (dikenal dengan istilah palpitasi), yang disertai dada seperti diremas-remas.
Kadar gula darah tinggi diketahui bisa merusak pembuluh darah dan sistem saraf yang bertugas mengantarkan sinyal ke otak. Ini menyebabkan rangsang atau gejala serangan jantung yang muncul tidak khas.
“Pada lansia disebabkan karena proses degenerative (penuaan), gejalanya biasanya sesak, ini terkait karena fungsi sarafnya yang sudah mulai mundur,” tambah Prof. Idrus.
Gejala serangan jantung pada wanita bisa menyerupai keluhan maag. Penderita merasa mual, ingin muntah, perut sesak dan nyeri lambung.
Penelitian juga menunjukkan, pada wanita gejala serangan jantung yang kerap ditemukan seperti napas pendek atau sesak, lemah, dan letih tanpa tahu penyebabnya.
“Memang tidak semua nyeri dada adalah tanda serangan jantung. Nyeri dada seperti rasa terbakar bisa juga penanda penyakit GERD (gastroesophageal reflux disease / asam lambung naik), ini biasanya berhubungan dengan makanan. Atau bila nyeri dada dipengaruhi oleh posisi tubuh, biasanya masalah otot,” kata guru besar Ilmu Penyakit Dalam FKUI ini.
Pertolongan pertama
Bila terjadi serangan jantung- terutama nyeri dada yang khas – perlu segera dilakukan pertolongan pertama.
“Pada nyeri dada khas secepatnya dirujuk ke rumah sakit. Di rumah bisa diberikan obat nitrat (nitrogliserin) di bawah lidah untuk mengurangi nyeri, atau aspirin dikunyah supaya penyerapannya lebih cepat untuk menghambat pembekuan gumpalan di pembuluh darah,” terang Prof. Idrus.
Sebagai tambahan, faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner antara lain merokok, mengonsumsi alkohol, kurang aktivitas, mengidap diabetes, hipertensi, kolesterol tinggi, kegemukan/obesitas. (jie)
Baca juga : Benarkah Omega 3 Bermanfaat Untuk Mencegah Serangan Jantung?