Hubungan seks saat dilakukan dengan menyenangkan dan tanpa paksaan punya banyak manfaat secara fisik dan psikologis, seperti menurun tekanan darah, meningkatkan sistem imun dan membuat Anda tidur lebih lelap.
Selama melakukan aktivitas seksual dan mencapai orgasme tubuh akan melepaskan hormon oksitosin - disebut juga hormon cinta – yang penting untuk membangun rasa percaya dan ikatan antarindividu.
Tetapi Dr. David Gaze, PhD, ahli patologi kimia dari University of Westminster, Inggris, mengingatkan ada kasus kematian setelah berhubungan intim, walau tergolong rendah yakni 0,6% dari seluruh total kasus kematian mendadak.
“Ada banyak penyebab kenapa ini terjadi. Sebagian besar disebabkan oleh tekanan fisik dari aktivitas seksual, atau efek obat-obatan yang diresepkan (misalnya obat untuk disfungsi ereksi), atau obat ilegal seperti kokain. Mungkin juga keduanya,” terang Dr. Gaze, melansir The Conversation.
Risiko meninggal akibat serangan jantung pascahubungan intim semakin tinggi seiring bertambahnya usia. Riset postmortem forensik di Jerman pada 32.000 kasus kematian mendadak selama periode 33 tahun menemukan bahwa 0,2% kasus terjadi selama aktivitas seksual.
Kematian mendadak paling banyak terjadi pada pria (rerata usia 59 tahun) dan paling kerap disebabkan oleh serangan jantung (myocardial infraction). Penelitian tentang kematian mendadak dan aktivitas seksual di AS, Prancis dan Korea Selatan juga menemukan hasil yang mirip, Dr. Gaze menambahkan.
Tidak hanya usia paruh baya
Baru-baru ini, peneliti di St George’s, University of London (Inggris) menemukan fenomena kasus kematian setelah beruhubungan intim tidak hanya terjadi pada pria paruh baya.
Riset yang diterbitkan di JAMA Cardiology (2022) ini meneliti kematian mendadak pada 6.847 kasus yang dirujuk ke pusat patologi cardiak di St George’s antara Januari 1994 - Agustus 2020.
Dari jumlah tersebut, 0,2% (17) terjadi baik selama atau dalam satu jam aktivitas seksual. Rata-rata usia kematian adalah 28 tahun, dan 35% kasus terjadi pada wanita. Jumlah ini lebih tinggi dari penelitian sebelumnya.
Kematian setelah berhubungan intim ini umumnya tidak disebabkan oleh serangan jantung, seperti yang terlihat pada pria yang lebih tua. Separuh kasus (53%) ditemukan bila struktur jantung tetap normal, sebaliknya kasus gangguan irama jantung mendadak – disebut sindrom kematian aritmia mendadak (SADS)- ditengarai sebagai penyebabnya.
“Diseksi aorta adalah penyebab terbesar kedua, 12%,” imbuh Dr. Gaze. Di sini lapisan-lapisan dinding pembuluh darah arteri dari jantung yang memasok darah ke seluruh tubuh robek dan darah mengalir di antara lapisan-lapisan itu, membuatnya menonjol dan pecah.
Kasus kematian lainnya disebabkan oleh kelainan jantung seperti kardiomiopati (kelainan otot jantung yang membuatnya sulit memompa darah ke seluruh tubuh) atau masalah genetik langka channelopathies.
Itu merupakan suatu kondisi di mana saluran ion yang memungkinkan sodium dan potasium keluar masuk sel di otot jantung tidak bekerja normal. Perubahan sodium dan potasium di dalam sel bisa merubah aliran listrik otot jantung sehingga mempengaruhi detak jantung.
Dr. Gaze mejelaskan, irama jantung yang berubah akan menyebabkan kekurangan oksigen dan dapat memicu serangan jantung mendadak. Jantung berhenti berdetak.
Studi baru ini menunjukkan bahwa kematian setelah berhubungan intim pada orang di bawah 50 tahun terutama disebabkan oleh sindrom kematian aritmia mendadak atau kardiomiopati.
Orang dewasa muda yang didiagnosis dengan kondisi ini perlu berkonsultasi dengan ahli jantung, tukas Dr. Gaze, tentang risiko yang terkait dengan aktivitas seksual. (jie)