kapan perlu lalukan deteksi dini kanker prostat

Kapan Perlu Lakukan Deteksi Dini Kanker Prostat?

Kanker prostat semakin meningkat kejadian dan prevalensinya di Indonesia. Pada pria dengan risiko tinggi, disarankan deteksi dini secara berkala.

Kanker prostat merupakan kanker kedua terbanyak yang terjadi pada pria, menurut World Center Research Fund pada 2018.

Deteksi dini kanker prostat akan mempercepat penanganan kanker prostat sehingga berdampak pada peningkatan harapan hidup yang signifikan. Sebanyak 99% pasien kanker prostat yang terdeteksi dini dan diobati pada stadium dini memiliki harapan hidup hingga 10 tahun serta kualitas hidup yang baik.

Dr. dr. Irfan Wahyudi, SpU(K), Kepala Departemen Urologi FKUI-RSCM menjelaskan, salah satu tahapan penting dalam memulai tatalaksana kanker prostat adalah deteksi dini yang perlu dilakukan sesegera mungkin.

“Pasien kanker prostat yang didiagnosis dan ditatalaksana pada stadium dini, ternyata memiliki angka harapan hidup selama 10 tahun mencapai di atas 90%. Angka ini akan menurun sampai menjadi 50% apabila ditemukan pada stadium lanjut,” katanya dalam virtual media briefing, Senin (6/9/2021).

Sayangnya, di Indonesia saat ini sebagian besar kasus kanker prostat baru ditemukan dalam stadium lanjut (stadium 4) dan kebanyakan dari mereka datang/terdiagnosa pada usia 60-79 tahun.

Lantas kapan mulai skrining kanker prostat? Dr. Agus Rizal A.H. Hamid, SpU(K), PhD, Ketua Prostate Cancer Awareness Month menjelaskan, deteksi dini kanker prostat seyogyanya dilakukan sejak seorang pria berusia >50 tahun, terutama dengan keluhan gangguan berkemih.

“Atau, pria 45 tahun ke atas dengan riwayat kanker prostat dalam keluarga,” katanya.

Deteksi dini kanker prostat dilakukan antara lain lewat anamnesa (wawancara) dengan melihat riwayat medis pasien dan keluarga, colok dubur, pemeriksaan darah PSA (antigen spesifik prostat) dan biopsi prostat.

Colok dubur sangat sederhana, “Namun efektif untuk menilai ukuran prostat, konsistensi, bentuk dan adanya abnormalitas bentuk prostat. Hasil colok dubur yang abnormal merupakan indikasi untuk biopsi prostat,” imbuh dr. Agus Rizal.

Pemeriksaan PSA merupakan alat utama skrining kanker prostat. Nilai normal PSA adalah <4ng/ml. Kemungkinan terjadi kanker prostat meningkat seiring peningkatan PSA. Tetapi perlu dicatat, nilai PSA juga dapat meningkat pada pembesaran prostat jinak, prostatitis dan kondisi tumor jinak lainnya.

Baca: PSA Tinggi Belum Tentu Kanker Prostat, Bisa Karena 7 Hal Ini

Jika dicurigai adanya kanker prostat, konfirmasi diperoleh melalui biopsi prostat dan/atau pemeriksaan pencitraan (CT scan atau mpMRI).

Jika seseorang didiagnosa dengan kanker prostat ia harus menjalani beberapa terapi, tergantung pada stadium kankernya. Pada kanker prostat stadium rendah dapat dilakukan pemantauan ketat, operasi dan radioterapi.

Untuk stadium lanjut yang terlokalisir, dr. Agus Rizal menerangkan, akan dilakukan radioterapi. Sedangkan untuk kasus kanker prostat yang sudah menyebar, dipilih terapi hormonal dan kemoterapi.

Sebagian besar tidak merasakan gejala

Kanker prostat dapat terjadi pada seseorang karena faktor usia, ras, riwayat keluarga, perubahan gen, sindrom metabolik seperti diabetes, kolesterol dan obesitas.

Selain itu, kebiasaan merokok, pola diet yang tidak baik serta kurang olahraga bisa meningkatkan risiko terkena kanker prostat pada pria.

Dr. Agus Rizal menjelaskan sebagian besar penderita kanker prostat stadium awal tidak menyadari adanya gejala. Gejala baru terasa saat kanker sudah menyebar ke organ lainnya.

Gejala yang dikeluhkan meliputi:

  1. Gangguan berkemih
  2. Adanya darah pada urin atau air mani
  3. Disfungsi ereksi
  4. Sakit pinggang, punggung dan tulang iga
  5. Kelemahan pada tungkai/kaki
  6. Ketidakmampuan mengontrol kandung kemih.

“Kanker prostat juga dapat menyebar ke organ-organ terdekat, seperti kandung kemih, tulang atau organ lain. Kanker prostat yang menyebar ke tulang dapat menyebabkan nyeri dan patah tulang,” jelasnya.

Untuk menurunkan risiko kanker prostat, lakukan pencegahan dengan perbanyak konsumsi buah dan sayuran, memilih makanan sehat dibandingkan supplemen, olahraga teratur, menjaga berat badan, dan rutin lakukan konsultasi dokter. (jie)

Baca juga: Mengecilkan Pembesaran Prostat Tanpa Operasi