insulin 2 in 1 lebih mudah kendalikan gula darah

Insulin 2 in 1 Lebih Mudah Kendalikan Gula Darah dan Capai Target Terapi Diabetes

Saat ini masih banyak penderita diabetes yang takut jika harus disuntik insulin sebagai terapi pengendalian gula darah. Alhasil gula darah sulit dikontrol. Inovasi terbaru menggabungkan insulin kerja panjang dengan kerja pendek ke dalam insulin 2 in 1, sehingga hanya dengan satu suntikan sehari gula darah terkendali.

Ketua Perhimpunan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, SpPD-KEMD mengatakan, “Meski insulin sudah ada selama 100 tahun lalu, selalu ada tantangan dan kebutuhan pasien yang belum terpenuhi ketika melakukan terapi insulin. Pasien membutuhkan prosedur terapi yang lebih sederhana.”

Penelitian Nathan D, et al., menunjukkan bahwa insulin tetap merupakan terapi penurun gula darah yang paling efektif, dibanding terapi penuruan gula darah lainnya (perubahan gaya hidup dan obat antidiabetes).

Tetapi Data yang dimuat di jurnal Tropical Medicine & International Health (2018) menyatakan hanya sekitar 30% pasien diabetes yang bisa mencapai target terapi (nilai HbA1c <7%), akibat prosedur terapi yang kompleks. HbA1c adalah rerata nilai gula darah dalam 3 bulan terakhir.   

Guideline American Diabetes Association tahun 2015, merekomendasikan pemberian insulin basal (insulin kerja panjang untuk menurunkan gula darah puasa) pada penderita diabetes yang tidak mencapai target penurunan HbA1c setelah 3 bulan menggunakan monoterapi metformin.

Sedangkan dalam konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes mellitus tahun 2015, insulin basal langsung diberikan dalam kombinasi dua obat, ketika pasien datang dengan HbA1c > 7,5%.

Insulin basal diberikan malam sebelum tidur, atau pagi hari. Kadang pasien diabetes juga membutuhkan insulin tambahan (insulin prandial) untuk mengontrol gula darah setelah makan. Sehingga dalam satu hari pasien kadang membutuhkan hingga 4 kali suntikan insulin.

Prosedur terapi yang kompleks dapat menurunkan tingkat kepatuhan pasien dan menyebabkan kegagalan dalam menurunkan target terapi HbA1c < 7%. Selain itu pemakaian insulin juga berisiko menyebabkan efek samping hipoglikemi (gula darah kurang dari normal).

“Mengendalikan gula darah sesuai target terapi sangat penting untuk menghindari risiko komplikasi, baik di pembuluh darah mikro (gangguan retina, ginjal hingga saraf) atau pembuluh darah makro (menyebabkan penyakit jantung dan stroke),” imbuh Prof. Suas – demikian ia akrab disapa- dalam diskusi virtual Experience the Freedom with Co-formulation Insulin, Kamis (25/2/2021).

Untuk mengatasi tantangan tersebut, inovasi 2-in-1 insulin co-formulation IDegAsp memberikan prosedur yang lebih sederhana untuk dijalani oleh pasien.

Insulin 2 in 1 ini merupakan kombinasi insulin basal generasi baru dan insulin prandial dalam satu suntikan. Keunggulan insulin 2 in 1 ini selain menyederhanakan terapi, juga menurunkan risiko hipoglikemi, terbukti menurunkan tingkat HbA1c dan mengontrol gula darah setelah makan.

IDegAsp merupakan co-formulation pertama, terdiri dari 70% insulin degludec yang akan memenuhi kebutuhan basal 24 jam dengan sekali penyuntikan, dan 30% insulin aspart untuk mengcover kebutuhan gula darah setelah makan.

Kenapa butuh terapi insulin?

Kontrol gula darah akan mengalami kemunduran bersamaan dengan waktu, meski telah diberi obat-obatan oral antidiabetes.

Prof. Suas menjelaskan bahwa diabetes adalah penyakit yang progresif, seiring perjalanan penyakit terjadi penurunan fungsi sel beta pankreas (yang memroduksi insulin), sehingga suatu saat butuh terapi insulin.

“Fungsi sel beta akan memburuk kalau gulanya tinggi terus, istilahnya gula akan meracuni sel beta,” tukasnya.

Pada penderita diabetes tipe 1, di mana tubuh tidak bisa memroduksi insulin, terapi suntik insulin merupakan mutlak diperlukan. Sementara pada diabetes tipe 2 (tubuh masih memroduksi insulin) terapi dimulai dari perubahan gaya hidup.

Obat antidiabetes digunakan jika terapi gaya hidup gagal. Selanjutnya memakai insulin jika obat antidiabetes pun gagal mengendalikan gula darah.

“Tetapi ada orang-orang yang sejak awal terdeteksi diabetes dengan HbA1c yang tinggi, sehingga langsung butuh terapi insulin,” imbuh Prof. Suas.

Formulasi insulin 2 in 1   

Dalam acara tersebut, Vice President & General Manager Novo Nordisk Indonesia, Anand Shetty mengatakan, terdapat lebih dari 10,7 juta penderita diabetes di Indonesia dan angka ini diperkirakan akan mencapai 16,6 juta pada tahun 2045.

“Dengan menghadirkan 2-in-1 insulin co-formulation IDegAsp, kami membawa salah satu inovasi terapi insulin terbaru dan memperluas akses perawatan diabetes bagi masyarakat. Ini merupakan langkah kami dalam upaya meningkatkan kepatuhan pasien diabetes saat menjalankan terapi insulin,” kata Anand.

Ditambahkan oleh Prof. Suas, “Tetapi apapun obatnya, baik itu oral atau insulin, kalau diabetes pola makan harus ditata sesuai 3 J (jenis, jumlah dan jadwal makan).” (jie)

Baca juga : Hindari Komplikasi, Kontrol HbA1c