ini yang terjadi di tubuh saat berhenti makan fast food
ini yang terjadi di tubuh saat berhenti makan fast food

Ini yang Terjadi di Tubuh saat Berhenti Makan Fast Food

Tidak ada yang mengatakan kalau Anda harus menghilangkan sepenuhnya kentang goreng, pizza, burger atau ayam goreng dari menu. Tetapi bila Anda berpikir untuk berhenti makan fast food – setidaknya mengurangi – untuk kesehatan, ada beberapa manfaat yang terlihat.

Fast food atau makanan cepat saji cenderung terdiri dari bahan-bahan seperti karbohidrat olahan dan gula tambahan. Juga tinggi garam dan lemak jenuh, terang Bianca Tamburello, RD, dietisien di FRESH Communications.

Semua komponen tersebut bisa berdampak buruk untuk kesehatan jantung, usus dan metabolisme tubuh. Padahal penting untuk menjaga keseimbangan makro dan mikronutrien, meningkatkan asupan serat, vitamin dan mineral untuk mencegah penyakit tidak menular tersebut.

Berikut yang terjadi di tubuh saat berhenti makan fast food. Dan bagaimana caranya berhenti/mengurangi konsumsi makanan cepat saji.

Kesehatan usus lebih baik

Membatasi makan cepat saji bisa meningkatkan kesehatan pencernaan, karena memberikan lebih banyak porsi untuk makanan utuh yang kaya serat dan probiotik.

Tamburello mengatakan, “Makanan cepat saji tinggi lemak dan gula dapat merusak usus dengan mendorong pertumbuhan bakteri patogen. Konsumsi lebih banyak makanan tinggi serat dan makanan kaya probiotik akan memberi makan bakteri baik usus, dan meningkatkan keseimbangan mikrobiota usus.”

Studi tahu 2021 di jurnal Diabertes Care menemukan mereka yang makan daging goreng (fast food) empat kali seminggu memiliki keragaman mikrobiota usus yang lebih rendah dan penurunan jenis bakteri yang mampu mencegah obesitas dan resistensi insulin.

Risiko penyakit jantung turun

Kerap mengonsumsi makanan tinggi lemak jenuh akan menaikkan LDL (kolesterol jahat) dan tekanan darah. Ini akan menempatkan Anda pada risiko tinggi penyakit jantung dan stroke.

Sebaliknya, saat berhenti makan fast food – setidaknya membatasinya – berarti Anda, “mengonsumsi lebih sedikit sodium (garam), lemak jenuh dan gula tambahan, yang bisa meningkatkan kesehatan jantung melalui tekanan darah dan kadar kolesterol yang lebih baik,” imbuh Tamburello, melansir Live Strong.  

Gula darah yang lebih terkontrol

Tidak ada salahnya sesekali menyantap es krim sundae, tetapi menyantap makanan dengan gula tambahan terlalu sering akan meningkatkan risiko diabetes tipe 2, juga sindrom metabolik lainnya.

Sindrom metabolik berbahaya karena merupakan kumpulan penyakit seperti hipertensi, diabetes, obesitas sentral, dan kolesterol atau trigliserida tinggi. Meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke.

“Konsumsi lebih banyak lemak tak jenuh (lemak sehat) sebagai ganti lemak jenuh dari makanan cepat saji terbukti mencegah resistensi insulin, yang berarti kontrol gula darah lebih baik dan mencegah diabetes,” Tamburello menjelaskan.

Tidur lebih baik dan lebih berenergi

Tidur lebih nyenyak mungkin bukan sesuatu yang Anda pikirkan ketika berhenti makan fast food, tetapi karena makanan ini biasanya banyak diproses dan tinggi gula tambahan, mereka dapat menyebabkan lonjakan gula darah dan kemudian turun rendah. Ini bisa memicu kerusakan energi dan mengacaukan tidur Anda.

Membantu turun berat badan

Makanan cepat saji sangat tinggi kalori, dibandingkan makanan utuh seperti buah dan sayur. Walau berhenti makan fast food saja tidak akan menurunkan angka timbangan Anda, ini tetap berkotribusi untuk tujuan penurunan berat badan Anda.

Memperbaiki kesehatan mental

Riset tahun 2017 di jurnal BMC Medicine mencatat penderita depresi mayor yang mengikuti diet tinggi serat, biji-bijian utuh, kacang-kacangan dan protein minim lemak, serta memangkas asupan fast food selama 12 minggu, mengalami perbaikan gejala depresi dan kegelisahan. (jie)