Sebagian besar orang mengerti jika probiotik bermanfaat untuk kesehatan, tidak hanya di saluran cerna, bahkan untuk imunitas, hingga bagi penderita diabetes. Namun ada keraguan di masyarakat terkait gula tambahan pada minuman probiotik: apakah tetap aman, terutama bagi penderita diabetes?
Probiotik berarti mikroorganisme hidup, dengan strain level dan karakteristik jelas (misalnya Lactobacilluscasei strain Shirota, L. acidophilus CL1285, L. casei Lbc80r, atau L. casei DN114001), yang dalam jumlah memadai akan membawa manfaat kesehatan saat dikonsumsi.
Menurut International Probiotics Association (IPA), untuk bisa disebut suplemen / minuman probiotik, bakteri hidup (strain per strain-nya) harus sudah diuji klinis – kemudian diriviu oleh sesama peneliti - dan terbukti bermanfaat untuk kesehatan.
“Makanan dan minuman fermentasi seperti kimchi, kombucha atau kefir mungkin mengandung bakteri hidup, tetapi biasanya tidak memenuhi tingkat bukti yang diperlukan (jumlah atau strain spesifik bakteri) untuk disebut probiotik, karena efek kesehatannya belum dikonfirmasi atau dikaitkan dengan mikroba dalam produk dan campurannya mungkin sebagian besar belum dikarakterisasi,” tulis IPA dalam laman resminya.
Prof. Dr. Ir. Endang S. Rahayu, MS, peneliti probiotik sekaligus Guru Besar Mikrobiologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, UGM, menjelaskan strain (galur) mikroorganisme sangat penting. Strain yang berbeda dari spesies yang sama dapat memberikan efek kesehatan yang berbeda.
“Setidaknya produk probiotik minimal mengandung 1 milyar bakteri hidup,” kata Prof. Trisye, demikian ia biasa disapa.
Gula tambahan dalam minuman probiotik
Prof. Trisye menerangkan, pada proses pembuatan minuman probiotik (misalnya susu fermentasi yang mengandung probiotik), gula dibutuhkan sebagai makanan bakteri probiotik.
“Terjadi pertumbuhan, jumlah sel meningkat drastis. Sumber gula yang digunakan oleh bakteri berasal dari laktosa (gula alami susu),” ujarnya dalam webinar Bijak Memilih Minuman Manis, Sabtu (14/9/2024).
Kemudian gula tambahan (sukrosa) diberikan untuk memberikan rasa manis untuk kita, imbuhnya.
Terkait gula tambahan pada minuman probiotik, Mieke Mayasari, SGz, MPH, dietisien dari RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta berkomentar, “Sama seperti ‘sendok gula membantu obat masuk ke dalam tubuh’, sedikit gula tambahan untuk meningkatkan kelezatan makanan padat gizi tidak masalah.”
Pemerintah dan organisasi kesehatan secara umum menganjurkan konsumsi gula maksimal 10% dari total kalori harian, terutama dalam makanan seperti yogurt atau sereal gandum utuh, atau makanan sehat lainnya.
Selain itu, “Tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa gula dalam produk ini mengurangi manfaat kesehatan yang terkait dengan mengonsumsi makanan seperti yogurt atau probiotik.”
“Studi pada manusia yang menilai manfaat kesehatan dari makanan probiotik biasanya menggunakan produk dengan tambahan gula, namun efek kesehatannya masih terlihat,” Mieke menjelaskan.
Saat memilih minuman probiotik, penting untuk memperhatikan volume sediaan minuman probiotik, banyaknya kandungan gula dan pertimbangkan pilihan less sugar (jika tersedia dalam produk yang sama). Kemudian, bandingkan dengan kebutuhan/ anjuran tiap individu.
Namun di atas semua itu, yang terpenting adalah perhatikan asupan gula harian harian Anda secara keseluruhan. Pilihlah jenis yang tawar - minimal less sugar - untuk mengendalikan tingkat kemanisan.
Prof. Trisye menambahkan, jangan sampai karena takut terhadap gula dalam minuman probiotik, kemudian tidak mengonsumsi probiotik.
“Bakteri probiotik (dengan strain spesifik yang sudah terbukti ilmiah bermanfaat) akan bertahan dalam usus selama 2 minggu setelah kita konsumsi. Jadi kalau berhenti mengonsumsinya, bakterinya juga tidak ada lagi di usus kita. Ini pentingnya kita rutin mengonsumsi minuman probiotik,” pungkas Prof. Trisye. (jie)
Baca juga: Diabetes dan Manfaat Probiotik Menurut Penelitian