Dalam proses pencernaan, peran asam lambung sangat penting. Sebelum sampai ke lambung, makanan yang masuk lewat mulut harus melewati saluran esophagus atau kerongkongan. Panjang kerongkongan bukan sebatas leher, tapi sampai ke bagian dada sebelum lambung.
“Nah, asam lambung membantu mengurai makanan supaya lebih mudah diserap tubuh,” ujar Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH., MMB.
Asam lambung diproduksi di lambung. Karena sifatnya yang asam, zat ini bersifat korosif (mengikis); dalam hal ini lambung mampu bertahan karena di dinding lambung terdapat lapisan pelindung. “Asam lambung berbahaya jika keluar dari lambung. Beberapa organ tubuh yang tidak mempunyai lapisan pelindung akan terganggu dan kesehatan pin terganggu,” jelas Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.
Bila produksi asam lambung berlebihan, cairan lambung dapat mengalami refluks atau mengalir naik ke saluran cerna atas. Gejala asam lambung naik adalah kondisi normal yang dialami banyak orang, terutama setelah makan.
Namun bila kondisi tersebut sering terjadi, dikenal dengan istilah GERD (gastro esophageal reflux disease), yaitu kondisi di mana isi perut seperti makanan dan cairan beserta asam lambung naik ke kerongkongan. Kalau maag terjadi di lambung, GERD terjadi pada saluran cerna bagian atas (kerongkongan).
Mengapa terjadi refluks
Setiap individu memiliki sensitivitas asam lambung berbeda-beda, tergantung pola makan dan gaya hidup. Faktor yang berperan dalam terjadinya GERD, adalah melemahnya fungsi cincin otot di ujung kerongkongan (spinter gastro esofageal), efek iritasi oleh asam lambung, terlambatnya pengosongan isi lambung dan meningkatnya tekanan dalam perut.
Pada GERD, spinter gastro esofageal tidak menutup dengan benar. Normalnya, otot ini mengendur sehingga makanan mudah masuk dari kerongkongan ke perut, kemudian menutup lagi sehingga makanan di perut tidak bisa kembali ke kerongkongan. Pada penderita GERD, otot tidak berfungsi dengan baik.
Menurut Prof. Ari, kondisi abnormal ini muncul dipengaruhi oleh beberapa faktor. Studi menunjukkan, semakin bertambahnya usia seseorang, kekuatan spinter gastro esophageal melemah. Kegemukan dan kehamilan meningkatkan risiko tekanan pada lambung. Pada mereka yang gemuk, jika tidur terlentang sehabis makan, membuat tekanan di lambung tinggi sehingga makanan bisa naik ke kerongkongan.
Dan bagi merekayang hamil, selain terjadinya peningkatan tekanan lambung, peningkatan kadar hormon selama kehamilan juga dapat melemahkan spinter gastro esophageal.
Hiatus hernia adalah kelainan bawaan di mana pangkal lambung yang seharusnya terletak di diafragma perut, tertarik/terdorong ke atas sehingga berada di rongga dada. Kondisi ini mengganggu fungsi spinter gastro esophageal, dan memudahkan terjadinya refluks asam lambung ke kerongkongan.
Beberapa makanan dan minuman juga dapat memicu produksi asam lambung. Yakni makanan yang bersifat asam dan atau pedas serta merangsang. Termasuk makanan berlemak.Faktor psikis/ kejiwaan juga bisa meningkatkan produksi asam lambung.
Hasil studi menunjukkan, kecemasan, stres dan depresi berhubungan dengan risiko 2-4x lipat terjadinya GERD. Beberapa peneliti percaya, bahan kimia otak cholecystokinin berperan dalam timbulnya GERD pada orang dengan gangguan kecemasan.
Rokok ditengarai bisa memicu GERD, karena paparan asap rokok berpotensi merusak selaput lendir di kerongkongan. Ini meningkatkan pengeluaran asam lambung, melemahkan spinter gastro esophageal dan mengurangi produksi air liur yang memiliki efek menetralkan asam.
Dada seperti terbakar
Gejala GERD serupa dengan maag, antara lain: nyeri ulu hati dan lambung, mual, muntah, sulit menelan, sering sendawa, serak, batuk terutama di malam hari dan radang tenggorokan.
Gejala paling khas dari GERD adalah rasa nyeri seperti terbakar di bagian belakang tulang dada (heartburn) dan naiknya aliran rasa asam ke rongga mulut. Gejala ini biasanya dirasakan setelah makan dan saat tidur.
Heartburn pada penderita GERD, kadang juga dirasakan seperti tekanan dan menyebabkan gangguan irama jantung, sehingga sering disalahartikan sebagai nyeri jantung atau serangan jantung.
Memicu kanker kerongkongan
Jika GERD tidak segera diatasi dapat menyebabkan komplikasi, antara lain radang, pendarahan dan batuk. Akibat lebih lanjut, jaringan mukosa bagian bawah kerongkongan yang teriritasi oleh asam lambung membengkak dan lubang bawah kerongkongan menyempit, membuat penderita sulit menelan.
“Walau minum banyak, tidak banyak membantu. Bahkan bisa menyebabkan makanan dan air tertahan di kerongkongan, menimbulkan rasa sakit dan muntah,” tutur Prof. Ari.
Pada mereka yang telah lama mengidap GERD, komplikasinya bisa berupa terbentuknya jaringan pada dinding kerongkongan atau kanker kerongkongan. Kondisi yang disebut sebagai “Kerongkongan Barrett” ini terjadi pada sekitar 10% orang dengan GERD. (puj)