“Microwave Ablation”: Pengobatan Kanker Hati Tanpa Operasi
kanker_hati_ablation

“Microwave Ablation”: Pengobatan Kanker Hati Tanpa Operasi

Kanker hati menempati urutan 5 kanker terbanyak di Indonesia. Pengobatan kanker hati kini tidak terbatas pada operasi terbuka. Sudah ada metode pilihan pengobatan lain, misalnya dengan microwave ablation (MWA).

Berdasarkan asalnya, kanker hati dibagi jadi dua, yaitu kanker primer yang berasal dari hati sendiri, dan sekunder, yaitu metastasis dari kanker di organ lain. Kanker hati primer disebut sebagai hepatocellular carcinoma (HCC) atau karsinoma hepatoseluler. “Ini yang paling banyak terjadi. Utamanya terjadi pada mereka yang mengalami peradangan kronis atau menahun di hati,” ungkap Prof. Dr. dr. Rino Alvani Gani, Sp.PD-KGEH dalam diskusi media bersama RS Pondok Indah Group di Jakarta, Kamis (16/10/2023).

Karsinoma hepatoseluler berawal dari sel-sl hati yang tidak normal. “Bisa disebabkan oleh virus seperti hepatitis B dan C, perlemakan hati, atau konsumsi alkohol. Akibat hal-hal tersebut, bisa terbentuk fibrosis hati, yang lemudian berkembang menjadi sirosis. Dari sirosis mulai muncul benjolan, hingga akhirnya menjadi kanker,” jelas Prof. Rino.

Menurutnya, perjalanan penyakit hati hingga menjadi kanker cukup panjang, bisa sampai 20-30 tahun. “Jadi bila dilakukan deteksi dini, maka seharusnya kanker hati bisa diketahui ketika masih di stadium awal. Namun sayangnya, sebagian besar datang di stadium lanjut karena sering kali tidak bergejala. Begitu gejala muncul, maka sudah terlambat,” paparnya.

Pengobatan Kanker Hati dengan "Microwave Ablation"

Ada begitu banyak pilihan pengobatan kanker hati. Di samping terapi konvensional seperti operasi, kemoterapi dan radioterapi, juga telah berkembang pengobatan lain yang inovatif. Salah satunya yaitu Microwave Ablation (MWA). “Terapi ini menggunakan gelombang microwave atau gelombang mikro berfrkuensi tinggi. Kanker dipanaskan sampai suhu tertentu hingga hancur,” terang Prof. Rino. Namun perlu diingat,

MWA dilakukan secara minimal invasive. Cukup dengan anestesi lokal dan sedasi ringan, lalu jarum tipis khusus dimasukkan ke hati dengan panduan USG/CT. “Kemudian, gelombang mikro dialirkan melalui jarum untuk menghasilkan panas tinggi. Sel kanker terbakar dan hancur, sementara jaringan hati yang sehat tetap terjaga,” papar Prof. Rino. Setelahnya, pasien dipantau sebentar di ruang perawatan.

Dibandingkan dengan operasi terbuka (konvensional), metode MWA lebih nyaman karena prosedurnya sederhana; hanya membutuhkan luka sayatan kecil untuk memasukkan alat. “Pemulihan cepat, biasanya dirwat satu hari saja, lalu pasien bisa pulang,” ujar Prof. Rino.

Keunggulan lainnya, “Microwave ablation menargetkan kanker secara presisi. Dan jaringan hati yang sehat tidak ikut terbakar.” Prosedur ini juga bisa dikombinasi dengan terapi lain yang sesuai.

Apakah MWA bisa dilakukan pada semua stadium kanker hati? “MWA bisa menjadi pilihan terapi bagi pasien dengan kanker hati stadium awal, yang ukuran tumor biasanya di bawah lima senti,” ucap Prof. Rino. Pada kanker yang ukurannya >5 cm masih mungkin dilakukan selama fungsi hati masih baik, tapi mungkin prosedur tidak cukup hanya satu kali. “Kita evaluasi dulu sebulan. Kalau ternyata perlu diulang, maka kita lakukan lagi,” imbuhnya.

MWA bisa dikerjakan pada kanker hati primer maupun sekunder. menurut berbagai penelitian, tingkat keberhasilannya setara dengan operasi terbuka, untuk kanker ukuran <5 cm. “Untuk survival rate pada kanker sekunder, tergantung dari kanker induknya,” jelas Prof. Rino.

Pasien dengan kondisi medis yang tidak memungkinkan untuk dilakukan operasi juga dapat ditangani dengan MWA. Selain itu, metode ini juga kerap dilakukan pada pasien dengan kanker hati yang muncul kembali (rekurens).

Yang terpenting, untuk dilakukan MWA, fungsi hati masih baik. Ini bisa dilihat dari beberapa parameter, antara lain: belum ada asites (penumpukan cairan di perut), dan bilirubin masih di bawah tiga,” ujar Prof. Rino. “Bila fungsi hati sudah menurun hingga moderat pertimbangannya harus lebih hati-hati, dan bila penurunan fungsi hati sudah berat maka tidak bisa lagi dilakukan,” imbuhnya.

Perlu digarisbawahi, MWA belum menggantikan operasi; operasi masih menjadi pengobatan standar kanker hati. Terapi konvensional masih jadi pilihan utama. Terapi-terapi lain seperti MWA bisa menjadi pilihan pada kondisi tertentu sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. (nid)

__________________________________________

Ket. Foto: Prof. Dr. dr. Rino Alvani Gani, Sp.PD-KGEH