Baru-baru ini Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan bila air hujan di Jakarta mengandung partikel mikroplastik berbahaya. Di satu sisi studi anyar menyebutkan bila paparan mikroplastik dapat meningkatkan keasaman mikroba usus, yang berhubungan dengan risiko kanker usus besar (kolorektal).
Mikroplastik umumnya terdiri dari frakmen kecil plastik berukuran kurang dari 5 mm. Penelitian dari proyek microONE, di Austria menggunakan sampel tinja manusia untuk membuat kultur bioreaktif yang kemudian dipaparkan dengan mikroplastik.
Mikroplastik mempengaruhi keasaman (pH) sampel, yang menunjukkan bila mikroplastik mempengaruhi metabolisme dan aktivitas mikroba usus.
Lebih lanjut, peneliti mencatat bahwa perubahan pH feses berkaitan dengan beberapa penyakit saluran cerna, dan perubahan komposisi mikroba akibat mikroplastik serupa dengan perubahan yang terkait dengan kondisi seperti kanker kolorektal dan depresi.
Mikroplastik mempengaruhi pH usus
Usus kita dihuni oleh trilyunan mikroorganisme (bakteri, virus, parasit, dll) yang mempengaruhi kesehatan.
Studi ini bertujuan untuk mempelajari bagaimana mikroplastik mempengaruhi komposisi bakteri usus, dengan fokus pada kemungkinan adanya risiko kanker.
Peneliti menciptakan kultur menggunakan sampel tinja dari individu sehat, disimpan dalam kondisi tertentu selama 5 hari. Sampel tinja dipaparkan dengan lima jenis mikroplastik yang umum ada di lingkungan.
Kemudian diperiksa komponen-komponen seperti jumlah bakteri keseluruhan dan pH kultur. Peneliti mengamati bahwa kultur yang terpapar mikroplastik memiliki pH yang lebih rendah, dibanding sampel tanpa paparan.
Keasaman yang lebih rendah menunjukkan terjadi perubahan aktivitas metabolisme bakteri. Peneliti juga menemukan bila perubahan komposisi mikroba bergantung pada jenis paparan mikroplastik.
Jenis bekteri tertentu meningkat atau menurun berdasarkan jenis mikroplastiknya. Sebagian besar perubahan terjadi pada filum bakteri yang disebut Bacillota.
Berhubungan dengan kanker dan depresi
Bersamaan dengan perubahan komposisi mikroba usus, peneliti mengamati pergeseran profil metabolomik, yang berarti pergeseran zat yang diproduksi atau digunakan selama metabolisme. Beberapa pergeseran ini juga terkait dengan perubahan pH.
Lebih lanjut, peneliti mencatat bahwa beberapa jenis plastik menyebabkan perubahan kadar asam valerat, sementara jenis lain berhubungan dengan perubahan komponen metabolisme spesifik seperti asam laktat.
Pola yang terlihat dalam komposisi mikroba akibat paparan mikroplastik serupa dengan pola yang terkait dengan kondisi seperti kanker dan depresi. Pola tidak sama dengan masalah kesehatan lain seperti sindrom iritasi usus (IBS) dan penyakit Parkinson.
Studi lanjutan diperlukan
Riset ini memiliki keterbatasan, salah satunya paparan mikroplastik terhadap bakteri usus terjadi dalam waktu relatif singkat, tidak menunjukkan potensi efek jangka panjang. Para peneliti mengakui bila lamanya paparan dapat berperan, sehingga diperlukan penelitian jangka panjang lebih lanjut.
Melansir Medical News Today, Christian Pacher-Deutsch, salah satu peneliti dari Department of Gastroenterology and Hepatology, University of Graz, Austria mengatakan, “Partikel mikroplastik menunjukkan dampak pada mikrobioma, tetapi penelitian lebih lanjut diperlukan untuk secara spesifik mengkaji implikasi kesehatannya, terutama terkait faktor inang manusia seperti sistem kekebalan tubuh.”
“Gangguan keseimbangan mikroba akibat mikroplastik dapat memiliki banyak implikasi. Oleh karena itu, penelitian dan biomonitoring yang berkelanjutan saat ini merupakan langkah maju yang paling krusial.” (jie)