“Sekarang saya sudah kena diabetes, harus minum obat terus,” ujar seorang wartawan di sela-sela liputan.
“Diabetes kering atau basah?” wartawan lain menimpali. “Kering,” jawab wartawan pertama.
Percakapan tersebut terjadi di sela-sela acara peringatan Hari Kesehatan Nasional dan Hari Diabetes Sedunia. Tampaknya bahkan wartawan kesehatan yang hampir setiap hari mengulik masalah kesehatan, termasuk diabetes, tidak kebal terhadapnya. Bahkan belum punya pengetahuan yang cukup.
Pertama, tidak ada diabetes ‘basah’ atau ‘kering’. Ini adalah mispersepsi yang masih banyak dipahami masyarakat.
Diabetes dikategorikan menjadi diabetes tipe 1 (penyakit autoimun; diabetes ini banyak dialami oleh anak-anak), diabetes tipe 2 (karena gaya hidup), diabetes gestasional (terjadi selama kehamilan) dan diabetes tipe lain (disebut diabetes sekunder karena penyakit lain).
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM), Kementerian Kesehatan RI, dr. Eva Susanti, SKp, MKes mengungkapkan, jumlah penderita diabetes di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Dari 10,7 juta pada tahun 2019, menjadi 19,5 juta di tahun 2021 yang menduduki peringkat ke-5 dengan jumlah penderita diabetes terbanyak di dunia.
“Diabetes termasuk dalam 10 penyakit tidak menular penyebab kematian utama di Indonesia, setelah stroke, jantung dan kanker. Padahal, jika satu orang anggota keluarga sakit, itu seluruh keluarga juga sakit,” kata dr. Eva, dalam kampanye #BatasiGGL Mengenai Pentingnya Batasi Konsumsi Gula Harian untuk Cegah Diabetes, Kamis (17/11/2022).
Dalam kesempatan yang sama, dr. Rudy Kurniawan, SpPD, DipTH, MM, MARS menjelaskan, “Diabetes tidak cuma masalah gula darah, tetapi bagaimana bisa mengenali dan mencegah komplikasi.”
Diabetes merupakan mother of diseases, menyebabkan munculnya komplikasi berbagai penyakit seperti hipertensi, penyakit jantung, stroke, gagal ginjal, kebutaan serta komplikasi berbagai organ lainnya.
“Penderita diabetes 2,6 kali lebih tinggi risikonya kena penyakit jantung, 17 juta penderita diabetes akan mengalami gangguan penglihatan (retinopati), 40-44% diabetesi kena penyakit ginjal kronis. Kalau tidak skrining, ketahuannya di rumah sakit saat ada komplikasi,” ujar dr. Rudy menambahkan juga bila diabetes akan menurunkan produktivitas 10-11%.
Asupan gula harian tinggi
Tingginya kosumsi gula masyarakat Indonesia berhubungan erat dengan tidak turunnya kasus diabetes.
Dr. Eva menjelaskan konsumsi gula masyarakat Indonesia adalah ke-3 terbanyak di ASEAN, dengan 20,23 liter/orang/tahun. “Rata-rata 5,5% penduduk Indonesia konsumsi gula >50g/hari, padahal rekomendasinya adalah <50 g atau <4 sendok makan per hari,” katanya.
Data Kementerian Kesehatan juga menyatakan produk konsumsi tertinggi adalah teh kemasan (13.26%), disusul oleh susu kental manis (5.2%) dan jus buah serbuk (4.82%), yang semuanya tinggi gula. Dan, 61.27% mengonsumsi minuman lebih dari sekali setiap hari.
Rasa manis adalah masalah persepsi yang dipengaruhi oleh sensitivitas indera perasa terhadap makanan/minuman manis. Semakin sering seseorang mengonsumsi makanan/minuman manis semakin tinggi pula ambang rasa manis, dibandingkan orang yang biasa minum tawar.
Namun bukan berarti kita sama sekali tidak boleh konsumsi gula. “Tetap boleh dikonsumsi sesuai anjuran (maksimal 4 sendok makan per hari). Selain itu, khususnya kelompok pre-diabetes dan diabetes juga bisa memilih pemanis rendah kalori, seperti stevia, untuk menggantikan gula pasir,” kata dr. Rudy.
Tentunya diimbangi dengan aktivitas fisik rutin (150 menit per minggu), membatasi konsumsi gula, garam dan lemak dengan memperhatikan label informasi gizi dalam makanan/minuman kemasan.
Mengurangi asupan gula
Melansir Healthline ada cara sederhana mengurangi asupan gula harian:
- Hindari/kurangi makanan atau minuman manis, seperti teh botol, camilan manis, dll.
- Hindari saus dengan gula tambahan. Saus tomat, barbeque atau saus spageti adalah beberapa saus yang mengandung gula tambahan.
- Hati-hati dengan makanan ringan, yang kerap dijual dengan label ‘sehat’ atau ‘alami’. Makanan seperti ini dapat mengandung gula sebanyak permen atau coklat. Ini pentingnya selalu membaca label kemasan.
- Konsumsi makanan ringan rendah gula seperti kacang rebus, edamame atau buah segar.
- Pilih makanan utuh. Ini adalah makanan yang belum diproses atau dimurnikan, sehingga bebes zat tambahan. Contoh makanan utuh adalah buah, kacang-kacangan, sayur dan daging. (jie)