Direktur CDC (Centers for Disease Control and Prevention) mengatakan di depan Senat AS bila masker adalah alat kesehatan yang paling penting yang kita punyai saat ini. Bahkan mungkin nantinya bisa melebihi peran vaksin COVID-19.
Selama ini vaksin digadang-gadang bisa menyelamatkan kita dari COVID-19, tetapi mungkin tidak sesederhana itu. Robert Redfield, Direktur CDC, mengatakan bila masker mungkin akan lebih efektif dari vaksin.
“Saya bahkan akan lebih menganggap bila masker lebih terjamin untuk melindungi saya dari COVID-19 daripada ketika saya mendapatkan vaksin,” katanya di depan Subkumite Senat AS, dilansir dari New York Times.
Ia juga menggambarkan bila masker sebagai ‘alat kesehatan masyarakat paling penting dan ampuh yang kita miliki saat ini’. Ada banyak penelitian yang mendukung pernyataan direktur CDC tersebut.
Salah satunya dipublikasikan di BMJ Global Health, menemukan pemakaian masker di rumah tangga, di Beijing, China, berhubungan dengan lebih sedikitnya penyebaran COVID-19. Rumah tangga yang anggotanya menggunakan masker sebelum orang pertama terinfeksi menunjukkan gejala, 79% efektif mengurangi penularan.
Riset lain dari IZA Institute of Labor Economics (lembaga nirlaba di Jerman), menemukan bahwa peraturan wajib memakai masker lokal dan regional di Jerman mengurangi jumlah kumulatif kasus COVID-19 antara 2,3% - 13% dalam waktu 10 hari.
“Virus membutuhkan cara untuk menular dari orang ke orang, dan sekarang ada data yang mendukung penggunaan masker sebagai bentuk utama pengendalian infeksi, terutama pada mereka yang memiliki gejala,” terang Amesh A. Adalja, MD, pakar penyakit menular di the Johns Hopkins Center di Maryland, AS.
“Sebagai penghalang fisik yang akan menghilangkan kemampuan virus untuk berpindah dari orang ke orang, masker sangat efektif jika digunakan secara konsisten.”
Ini menjadi penting, karena hingga kini belum diketahui seberapa efektif suatu vaksin nantinya; dan hanya perlu tingkat keefektifan 50% untuk mendapat persetujuan FDA (Food and Drug Administration –sejenis Badan POM milik pemerintah AS).
“Vaksin COVID-19 generasi pertama tidak diharapkan membuat semua yang menerimanya kebal terhadap infeksi (tidak akan seperti vaksin campak saat ini), tetapi untuk memodifikasi penyakit sehingga tingkat keparahan dan kebutuhan rawat inap lebih rendah,” imbuh dr. Adalja. “Sehingga infeksi di antara yang divaksinasi pun masih akan terjadi. Mereka akan menjadi lebih jarang dan tidak terlalu parah."
Vaksin nantinya akan menjadi salah satu bagian dari pendekatan pencegahan COVID-19 yang berlapis-lapis. Dr. Adalja mengatakan bila kita masih akan disarankan untuk memakai masker dan menjaga jarak, ketika vaksin pertama tersedia.
Ada bahaya bila efektivitas vaksin yang hanya 50% akan memberi orang rasa aman palsu, dan menyebabkan penyebaran virus yang lebih besar karena tindakan pencegahan lain tidak dilakukan.
“Seiring waktu, vaksin COVID-19 generasi pertama akan digantikan oleh vaksin yang memberi kekebalan pensteril,” kata dr. Adalja. Ini berarti sistem kekebalan akan dapat menghentikan virus SARS-CoV-2 untuk berkembang biak di dalam tubuh. Tetapi tidak ada yang tahu berapa lama itu akan terjadi.
Dalam paparannya di depan Senat AS tersebut, Direktur CDC menjelaskan bila ia berharap akan tersedia cukup vaksin untuk segera bisa kembali ke ‘kehidupan normal’ pada kuartal ketiga tahun depan (antara Juli atau Septermber 2021). (jie)
Baca juga : 3 Masker Terbaik Untuk Pencegahan COVID-19, Kemenkes : Gunakan Masker Maksimal 3 Jam