kapan perlu periksa gula deteksi dini diabetes
kapan perlu periksa gula deteksi dini diabetes

Deteksi Dini Diabetes, Kapan Perlu Mulai Cek Gula Darah?

Prevalensi diabetes dari tahun ke tahun semakin tinggi. Risiko diabetes tidak hanya disebabkan oleh faktor keturunan, tetapi juga pada mereka dengan gaya hidup tidak sehat dan konsumsi makanan/minuman tinggi gula.

Data terbaru dari International Diabetes Federation (IDF) Atlas tahun 2021 menyebutkan bahwa Indonesia menempati peringkat ke 5 jumlah penderita diabetes terbesar di dunia, dengan jumlah penderita diabetes mencapai 19,5 juta orang. Angka ini meningkat hampir dua kali lipat hanya dalam waktu dua tahun, dibandingkan tahun 2019 sebesar 10,7 juta.

Makin mengkhawatirkan lagi, diabetes ini makin banyak menjangkiti usia muda. Penelitian yang dilakukan oleh IMERI (Indonesian Medical Education and Research Institute) FKUI menunjukkan, sekitar 45% penyandang diabetes di Jakarta berusia di bawah usia 40 tahun, bahkan 10% berusia di bawah 30 tahun.

Tidak dipungkiri bila keturunan penyandang diabetes berisiko lebih tinggi mengembangkan diabetes di kemudian hari. Risiko keturunan diabetes yang kedua orang tuanya memiliki diabetes adalah 6 kali lebih tinggi.

Tidak hanya itu, obesitas juga menjadi salah satu faktor risiko diabetes. Data yang dipublikasikan di jurnal Diabetologia (2020) menyebutkan pada orang yang bukan keturunan penderita diabetes, mereka yang mengalami obesitas berisiko diabetes lebih tinggi sebesar 8 kali lipat, dibandingkan orang dengan berat badan normal.

Dr. Syahidatul Wafa, SpPD, staf Divisi Endokrin, Metabolik dan Diabetes, Departemen Penyakit Dalam RSCM – FKUI menegaskan,” keturunan diabetes meningkatkan risiko tiga kali lipat di masing-masing orangtua – jika kedua orangtua menderita diabetes risiko menjadi 6 kali lipat. Menerapkan pola hidup sehat jauh lebih besar manfaatnya, dibandingkan riwayat genetik.”

Menambahkan komentar, dr. Rudy Kurniawan, SpPD, DipTH, Founder Sobat Diabet, mengatakan penelitian di American Journal of Clinical Nutrition menyebutkan bahwa pola hidup lebih berpengaruh untuk risiko diabetes.   

“Misalnya berat badan normal, olahraga teratur dan tidak merokok, akan menurunkan kejadian diabetes hingga 65% pada mereka yang punya berisiko tinggi diabetes,” katanya dalam acara #BeatDiabetes Online Festival 2022, Kamis (7/4/2022).

Walau ada faktor genetik, tetapi dengan pola hidup sehat, risiko diabetes bisa diturunkan. Sebaliknya meskipun faktor genetik kemungkinan berpengaruh, ahli juga percaya bahwa gaya hidup merupakan faktor yang paling berpengaruh.

Artinya, mereka yang tidak memiliki riwayat keluarga diabetes tetap berisiko menderita diabetes bila pola hidupnya buruk, seperti kurang gerak, konsumsi makanan tinggi lemak dan gula.

Setiap orang perlu waspada terhadap diabetes – apalagi ada riwayat keluarga diabetes – deteksi dini wajib dilakukan sebelum terdiagnosa diabetes. 

Belum ada gejala, perlu tidak deteksi dini diabetes?

Diabetes bisa menimbulkan gejala ‘5P’ yakni poliuria (banyak kencing), polidipsi (banyak minum), polifagi (banyak makan), penurunan berat badan dan pruritus (gatal-gatal). Ini disebut gejala klasik diabetes.

Sayangnya di banyak orang justru tidak bergejala atau gejalanya tidak khas, seperti cepat mengantuk, tidak bergairah, penglihatan kabur, kacamata sering berubah ukurannya, kaki kesemutan tanpa sebab, dan luka yang sulit disembuhkan.

Pada laki-laki, aktivitas seksualnya juga bisa terganggu. Dan untuk perempuan biasanya sering disertai dengan keputihan yang berulang atau sulit untuk sembuh.

Itu sebabnya dokter menganjurkan seseorang perlu melakukan pemeriksaan untuk deteksi dini diabetes.

“Kalau mereka berusia 40 tahun ke atas, keturunan diabetes, ada kegemukan, mengonsumsi makanan/minuman manis berlebihan, gaya hidup sedentari (kurang gerak) atau ibu-ibu punya riwayat melahirkan dengan berat > 3 kg (sebaiknya lakukan pemeriksaan gula darah),” ujar dr. Wafa.

Atau, usia < 40 tahun tetapi berat badan berlebih, lingkar pinggang > 90 cm untuk pria dan > 80 cm pada wanita, tidak ada salahnya cek gula darah, dr. Wafa menambahkan.

Bisakah cek gula di rumah sebagai deteksi dini?

Sebagaimana kita ketahui selain cek gula di laboratorium, tersedia alat cek gula mandiri (glucometer) yang bisa dibeli secara bebas.

Dr. Wafa menerangkan sebagai deteksi dini diabetes, pemeriksaan menggunakan sampel darah yang diambil dari pembuluh darah vena di lengan. Ini berarti dilakukan di laboratorium.

“Bedanya dengan glucometer adalah itu darah kapiler (di ujung jari tangan). Darah vena lebih akurat. Tetapi bagi mereka yang sudah diabetes, atau untuk kontrol diabetes bisa memakai pemeriksaan gula darah kapiler,” terang dr. Wafa.

Di laboratorium akan dilakukan pemeriksaan gula darah puasa dan gula darah 2 jam pos prandial (setelah makan). Bisa pula dilakukan tes toleransi glukosa oral (TTGO) untuk mengukur kemampuan tubuh dalam menyerap glukosa dalam darah.

TTGO melibatkan pengambilan sampel darah sebelum dan setelah pasien mengonsumsi cairan glukosa. Ini dilakukan untuk skrining diabetes gestasional (diabetes selama kehamilan).

“Pemeriksaan skrining tergantung faktor risikonya. Pada mereka di atas 40 tahun minimal setahun sekali. Kalau ada faktor risiko, atau kegemukan, bisa 6 bulan sekali,” dr. Rudy menutup perbincangan.  (jie)