Demensia Vaskular yang Mengintai Usia Produktif
demensia_vaskular

Demensia Vaskular yang Mengintai Usia Produktif

Penyakit tidak menular (PTM) bukan hanya penyakit jantung, kanker, atau stroke. Tidak boleh dilupakan mengenai demensia.  Secara umum, demensia didefinisikan sebagai penyakit pada otak yang mengganggu fungsi kognitif, biasanya bersifat progresif, dan mengganggu fungsi sosial/pekerjaan. “Bila belum mengganggu fungsi sosial/pekerjaan, belum disebut demensia,” tegas Dr. dr. Yuda Turana, Sp.S, Dekan Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya, Jakarta.

Demensia paling banyak disebabkan oleh penyakit Alzheimer; ini umumnya terjadi pada kelompok geriatri (lanjut usia/lansia). Penyebab kedua terbanyak yakni gangguan vaskular. “Pada demensia vaskular, usia pasien tidak terlalu tua, tapi ada gangguan vaskular misalnya sumbatan berulang-ulang, sehingga lama-lama fungsi kognitif pasien terganggu,” ujar Dr. dr. Yuda.

Demensia vaskular terjadi akibat terhambatnya atau berkurangnya aliran darah ke otak, sehingga sel-sel otak kekurangan oksigen dan nutrisi. Kondisi ini sering terjadi tiba-tiba, mengikuti serangan stroke yang menghambat pembuluh darah utama otak. Bisa pula dimulai dari perubahan kecil yang perlahan memburuk, sebagai akibat dari beberapa kali serangan stroke minor atau kondisi lain yang memengaruhi pembuluh darah kecil, sehingga tercipta kerusakan kumulatif.

 

Faktor risiko

Gangguan vaskular juga berperan dalam demensia Alzheimer. Pada otak penderita Alzheimer, ada gambaran khas berupa plaque and tangles. Namun menariknya, ternyata otak dengan plaque and tangles tidak selalu menunjukkan gejala Alzheimer. Ini terungkap dalam Nun Study yang melibatkan 678 suster (usia 75 – 107 tahun) di biara Katolik. Setiap tahun, fungsi kognitif mereka dinilai. Sebelumnya para suster ini setuju untuk mendonorkan otaknya untuk penelitian. Ketika mereka meninggal, otak mereka dinilai kondisinya.

“Suster yang memiliki plaque and tangles di otak mereka, ternyata tidak selalu fungsi kognitifnya terganggu. Fungsi kognitif cenderung memburuk pada kelompok yang memiliki plaque and tangles plus sumbatan-sumbatan kecil di otak,” papar Dr. dr. Yuda. Muncculah istilah mixed dementia.

Studi ini menunjukkan bahwa gangguan vaskular ternyata sangat berpengaruh terhadap kejadian penurunan kognitif. Demensia vaskular kerap menempel dengan stroke, dan stroke bisa mengenai usia berapa saja. Namun, demensia vaskular tidak selalu didahului dengan stroke. “Demensia bisa terjadi tanpa serangan stroke,” tegas Dr. dr. Yuda.

Faktor risiko gangguan vaskular seperti hipertensi, kolesterol tinggi, diabetes, dan kadar gula darah tinggi meski belum diabetes, sangat berpengaruh terhadap perburukan fungsi kognitif. Dan di Indonesia, penyakit-penyakit tersebut makin meningkat angkanya, dan makin banyak mengenai usia muda. Ancaman demensia vaskular diam-diam mengintai usia produktif; terlebih, kita makin terbiasa dengan pola hidup sedentari yang tidak aktif bergerak.

Faktor risiko lain yakni inaktivitas kognitif. Inaktivitas kognitif tak berkaitan dengan tingkat pendidikan. “Intinya orang yang tidak mau belajar sesuatu yang baru, tidak harus pendidikan formal,” terang dr. Yuda. Berbeda dengan demensia Alzheimer yang faktor utamanya adalah usia, faktor utama dalam demensia vaskular adalah faktor risiko, yang berhubungan erat dengan gaya hidup sehari-hari. “Faktor-faktor risiko ini bisa diubah, untuk mencegah demensia vaskular,” tandas Dr. dr. Yuda.

Penjelasan mengenai pemeruksaan untuk demensia vaskular ada dalam artikel berikut ini. (nid)

_____________________________________________

Ilustrasi: Background photo created by freepik - www.freepik.com