Untuk menegakkan diagnosis demensia vaskular, pertama kali dokter akan melakukan wawancara (anamnesis). “Dari sini dokter bisa mengerahui secara subjektif, apakah keluhan pasien menyangkut memori, eksekutif, ataukah visuospasial. Aakah demensia timbul mendadak atau tidak. Apakah hanya masalah kognitif atau ada masalah perilaku,” tutur ujar Dr. dr. Yuda Turana, Sp.S.
Setelah anamnesis, dilakukanlah berbagai pemeriksaan fungsi kognitif, untuk mengukur secara objektif. “Dilakukan tes, betulkah memori, fungsi eksekutif atau fungsi bahasanya terganggu,” ucapnya.
Bila hasilnya positif, dilakukan pemeriksaan lab untuk mencari faktor risiko dan penyebabnya. Ini diperlukan untuk memastikan, betulkah gangguan kognitif yang dikeluhkan adalah demensia. Orang dengan hipotiroid atau bila kadar natriumnya rendah misalnya, juga mengalami gangguan kognitif.
Selanjutnya, mungkin dibutuhkan pencitraan otak, “Terutama untuk kasus-kasus dengan faktor risiko vaskular yang dominan, dan pada pasien yang usianya lebih muda.” Semakin muda seseorang yang dicurigai demensia, dokter makin agresif mencari penyebabnya, karena waktu (usia) penderita masih panjang. “Akan banyak manfaatnya bila kita berupaya memperlambat progresivitas penyakit,” imbuhnya.
Untuk pencitraan disarankan menggunakan MRI, “Jauh lebih jelas untuk melihat struktur otak dibandingkan CT scan.” Pada kasus Alzheimer, terlihat adanya atrofi (pengecilan otak), khususnya di bagian hipokampus sebagai pusat memori. Pada demensia vaskuler tidak ada atrofi, tapi tampak gambaran-gambaran iskemia (kekurangan suplai darah) di otak yang menimbulkan gangguan vaskular. Pada mixed dementia, terjadi atrofi dan iskemik otak.
Tes fungsi otak juga perlu dilakukan. “Sama seperti kita melihat fungsi ginjal, melalui ureum dan kreatinin. Untuk melihat struktur ginjal dengan USG, struktur otak dengan MRI. Untuk menguji fungsi otak, dengan tes skrining,” papar Dr. dr. Yuda.
Ada banyak pemeriksaan untuk menilai fungsi otak. Mulai dari tes penilaian fungsi memori, atensi, hingga fungsi eksekutif. Mereka yang mengalami gangguan pada fungsi-fungsi tersebut, tidak akan bisa mengerjakan tes dengan baik.
Demensia vaskular bisa menjangkiti usia berapa saja. Semua orang yang memiliki faktor risiko vaskular, disarankan melakukan tes fungsi otak secara berkala, bersamaan dengan medical check up rutin setahun sekali.
Betulkah demensia vaskular tidak ada obatnya? Lalu, terapi apa yang bisa dilakukan? Ini pemaparannya. (nid)
____________________________________________