Farmasi raksasa Pfizer mengatakan pada Rabu (17/11/2020) bila vaksin COVID-19 yang mereka kembangkan efektif hingga 95%, dan tanpa efek samping serius. Ini merupakan rangkaian hasil lengkap pertama dari uji klinis vaksin tahap akhir.
Sebelumnya dalam laporan analisa pertama uji klinis fase 3 dinyatakan calon vaksin COVID-19 yang mereka kembangkan efektif mencegah infeksi virus corona hingga 90%.
Kini dalam laporan lengkap pertamanya, data menunjukkan bila vaksin Pfizer bisa mencegah infeksi virus corona, bahkan untuk infeksi sedang hingga berat. Dan ia 94% efektif untuk lansia, di mana berisiko mengalami infeksi COVID-19 berat dan tidak merespons baik untuk sejumlah vaksin.
Pfizer yang mengembangkan vaksin ini bersama BioNTech berencana untuk mendaftarkan untuk izin penggunaan darurat (Emergency Use Authorization / EUA) ke FDA dalam beberapa hari ke depan.
Dilansir dari New York Times, dr. Albert Bourla, Chief Executive Pfizer mengatakan, “Hasil studi ini menandai langkah penting dalam perjalanan delapan bulan untuk menghasilkan vaksin yang bisa membantu mengakhiri pandemi ini.”
Bila FDA (Food and Drug Administration) memberi izin, Pfizer mengatakan mereka mampu menyediakan 50 juta dosis di akhir tahun, dan sekitar 1,3 miliyar dosis di akhir tahun 2021. Namun lebih dari separuh jumlah vaksin tersebut akan diprioritaskan untuk Amerika Serikat.
Vaksin 94% efektif untuk lansia
Uji klinis fase 3 vaksin COVID-19 yang dikembangkan Pfizer ini melibatkan hampir 44.000 relawan yang terbagi menjadi dua kelompok. Separuhnya mendapatkan injeksi vaksin, sementara separuh sisanya menerima suntikan plasebo yang berisi air garam. Kemudian peneliti melihat berapa banyak partisipan di tiap kelompok yang terinfeksi COVID-19.
Pfizer mengatakan dari 170 kasus COVID-19, 162 kasus berasal dari kelompok plasebo, dan delapan kasus dari kelompok yang mendapat suntikan vaksin. Dari 10 kasus COVID-19 berat, sembilan di antaranya dari kelompok plasebo.
Peneliti mengatakan efikasi (khasiat) vaksin Pfizer ini konsisten di semua kelompok umur, ras dan etnis. Efek samping berat yang paling kerap ditemui adalah kelelahan, dengan 3,7% relawan melaporkan kelelahan dan 2% mengalami sakit kepala, setelah mendapatkan injeksi dosis kedua (vaksin ini membutuhkan dua dosis injeksi).
“Relawan yang berusia tua mengalami efek samping yang lebih sedikit dan lebih ringan,” tulis peneliti dalam laporannya.
“Ini menakjubkan,” kata Akiko Iwasaki, ahli imunologi dari Yale University. Ia mengatakan hasil pada orang yang di atas 65 tahun adalah yang paling menjanjikan. “Kami tahu dari vaksin influenza bahwa sangat sulit untuk mendapatkan perlindungan dari vaksin untuk kelompok usia ini. Jadi keefektifan 94% pada kelompok lansia itu sangat luar biasa.”
Sementara itu dr. Saad B. Omer, direktur dari Yale Institute for Global Health, mengatakan bila hasil vaksin Pfizer ini juga melindungi orang dari infeksi berat adalah berita baik.
Karena dengan keterbatasan ketersediaan vaksin pada awalnya, tujuan pertama bukanlah menghentikan penularan penyakit. Tetapi untuk mencegah orang menjadi sangat sakit.
“Jadi itu sangat meyakinkan,” kata dr. Saad.
Dia meminta Pfizer untuk segera merilis analisis data yang lebih rinci - di luar rilis berita awal - sehingga para ilmuwan dapat mengevaluasi hasil secara lebih menyeluruh. Pfizer berencana untuk menyerahkan hasil untuk ditinjau dalam jurnal ilmiah, tetapi prosesnya akan memakan waktu berminggu-minggu. (jie)
Baca juga : Kemanjuran 90% Vaksin COVID-19 dari Pfizer Mengejutkan, tapi Kita Harus Menunggu Data Lengkap