covid-19 nama resmi virus corona untuk hindari stigma

COVID-19, Nama Resmi Virus Corona Yang Dipilih WHO Untuk Hindari Stigma

WHO pada Selasa lalu merilis nama resmi untuk virus corona baru, yakni COVID-19.  Merupakan akronim dari coronavirus disease 2019, seperti halnya virus ini pertama kali terdeteksi pada  31 Desember 2019.

Saat itu ada 27 kasus pneumonia berat di Kota Wuhan, Tiongkok, yang belum diketahui penyebabnya. Jumlah tersebut dengan cepat meningkat menjadi 59 kasus, dengan usia antara 12-59 tahun. Kematian pertama dilaporkan terjadi pada pasien 61 tahun dengan penyakit penyerta liver kronis dan tumor perut.

Direktur Jenderal  WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengungkapkan pemilihan nama tersebut tidak berdasarkan nama orang, binatang, atau daerah tertentu yang berasosiasi dengan outbreak virus corona. Tujuannya untuk menghindari stigmatisasi.  

Berdasarkan panduan internasional, “WHO harus mencari nama yang tidak merujuk ke lokasi geografis, binatang, manusia atau kelompok orang tertentu, dan gampang diucapkan serta berhubungan dengan penyakit tersebut,” cuit Dr. Tedros di Twitter.

Sebelumnya dua penyakit terkait virus corona juga diberikan nama berdasarkan manifestasi klinisnya, yakni SARS (severe acute respiratory syndrome / sindrom pernapasan akut yang parah) dan MERS (Middle East respiratory syndrome / sindrom pernapasan Timur Tengah).

Awalnya, Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID) telah merilis jenis Betacoronavirus yang ditengarai menjadi outbreak di Wuhan, terdapat 5 genom baru yang berbeda dengan SARS dan MERS.  Virus corona merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit ringan sampai berat, seperti selesma (common cold) atau pilek, dan penyakit serius seperti pneumonia.

Otoritas kesehatan China mengabarkan korban COVID-19 terus meningkat, terdapat 97 kematian baru dan 2.05 kasus baru muncul dalam 24 jam (Selasa 11/2/2020). Angka-angka baru membawa total kematian di Tiongkok menjadi setidaknya 1.113 orang dan jumlah total kasus yang dikonfirmasi menjadi 44.653.

Dalam laman worldometers.info, disebutkan secara global hingga hari ini ada 45.171 kasus yang terkonfirmasi, 1.115 kematian, dan 4.794 yang dinyatakan sembuh.

Masih belum ada obat atau vaksinnya

COVID-19 menyebabkan pneumonia berat, yang berisiko membuat gagal napas dan akhirnya pasien meninggal. Sebelumnya terdapat beberapa vaksin pneumonia, namun tidak bisa mencegah pneumonia yang disebabkan oleh COVID-19 ini.

Beberapa vaksin lama tersebut antara lain vaksin pneumokokus (PCV : Pneumococcal Conjugate Vaccine) yang memberi kekebalan terhadap 13 strain bakteri Streptococcus pneumoniae – bakteri yang paling banyak menyebabkan pneumonia. Dan vaksin HiB (Haemophilus influenza type B) yang juga bisa menyebabkan pneumonia dan radang otak (meningitis).

Menyikapi hal tersebut Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia, dr. Daeng M Faqih, SH, MH menekankan pentingnya peningkatan kewaspadaan dan kesehatan diri, tanpa harus bersikap berlebihan. Tidak perlu panik.

“Kunci utamanya adalah meningkatkan gaya hidup sehat dengan menjaga kebersihan tangan rutin (rutin cuci tangan), menutup mulut dan hidung ketika bersin/batuk, konsumsi buah dan sayur minimal 3 kali per hari, dan makan makanan bergizi.

“Pakai masker, serta segera mencari pertolongan ke RS/fasilitas terdekat jika mengalami gejala demam, batuk disertai kesulitan bernapas,” katanya.

Bila dalam waktu dekat hendak melakukan perjalanan ke daerah-daerah terdampak COVID-19, seperti Singapura, Hong Kong, Jepang, Thailand, Malaysia atau Australia, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) menerbitkan rekomendasi :

  1. Hindari menyentuh hewan atau burung.
  2. Hindari mengunjungi pasar basah, peternakan atau pasar hewan hidup.
  3. Hindari kontak dengan pasien yang memiliki gejala infeksi saluran napas.
  4. Patuhi petunjuk keamanan makanan dan aturan kebersihan.
  5. Jika merasa kesehatan tidak nyaman ketika di daerah outbreak, terutama demam atau batuk, gunakan masker dan cari layanan kesehatan.
  6. Setelah kembali dari daerah outbreak, konsultasi ke dokter jika terdapat gejala demam atau gejala lain, dan beritahu dokter riwayat perjalanan serta gunakan masker untuk mencegah penularan penyakit. (jie)