Erick Thohir memastikan PT Bio Farma akan terima 50 juta dosis bulk atau konsentrat Ready to Fill (RTF) vaksin COVID-19 dari Sinovac ada November 2020 mendatang. Gerak cepat ini dimaksudkan untuk mempercepat hadirnya vaksin COVID-19 di Indonesia sambil menunggu uji klinis fase III yang dilakukan Bio Farma di Bandung berhasil.
Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir bersama dengan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengadakan pertemuan bilateral dengan State Councilor dan Menteri Luar Negeri Republik Rakyat Tiongkok (RRT) Wang Yi, di Sanya, Hainan.
Pertemuan ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan daring bersama Menteri Luar Negeri Wang Yi pada akhir Juli 2020.
Menurut Erick, yang juga menjabat Ketua Pelaksana Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), kerja sama vaksin COVID-19 antara PT Bio Farma dan Sinovac Biotech Ltd tak sekadar transaksi jual-beli.
Kesepakatan ini juga meliputi transfer teknologi dan ilmu pengetahuan. Ia juga menegaskan pentingnya jumlah vaksin yang memadai, tepat waktu, aman, dan harga yang terjangkau.
Dalam poin kerja sama yang pertama, kedua perusahaan menyepakati komitmen ketersediaan vaksin hingga 50 juta dosis. Vaksin ini akan disediakan mulai November 2020. Sedangkan pada poin kedua, Sinovac akan memberikan prioritas penyediaan vaksin kepada Bio Farma setelah Maret 2021 hingga akhir 2021.
Mengutip website resmi Bio Farma, pengiriman vaksin ini akan dibagi kedalam skema, 10 juta dosis bulk vaksin pertama akan dikirim pada bulan November 2020. Kemudian pada Desember 2020 akan dikirim kembali sebanyak 10 juta dosis.
Diteruskan pada Januari - Maret 2021, masing–masing 10 juta dosis per bulan. Sehingga total 50 juta dosis bulk vaksin terpenuhi dari November 2020 hingga Maret 2021.
Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir menjelaskan, vaksin yang akan diterima oleh Bio Farma dalam bentuk RTF tidak akan langsung diproduksi, melainkan akan dilakukan serangkaian pengujian di Bio Farma dan proses regristrasi di Badan POM.
Setelah proses tersebut selesai, Bio Farma akan melanjutkan proses filling and packaging untuk menjadi produk akhir (Finished Product).
Namun secara simultan, Erick mengatakan Indonesia terus berupaya mengembangkan vaksin dalam negeri, yakni vaksin Merah-Putih, untuk mencapai kemandirian di sisi kesehatan.
“Sambil menunggu vaksin Merah Putih, vaksin dari negara lain masih dibutuhkan untuk melindungi masyarakat Indonesia agar kesehatan pulih, ekonomi bangkit," kata Erick dalam konferensi pers virtual Kamis (20/8/2020) lalu.
Selain pertemuan dengan Sinovac, Indonesia juga tengah menjajaki kerjasama dengan perusahaan farmasi China lainnya, yaitu CanSino Biologics dan Sinopharm.
Memperoleh vaksin secepat mungkin
Sebagaimana diketahui saat ini Bio Farma juga sedang melakukan uji klinis fase III vaksin COVID-19 yang dikembangkan Sinovac di Bandung, Jawa Barat. Lantas kenapa masih harus mengimport 50 juta dosis vaksin?
Mengutip tulisan Dahlan Iskan, Indonesia ingin lebih cepat mendapatkan vaksin itu, tanpa menunggu hasil klinis fase III dan persetujuan izin edar dari BPOM.
Di Tiongkok, uji klinis fase III sudah dilakukan lebih dulu, dan mereka sudah bisa memproduksinya lebih awal. Bio Farma baru akan memproduksi sendiri vaksin COVID-19 setelah uji klinis fase III selesai dan dinyatakan berhasil.
Sebagai catatan, bukan hanya sekali ini Bio Farma bekerja sama dengan Sinovac, di program vaksinasi polio, misalnya, Bio Farma juga bekerjasama dengan Sinovac. (jie)