Penderita diabetes yang sudah bertahun-tahun berisiko mengalami komplikasi di banyak organ, salah satunya di kulit. Walau tidak berbahaya, penyakit kulit akibat diabetes bisa menurunkan kualitas hidup penderitanya.
Dibetes mellitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolik menahun akibat pankreas tidak memroduksi cukup insulin, atau tubuh tidak dapat menggunakannya secara efektif. Insulin merupakan hormon yang mengatur keseimbangan gula darah. Akibat gangguan ini terjadi peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah (hiperglikemia).
Salah satu komplikasi diabetes dapat menyerang kulit. Keluhan gatal bisa dialami penderita diabetes, biasanya di area kulit yang tipis, misalnya di sepanjang tulang kaki. Kulit cenderung lebih kering, bahkan pecah-pecah. Sayangnya banyak orang tidak sadar menderita diabetes sebelum muncul komplikasi-komplikasi tersebut.
Data International Diabetes Federation (IDF) 2013 lalu menyatakan 382 juta orang hidup dengan diabetes. Dari angka tersebut 175 juta orang belum terdiagnosis, sehingga terancam berkembang menjadi parah (terlambat terdiagnosa). Diperkirakan angka tersebut akan membengkak menjadi 592 juta orang di tahun 2035.
Kulit kurang nutrisi
Kadar gula yang tinggi dalam darah mampu merusak pembuluh darah dan sistem saraf (baik saraf sensorik, motorik atau otonom). Kerusakan ini mengganggu suplai nutrisi ke organ, dalam hal ini di kulit.
Kulit menjadi kering, tipis cenderung mengkilap, perubahan warna kulit dan kulit cenderung susah sembuh saat terluka. Masalah-masalah ini juga bisa sebagai penanda awal seseorang terkena diabetes.
Rusaknya sel-sel kulit bahkan dapat ikut campur pada kemapuan tubuh memroduksi keringat. Sehingga meningkatkan kesensivitasan kulit terhadap perubahan suhu dan tekanan.
“Diabetes juga mengganggu imunitas tubuh. Ini berkontribusi pada timbulnya masalah di kulit, seperti infeksi jamur dan bakteri,” papar dr. Regina Kartika, SpKK, dari RS Gading Pluit, Jakarta.
Sekitar 30 % penderita diabetes yang sudah berlangsung lama mengalami permasalahan kulit. Beberapa masalah yang mungkin timbul antara lain pruritus (gatal), acanthosis nigricans atau kelainan kulit yang ditandai adanya perubahan warna kulit (kehitaman) di daerah leher, ketiak, selangkangan, siku dan lutut.
Selain itu juga infeksi bakteri dan jamur, terutama di lipatan tubuh. Diabetik dermopati atau gangguan pembuluh darah vaskular terjadi pada 40-50% penderita DM, terutama yang sudah sangat lama. Namun dapat sembuh sendiri seiring terkontrolnya glukosa darah.
Masalah lainnya berupa bula diabetik, sebuah tonjolan berwarna merah, biasanya timbul di jari-jari tangan/kaki, punggung tangan, tungkai dan lengan atas. Tonjolan ini biasanya tegang, kemudian kendur, tidak nyeri. Dapat sembuh sendiri jika glukosa darah terkontrol.
Kaki diabetik
Kaki diabetik termasuk masalah kulit yang ‘menakutkan’. “Terjadi karena tekanan pada kulit yang tidak lagi peka pada rangsang. Terjadi pada hampir 25% penderita diabetes,” papar dr. Regina.
Kaki tidak lagi peka terhadap rangsang karena diabetes merusak sistem saraf sensoris (indera perasa) di kaki. Akibatnya kemampuan kaki merasakan benda berkurang, bahkan bisa tidak merasa sama sekali. Penderita tidak merasa saat kakinya terluka, misalnya kulit tergesek oleh pemakaian sepatu yang kekecilan atau tertusuk paku.
Selain itu gangguan pada saraf motorik di kaki menyebabkan sel-sel otot kaki mengecil. Mengakibatkan distribusi tekanan di telapak kaki saat berjalan tidak berimbang, ada bagian yang mendapat tekanan berlebih dan gampang timbul luka.
Gangguan saraf otonom pada kaki menyebabkan produksi keringat di daerah kaki terganggu. Kaki lebih kering, dan gampang terjadi luka. “Kombinasi gangguan saraf sensorik, motorik dan otonom ini menyebabkan mudah terjadi pelukaan di kaki,” papar dr. Albert Teddy, SpS, dari RS Gading Pluit.
Kerap kali kaki diabetik berujung pada amputasi, walau seharusnya tidak seperti itu. Secara statistik kejadian amputasi hanya terjadi pada 2-3% penderita DM yang tidak terkontrol. Amputasi dapat dicegah dengan perawatan luka kaki diabetik.
Tindakan pencegahan perlu dilakukan. Yang utama dengan mengontrol gula darah. Cek rutin kadar glukosa darah dapat dilakukan mandiri di rumah dengan alat yang sudah terkalibrasi. Dikombinasikan dengan menjaga kelembaban kaki menggunakan losion.
“Juga jangan sampai memakai alas kaki yang ukurannya lebih kecil/kekecilan, untuk mencegah terjadinya lecet,” tambah dr. Regina. (jie)