tb usus penyakit penyebab ustadz maaher meninggal

Apa Itu TB Usus, Penyakit Yang Menyebabkan Ustadz Maaher Meninggal

Soni Ernata yang juga dipanggil Ustadz Maaher At-THuwailibi meninggal dunia di rutan Mabes Polri, Senin (8/2/2021). Menurut keterangan sang istri, Iqlima Ayu, sebelumnya Ustadz Maaher mengalami infeksi tuberculosis (TB) usus.

Ayu menyebutkan beberapa waktu lalu Ustadz Maaher sempat berobat karena keluhan TB ususnya. Pihak keluargapun menjelaskan, Ustadz Maaher memang sudah lama menderita sakit TB usus.

"Beliau kan punya TB usus. Dulu sebelumnya sempat sakit parah kan, drop, terus kemudian sudah membaik," kata adik Ustadz Maaher, Jamal, di rumah duka, Pondok Gede, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (9/2/2021).

"Itu dari dokter harus rawat jalan dan obat yang rutin harus diminum selama kalau nggak salah 9 atau 12 bulan. Baru berjalan beberapa bulan tapi tersangkut kasus ITE. Akhirnya ketika masuk Bareskrim pengobatan dan ininya terputus, pengobatan sama rawat jalannya terputus," ujar Jamal, melansir detik.com. Jamal juga menyebut kondisi Ustadz Maaher mulai menurun meskipun sempat kembali membaik.

Tuberkulosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Ini adalah penyakit lama yang masih menjadi pembunuh terbanyak di antara penyakit menular. Berdasarkan laporan WHO 2017 diperkirakan ada 1.020.000 kasus di Indonesia, namun baru terlaporkan di Kementerian Kesehatan sebanyak 420.000 kasus.

Penularannya melalui udara, masuk lewat saluran pernapasan. Biasanya mengenai paru, tetapi bisa juga menyerang organ lain, misalnya di otak menyebabkan meningitis.

Baca : Waspadai Gejala Tuberkulosis, Bisa Menyerang Otak, Tulang atau Ginjal

Kondisi itu disebut sebagai TB ekstra paru (extra pulmonary TB); ditemui pada 15-20% populasi penderita TB. Bisa menyerang tulang, ginjal, hingga usus – seperti yang terjadi pada Ustadz Maaher.

Dalam riset Artati Murwaningrum, dkk., dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM, TB usus merupakan manifestasi TB esktra paru terbanyak keenam.

“Diagnosis TB usus merupakan hal yang menantang karena manifestasi klinis yang beragam sehingga menyerupai penyakit infeksi lain, autoimun (penyakit Crohn), kanker dan terkait zat iritan (kasusnya jarang). Kurang dari 25% pasien dengan TB usus juga memiliki infeksi TB pada paru,” tulis peneliti.

Penyebaran bakteri TB

Bakteri di saluran cerna, termasuk bakteri TB, bisa berasal dari bakteri yang tertelan, penyebaran dari organ yang berdekatan, maupun melalui peredaran darah.

Usus dapat terinfeksi melalui empat mekanisme, yaitu menelan dahak yang terinfeksi, penyebaran lewat darah dari TB aktif atau TB milier, konsumsi susu atau makanan yang terkontaminasi, dan penyebaran langsung dari organ yang berdekatan.

Lapisan mukosa usus bisa terinfeksi bakteri TB dengan pembentukan tuberkel epiteloid di jaringan limfoid (kelenjar getah bening) submukosa. Setelah 2-4 minggu kerusakan terjadi dijaringan di atasnya yang kemudian menyebar ke lapisan yang lebih dalam.

Gejala TB usus

Ada beberapa tanda umum jika terkena TB, misalnya, mengalami demam sekitar 37,5 °C, kadang menggigil, berkeringat di malam hari (baju sampai basah kuyup), kelelahan dan berat badan menurun.

Gejala lain seperti tidak nafsu makan, nyeri perut, tegang dan muntah. Diikuti dengan mencret dan diare kronik (bisa lebih dari 2 minggu) berdarah / berlendir. Jika diraba terasa ada benjolan di perut.

Yang lebih menguatkan adanya TB usus, menurut riset Artati adalah apabila penderita hidup di daerah endemis TB, atau ada riwayat keluarga menderita TB.

Pemeriksaan dan pengobatan

Diagnosis TB usus merupakan tidak mudah karena gejala yang mirip dengan penyakit lain. Oleh karena itu selain pemeriksaan fisik dan wawancara, diperlukan pemeriksaan penunjang seperti endoskopi, biopsi jaringan dan pemeriksaan radiologi.

Pengobatan TB usus dilakukan untuk jangka panjang (6 bulan), namun pada beberapa kasus bisa saja lebih lama, tergantung komplikasi atau kondisi yang menyertainya. Obat-obatan yang diberikan seperti isoniazid, rifampicin, ethambutol atau pyrazinamide.

Riset Uma Debi, et al., mengatakan deteksi dini dan pemberian obat anti-TB, serta operasi (bila diperlukan) sangat penting untuk mencegah keparahan dan kematian.

“Sebagian besar pasein TB usus merespon baik pada obat-obatan standar TB, dan operasi hanya diperlukan dalam kasus minor,” tulis laporan yang diterbitkan di World Journal of Gastroenterology itu. (jie)