Anak Alergi Lebih Rentan Kena COVID-19, Ini Cara Mencegah Alergi
alergi_COVID

Anak Alergi Lebih Rentan Kena COVID-19, Ini Cara Mencegah Alergi

Jangan remehkan pentingnya mencegah alergi di masa pandemi COVID-19 seperti sekarang. “Alergi adalah kondisi komorbid. Anak alergi lebih rentan Kena COVID-19,” ujar Prof. Dr. dr. Budi Setiabudiawan, Sp.A(K), M.Kes.

Dijelaskan oleh Prof. Budi, alergi biasanya hanya muncul pada anak yang memiliki bakat alergi (atopi). Bakat ini diturunkan oleh orang tua, bisa salah satu atau keduanya. Risiko anak mengalami alergi bisa dilihat dari riwayat alergi pada orang tua, serta saudara kandung si anak.

Umumnya, alergi diawali dari alergi makanan, berlanjut menjadi eksim, asma, lalu rhinitis (pilek alergi). Inilah perjalanan penyakit yang disebut allergic march. “Di Indonesia, alergi susu sapi mencapai 0,5 – 7,5%. Menempati urutan kedua alergi makanan pada anak, setelah telur,” ujar Prof. Budi, dalam diskusi daring menyambut Pekan Alergi Dunia bersama Danone Specialized Nutrition.

 

Anak alergi lebih rentan kena COVID-19

Alergi susu sapi bisa menjadi masalah besar karena susu sapi termasuk salah satu bahan pangan yang pertama kali diberikan saat anak masuk masa MPAS (masa pendamping ASI). Belum lagi bila bayi, yang dengan terpaksa, tidak bisa mendapat ASI. Bila si Kecil ternyata alergi susu sapi, muncullah reaksi alergi. Gejalanya paling sering muncul di kulit, berupa ruam yang gatal. Bisa pula menyerang saluran cerna, misalnya diare dan kolik. Gejala pada saluran napas mencakup rhinitis (bersin dan pilek), dan/atau asma.

Reaksi alergi yang muncul di saluran napas patut diwaspadai. “Bila timbul rhinitis atau asma, maka pertahanan saluran napas terganggu, sehingga rentan sekali terinfeksi SARS-CoV-2 yang terhirup,” terang Prof. Budi. Ini mengapa, anak alergi lebih rentan kena COVID-19.

 

Mencegah alergi susu sapi

Anak dengan atopi atau bakat alergi, perlu dicegah sejak awal agar penyakit alergi tidak sampai muncul. Ini adalah pencegahan primer. Bila ibu dan/atau suami memiliki riwayat alergi, maka janin dalam kandungan berisiko tinggi memiliki atopi. Upaya pencegahan perlu dilakukan sejak masa kehamilan.

Hindari asap rokok

Selama kehamilan, “Jauhi asap rokok, baik aktif maupun pasif.” Asap rokok adalah alergen yang sering memunculkan reaksi alergi pada saluran napas. Bila ibu memiliki alergi, maka juga perlu menghindari pencetus alerginya. Misalnya ibu alergi terhadap debu rumah, maka rumah harus diusahakan selalu bersih. Sprei dan gorden harus sering dicuci.

Persalinan normal dan ASI

“Bayi yang lahir normal, lebih kecil kemungkinannya kena alergi daripada yang lahir secara C-sectio,” ungkap Prof. Budi. Ini berhubungan dengan pertumbuhan bakteri probiotik di usus. Saat melewati jalan lahir ibu, bayi terpapar flora di lingkungan sekitarnya, sehingga akan cepat terjadi pertumbuhan bakteri bermanfaat di usus. Ini membantu mematangkan sistem imun si Kecil, dan risiko alergi lebih rendah. Sebaliknya, bayi yang lahir secara C-sectio akan mengalami keterlambatan pertumbuhan mikrobiota normal di usus. perkembangan sistem imun pun terhambat.

Pemberian ASI eksklusif juga menurunkan risiko alergi. “ASI mengandung probiotik, oligosakarida yang berfungsi sebagai prebiotik, serta protein rantai pendek. ASI adalah nutrisi terbaik untuk bayi dengan risiko alergi,” tegas Prof. Budi. Prebiotik akan merangsang pertumbuhan bakteri bermanfaat di usus.

Tidak perlu memantang makanan

“Ibu tidak perlu memantang makanan. Yang penting jauhi,” tandas Prof. Budi. Ibu hamil dan menyusui silakan makan berbagai jenis dan macam makanan. Dulu, ibu yang mengandung anak dengan risiko alergi disarankan menghindari makanan yang sering menimbulkan alergi, seperti seafood dan kacang-kacangan. “Namun, penelitian meta analisis terbaru menunjukkan, ibu boleh makan apa saja,” imbuhnya.

Namun tentu, hindari makanan yang sudah diketahui membuat ibu alergi. Selama menyusui, selalu perhatikan reaksi si Kecil terhadap makanan/minuman yang ibu konsumsi. Bila misalnya bayi menunjukkan gejala alergi susu sapi, maka ibu harus memantang susu sapi dan semua produk susu.

Hal yang sama berlaku juga untuk MPASI. Berikan si Kecil segala jenis makanan, jangan ada yang dipantang. Begitu ia menunjukkan tanda alergi terhadap makanan tertentu, barulah makanan itu saja yang dipantang.

Memilih susu yang tepat

Mengingat susu sapi adalah penyebab alergi makanan nomor 2 pada anak, perlu hati-hati. Anak dengan atopi/alergi tidak bisa diberi susu biasa, melainkan harus yang sudah dihidrolisis sehingga proteinnya terpotong-potong.

“Pada anak atopi tapi penyakit alerginya belum muncul, pilihannya adalah susu formula hidrolisat parsial,” ujar Prof. Budi. Ini termasuk pencegahan primer, ketika penyakit alergi belum muncul. Pada susu formula hidrolisat parsial, protein susu sapi lebih pendek daripada susu sapi biasa, tapi masih ada protein rantai panjang.

“Lebih bagus lagi bila susu mengandung sinbiotik, atau kombinasi prebiotik dan probiotik, untuk mencegah munculnya alergi,” imbuhnya. Menurut penelitian, sinbiotik lebih baik dalam pencegahan alergi, ketimbang prebiotik saja atau probiotik saja.

Bagaimana bila anak sudah menunjukkan gejala alergi susu sapi? Tentunya ahrus dipastikan dulu ke dokter anak, yang akan melakukan berbagai pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis. Bila anak sudah dinyatakan alergi susu sapi, “Wajib menghindari protein susu sapi dan produknya.” Maka, susu formula hidrolisat parsial tiberikan. Pada kondisi ini, masuklah ke pencegahan tersier, agar alergi tidak kambuh dan tidak makin berat.

Untuk anak dengan alergi ringan-sedang, pilihannya yakni susu formula hidrolisat ekstensif, yang semua rantai proteinnya sudah menjadi pendek. Pada anak dengan alergi berat, maka berikan susu formula asam amino. Pada susu ini, rantai protein sudah pecah lebih kecil lagi menjadi asam amino, sehingga tidak perlu dicerna oleh saluran cerna si Kecil, dan bisa langsung diserap.

Pencegahan alergi, primer maupun tersier, makin penting lagi di masa pandemi seperti sekarang. Seperti diungkapkan Prof. Budi, anak alergi lebih rentan kena COVID-19. Untuk membantu menilai risiko alergi si Kecil, bisa menggunakan Allergy Risk Screener by Nutriclub yang bisa diakses pada bit.ly/allergyriskrscreener.(nid)

____________________________________________

Ilustrasi: Kid photo created by freepik - www.freepik.com