Saat ini banyak beredar makanan/minuman kekinian yang rata-rata tinggi gula. Di satu sisi ada minuman kesehatan, seperti minuman probiotik, yang juga manis. Konsumsi gula berlebih meningkatkan risiko diabetes dan obesitas.
Kejadian obesitas di Indonesia selaras dengan angka diabetes, masih tinggi. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menyebutkan setidaknya satu dari tiga orang dewasa (35%) di Indonesia obesitas. Angka ini meningkat tajam dibanding tahun 2007 dan 2013, masing-masing sebesar 19% dan 26%.
Sejalan dengan kenaikan angka obesitas, jumlah penduduk dewasa dengan diabetes melitus di Indonesia juga terus menanjak. Saat ini setidaknya satu dari 10 orang dewasa (10,9%) di Indonesia menyandang diabetes melitus.
Diabetes tidak hanya terjadi pada populasi dewasa, tetapi juga anak-anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebutkan bahwa kasus diabetes anak pada 2023 meningkat 70 kali lipat sejak tahun 2010.
Oleh karena itu Kementerian Kesehatan RI menyerukan pembatasan konsumsi gula, garam dan lemak. “Anjuran konsumsi gula per hari adalah 5-10% dari total energi (200 kkal), atau setara dengan 4 sendok makan per hari (50 gram/hari),” kata dietisien Triyani Kresnawan, DCN, MKes, RD, FISQua, pada webinar bertajuk Tak Perlu Khawatir, Manisnya Probiotik Tetap Aman, Sabtu (3/8/2024).
Sementara batasan garam adalah 2000 mg natrium per hari, atau setara dengan 1 sendok teh/hari (5 gram/hari). Dan anjuran lemak adalah 20-25% dari total energi, atau setara dengan 5 sdm/hari (67 gram/hari).
Kembali ke Riskesdas 2018, data menyebutkan 4,8% orang dewasa mengonsumsi gula lebih dari rekomendasi, demikian pula garam dan lemak (18,3% dan 26,5%).
“Gula itu dibatasi supaya tidak berlebihan, membuat gemuk. Kalau orangtuanya gemuk, anak mengikuti pola makan orangtuanya. Kalau orangtuanya suka mengonsumsi gula berlebih, seperti cake, minuman berkalori tinggi, fast food juga banyak, maka akibatnya anak juga berisiko obesitas. Berat badan berlebih ini juga berisiko penyakit degeneratif (di kemudian hari),” Triyani menjelaskan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyerukan untuk mengurangi asupan gula <10% dari total energi. Bukti ilmiah menunjukkan orang dewasa yang mengonsumsi lebih sedikit gula, memiliki berat badan yang lebih rendah. Sebaliknya, peningkatan konsumsi gula dalam makanan dikaitkan dengan peningkatan berat badan.
Hidup di kota besar ternyata meningkatkan risiko diabetes dan obesitas. Masyarakat perkotaan sebagian besar kurang bergerak (sedentari), sementara pilihan makanan/minuman tinggi gula sangat beragam, dan gampang didapatkan.
Baca: Urbanisasi Meningkatkan Obesitas dan Risiko Diabetes Melitus di Indonesia
“Sekarang banyak minuman kekinian yang banyak disukai oleh anak-anak atau remaja, kerena memang enak, sangat manis. Tetapi kalau berlebihan akan berdampak buruk untuk kesehatan. Jadi memang kita perlu waspada pada makanan/minuman kekinian kalau konsumsinya berlebihan. Tapi jika ada yang lebih baik, kalorinya/gulanya sedikit tapi manfaatnya lebih banyak, kenapa tidak,” imbuh Triyani.
Minuman sehat dengan gula minimal bisa kita pilih. Salah satunya adalah minuman probiotik yang mengandung 6,5 milyar bakteri baik Lactobacillus casei Shirota strain (LcS) dalam tiap botolnya.
“Minuman ini biasanya dari susu skim yang difermentasi, mengandung bakteri baik (probiotik) yang hidup,” tukas Triyani. “Minuman ini memang mengandung gula, tetapi minimal, ada yang gulanya 3 gram per saji (botol) dan 10 gram (tergolong rendah dibanding makanan/minuman kemasan lain).”
Minuman probiotik boleh dikonsumsi sebagai minuman kesehatan. Sebaiknya dikonsumsi dalam keadaan dingin, agar bakteri baiknya tetap hidup. Bisa ditambahkan (dicampurkan) dalam makanan/minuman dingin, misalnya jus buah tanpa gula atau puding.
“Saya sudah mencobanya, rasanya menjadi lebih segar dan kita mendapatkan bakteri baik untuk pencernaan kita. Manisnya dari campuran manis alami buah ditambah dari minuman probiotik tersebut,” kata Triyani. “Atau untuk puding, bisa vla-nya (saus) dari minuman probiotik ini.”
Gula dalam tabel informasi nilai gizi
Memantau asupan gula harian salah satunya bisa dengan membaca informasi nilai gizi dalam makanan/minuman kemasan.
“Jangan sampai mengonsumsi gula per sajinya berlebihan. Jadi memang harus dihitung, karena nanti masih ditambah dengan makanan lainnya. Jangan sampai total konsumsi gulanya melebihi 50 gram,” pungkas Triyani. (jie)