sebagian besar masyarakat malas periksa gigi
dampak bila banyak gigi tanggal

94% Masyarakat Malas Periksa Gigi, Ini Dampaknya Bila Gigi Tanggal

Data Kementerian Kesehatan RI menyebutkan sebagian besar masyarakat perkotaan malas periksa gigi ke dokter gigi. Akibatnya kejadian gigi tanggal banyak dialami, padahal seharusnya gigi bisa tetap utuh hingga usia tua.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 mencatat bahwa 94,9% masyarakat perkotaan malas, bahkan tidak pernah ke dokter gigi dalam setahun terakhir. Ini ironi mengingat mudahnya akses transportasi dan banyaknya klinik perawatan gigi di perkotaan.

Penyebabnya ditengarai antara lain faktor biaya yang menjadi hambatan bagi masyarakat untuk rutin konsultasi ke dokter gigi, selain penyebaran dokter gigi yang belum merata ke daerah.

Akibatnya, dari 57% masyarakat yang mengalami permasalahan gigi dan mulut, hanya 10,2% yang berkunjung ke dokter gigi,  itu pun umumnya karena sudah merasa sangat kesakitan.

Sebab lain adalah masih rendahnya pengetahuan masyarakat tentang cara dan waktu sikat gigi dengan benar. Sebagian besar orang menganggap waktu yang tepat untuk sikat gigi adalah pagi dan sore hari, ketika mandi. Padahal yang benar adalah pagi hari sebelum sarapan, dan malam hari sebelum tidur.

Terkait fakta tersebut, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin, dalam peluncuran kampanye Jangan Tunggu Sampai Sakit Gigi, #KonsultasiGigiSekarang, mengatakan, “Masalah kesehatan gigi dan mulut di Indonesia terbilang masih sangat tinggi. Beberapa faktor penyebabnya antara lain kurangnya kesadaran, rasa enggan dan kesulitan akses ke tenaga profesional.”

“Terlebih dengan adanya pandemi COVID-19, kita harus mengubah cara pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Edukasi dan sinergi dari berbagai pihak, termasuk kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut akan membuka harapan untuk mencapai target Indonesia Bebas Karies 2030,” katanya, Selasa (22/3/2022).

Untuk mengatasi hal tersebut, masyarakat luas bisa memanfaatkan layanan telemedicine, salah satunya layanan teledentistry gratis yang diadakan oleh PDGI (Persatuan Dokter Gigi Indonesia) dan Pepsodent (di nomor WhatsApp: 0878-8876-8880) yang telah diluncurkan sejak tahun 2020.

Menunda berarti mengundang masalah

Riskesdas 2018 juga mencatat rata-rata pada usia 35 – 44 tahun masyarakat Indonesia sudah kehilangan 2 giginya.

Fakta lainnya adalah, “Rata-rata di usia 65 tahun sebagian masyarakat  Indonesia sudah kehilangan 11 giginya, sementara yang ditambal sedikit sekali hanya 0,05%,” ujar drg. Ratu Mirah Afifah, GCClinDent, MDSc, Head of Professional Marketing Beauty and Personal Care Unilever Indonesia.

Dalam kesempatan yang sama, Prof. Ihsane Ben Yahya, President FDI World Dental Federation menjelaskan, kerusakan gigi yang diabaikan hingga berujung ke gigi tanggal dapat berdampak luas, namun orang cenderung tidak menyadari konsekuensinya terhadap kesehatan, kesejahteraan, kualitas hidup, diskriminasi sosial, hingga hilangnya kesempatan untuk bersekolah ataupun bekerja.

“Gigi dan mulut yang sehat berkaitan erat dengan tubuh yang sehat, maka cara kita merawatnya akan menentukan kesehatan tubuh kita di masa mendatang,” ujar Prof. Ihsane.

Kehilangan satu gigi bisa berdampak luas secara fisik dan psikologis. Jelas mengganggu fungsi mengunyah. “Kalau pengunyahannya terganggu, maka pencernaannya menjadi berat. Akibatnya absorbsi makanan juga terganggu,” drg. Usman Sumantri, Msc, Ketua Pengurus Besar PDGI menambahkan.

Selain itu masih ada masalah estetika. “Kalau banyak gigi yang hilang, otot-otot wajah juga turun, itu mempercepat orang menjadi lebih tua dari umur sebenarnya. Itu menjadikan orang tidak percaya diri,” imbuh drg. Usman.

Gigi tanggal harus diganti

Pengaruh gigi tanggal terhadap kemampuan mengunyah, tidak boleh dianggap enteng. Bila banyak gigi yang tanggal pada satu sisi, maka orang cenderung mengunyah pada satu sisi saja. Sisi yang tidak bergigi tidak dipakai mengunyah.

Bila ini berlanjut terus menerus dalam waktu lama, akan mengakibatkan kelainan sendi rahang. Kelainan pada sendi rahang akan menimbulkan rasa sakit yang luar biasa.

Efek domino terus berlanjut. Gigi tanggal menciptakan rongga pada deretan gigi. Gigi lawan (yang berada di atas atau di bawah gigi tanggal) akan turun ke arah yang tidak bergigi. Gigi di kiri-kanan gigi tanggal pun akan bergeser sehingga deretan gigi menjadi renggang.

Ini membuat makanan mudah terselip di antara gigi, yang bisa menimbulkan kelainan pada jaringan penyangga gigi (periodontal).  Akibat lanjutannya, gigi-gigi yang lain akan ikut goyang sehingga perlu dicabut atau tanggal dengan sendirinya.

Sehingga disarankan untuk mengganti gigi yang tanggal dengan gigi tiruan. (jie)

Baca: Gigi yang Tanggal Harus Diganti, Ini Risikonya bila Gigi Dibiarkan Ompong