Vitamin B12 - disebut juga kobalamin – merupakan vitamin larut air yang penting. Peran utamanya adalah dalam produksi sel darah merah dan DNA, juga untuk menjaga fungsi sistem saraf. Penderita diabetes dan lansia merupakan kelompok yang rawan alami kekurangan vitamin B12.
Vitamin B12 secara alamiah bisa diperoleh dalam makanan hewani, termasuk daging merah, ikan, daging unggas, telur dan susu. Namun juga bisa ditemukan dalam produk yang diperkaya B12, seperti roti dan susu nabati.
Sayangnya lansia (usia >60 tahun), penderita diabetes yang mengosumsi obat metformin, mereka yang pernah operasi potong usus, menerapkan diet vegetarian ketat dan orang yang mengonsumsi obat asam lambung berisiko tinggi mengalami defisiensi (kekurangan) vitamin B12.
Dalam jurnal Annual Review of Nutrition dijelaskan sekitar 10-15% lansia dalam satu populasi mengalami defisiensi B12. Ada beberapa hal yang menyebabkan lansia rawan kekurangan vitamin B12, seperti minimnya asupan makanan tinggi B12, penurunan kemampuan tubuh menyerap vitamin B12 akibat penuaan, mengonsumsi obat-obatan asam lambung atau diabetes.
Sementara itu pada penderita diabetes mellitus tipe 2, salah satu obat lini pertama yang diberikan adalah metformin. Riset di jurnal Medicine (2019) menunjukkan bahwa 6-30% penderita diabetes yang mendapatkan terapi metformin mengalami defisiensi B12.
Penyebab pasti metformin menyebabkan kekurangan vitamin B12 belum diketahui, tetapi kemungkinan karena metformin bisa mengganggu penyerapan vitamin B12 di usus halus.
Sayangnya, gejala kekurangan vitamin B12 bisa membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk terlihat, dan diagnosanya pun kompleks. Berikut beberapa tanda bila Anda alami defisiensi vitamin B12:
1. Kulit pucat atau kuning
Mereka yang kekurangan vitamin B12, termasuk penderita diabetes atau lansia kerap terlihat pucat atau kekuningan pada kulit dan bagian putih mata, suatu kondisi yang dikenal dengan jaundice (penyakit kuning).
Vitamin B12 penting dalam produksi DNA dan sel darah merah, tanpa vitamin ini instruksi untuk membangun sel tidak lengkap, dan sel tidak dapat membelah. Kondisi ini dikenal dengan anemia megaloblastic, di mana sel darah merah yang diproduksi lebih besar dan rapuh.
Sel darah merah ini terlalu besar untuk keluar dari sumsum tulang dan masuk ke sirkulasi tubuh. Ini menyebabkan tidak cukup banyak sel darah merah yang bersirkulasi di tubuh, dan kulit akan tampak pucat.
2. Kelelahan dan kelemahan
Kelemahan dan kelelahan adalah gejala umum kekurangan vitamin B12. Kondisi ini terjadi karena tubuh tidak cukup memroduksi sel darah merah yang mengangkut oksigen ke seluruh tubuh.
3. Kesemutan
Salah satu dampak serius defisiensi vitamin B12 adalah kerusakan saraf. Hal ini dapat terjadi seiring waktu, karena vitamin B12 juga penting dalam pembentukan mielin, zat lemak yang mengelilingi dan melindungi saraf.
Tanpa vitamin B12, mielin yang diproduksi akan berbeda, sehingga sistem saraf tidak bisa berfungsi normal. Salah satu tanda umum adalah kesemutan (paresthesia), yang muncul bukan karena posisi duduk tertentu. Kesemutan di tangan/kaki terjadi tanpa sebab.
4. Perubahan pada mobilitas
Jika tidak diobati, kerusakan sistem saraf akibat defisiensi B12 dapat menyebabkan perubahan cara berjalan dan bergerak. Pada lansia ini bisa berbahaya karena membuat lansia rentan jatuh.
Riset Robert Clarke, dkk, menyatakan gejala ini sering tidak terlihat pada lansia dengan kekurangan vitamin B12 yang tidak terdiagnosa. Namun mencegah atau mengobati kekurangan B12 pada lansia dapat meningkatkan mobilitas.
5. Radang lidah
Kekurangan vitamin B12 bisa ditandai dengan lidah mengalami peradangan (glossitis). Lidah akan berubah bentuk dan warna, membuatnya terasa sakit, merah dan bengkak.
Peradangan juga dapat membuat lidah terlihat halus, karena semua tonjolan kecil di lidah yang berisi indera perasa meregang dan menghilang.
6. Sesak napas dan pusing
Anemia karena kekurangan B12, bisa membuat penderitanya merasa sesak napas dan pusing, terutama saat ia memaksakan diri melakukan aktivitas. Ini karena tubuh kekurangan sel darah merah yang mengangkut oksigen ke sel-sel tubuh.
7. Gangguan penglihatan
Salah satu tanda mengalami defisiensi vitamin B12 adalah pandangan kabur. Kerusakan sistem saraf akibat defisiensi B12 juga bisa terjadi di saraf mata.
Akibatnya mengganggu sinyal saraf yang berjalan dari mata ke otak, mengganggu penglihatan. Kondisi ini dikenal sebagai neuropati optik.
8. Perubahan suasana hati
Kadar vitamin B12 yang rendah dihubungkan dengan gangguan mood dan otak, seperti depresi dan demensia.
Sebuah riset yang diterbitkan di jurnal Fundamental & Clinical Pharmacology mencatat tingginya kadar homosistein (salah satu asam amino/bagian terkecil protein) yang disebabkan oleh kadar vitamin B12 yang rendah dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak dan mengganggu sinyal dari dan ke otak. Ini menyebabkan perubahan mood. (jie)