hoaks seputar covid-19, thermal gun merusak otak

3 Hoaks COVID-19 Yang Masih Santer Terdengar, Terbaru : Thermal Gun Merusak Otak

Berita bohong alias hoaks seputar COVID-19 masih saja berseliweran di media sosial, celakanya banyak yang percaya. Hoaks selain berbahaya juga berisiko memberikan rasa aman palsu.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) hoaks bermakna berita bohong, atau berita yang tidak bersumber. Sementara Silverman (2015) mendefinisikan hoaks sebagai serangkaian informasi yang memang sengaja disesatkan, tetapi “dijual’ sebagai kebenaran.

Hoaks bukan sekedar menyesatkan, informasi yang tidak benar tersebut juga tidak memiliki landasan faktual, tetapi disajikan seolah-olah sebagai rangkaian fakta.

Berikut ini 3 hoaks seputar COVID-19 yang masih santer terdengar:

Thermal gun merusak otak

Belakangan banyak masyarakat yang mempertanyakan keamanan atau efek samping penggunaan thermal gun yang katanya bisa merusak struktur otak manusia.

Juru Bicara Pemerintah untuk COVID-19 Achmad Yurianto mengatakan kabar terkait thermal gun dapat merusak otak adalah statemen yang tidak benar.

Secara ilmiah, menurut Yuri, berbagai ahli sudah mengatakan bahwa alat tersebut hanya mengukur dengan pancaran radiasi sinar inframerah, yang setiap saat pasti akan dipantulkan oleh semua benda yang ada di sekitar.

“Dalam hal ini, thermal gun juga dipastikan tidak menggunakan sinar laser, tidak menggunakan sinar radioaktif semacam, x-ray. Hanya inframerah," jelas Yuri di Media Center, Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Senin (20/7).

Takut dibunuh ahli virus China kabur ke AS dan bersaksi COVID-19 hasil persekongkolan jahat

Dalam sebuah artikel yang tersebar luas dikatakan Li Meng Yan, spesialis virologi dan imunologi di Hong Kong School of Public Health melarikan diri ke AS sejak 28 April 2020 lalu.

Li menceritakan kepada Fox News dalam sebuah wawancara eksklusif bahwa dia percaya pemerintah China tahu tentang virus corona jauh sebelum mengklaim itu. Dia mengatakan atasannya, yang terkenal sebagai beberapa ahli top di lapangan, juga mengabaikan penelitian yang dia lakukan pada awal pandemi yang dia percaya bisa menyelamatkan nyawa manusia.

Faktanya, Li hanya menyebut bahwa Tiongkok menutup-nutupi keberadaan COVID-19 sebelum akhirnya diumumkan secara resmi oleh pemerintah. Universitas Hong Kong (HKU) membantah klaim tersebut. HKU menyatakan isi wawancara Li dengan Fox News tidak sesuai dengan fakta-fakta kunci yang ada.

Artikel tersebut bersumber dari wawancara eksklusif Fox News dengan Li yang terbit pada 10 Juli 2020, berjudul “Exclusive: Chinese virologist accuses Beijing of coronavirus cover-up, flees Hong Kong: ‘I know how they treat whistleblowers’“.

Namun, setelah artikel itu diperiksa secara menyeluruh, ditemukan bahwa Li tidak menyebut COVID-19 sebagai hasil persekongkolan jahat.

COVID-19 hanyalah fitnah untuk menghambat kebangkitan umat Islam

Beredar narasi yang intinya mengklaim bahwa COVID-19 hanyalah fitnah yang digunakan untuk menghambat kebangkitan umat Islam.

Tulisan tersebut berisi 12 poin. Dalam salah satu poin, disebutkan bahwa virus corona baru ini merupakan bentuk ketakutan para elite global akan kebangkitan umat Islam yang sudah di depan mata. Narasi juga mengklaim bahwa, dalam menangani COVID-19, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dikendalikan oleh Amerika Serikat dan Yahudi.

Faktanya, data menunjukkan bahwa 10 negara dengan kasus COVID-19 tertinggi saat ini adalah negara-negara yang populasi muslimnya minoritas. Selain itu, saat ini Amerika Serikat sedang berkonflik dengan WHO, di mana mereka telah menghentikan pendanaan sejak April 2020 dan mengumumkan akan keluar dari keanggotaan WHO. (jie)