Selama penanganan pandemi COVID-19 dari Februari hingga awal Oktober ini tercatat sudah 130 dokter yang meninggal.
Yang terbaru data Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mengungkapkan ada penambahan tiga dokter yang meninggal dunia. Ini menjadikan total dokter yang gugur akibat infeksi virus corona menjadi 130 dokter.
"Berita duka kembali datang dari dunia medis. Dalam tiga hari awal Oktober 2020 ini bertambah tiga dokter meninggal dunia akibat COVID-19, " kata External PR Lead untuk Tim Mitigasi PB IDI, Elizabeth, seperti dilansir Antara, Minggu (4/10/2020).
Dari jumlah 130 dokter yang gugur tersebut 67 orang adalah dokter umum dengan empat dokter yang telah ditetapkan sebagai guru besar. Selain itu ada 61 dokter spesialis dengan empat di antaranya juga adalah guru besar, serta dua orang residen.
Dari jumlah dokter yang meninggal, 84,6 % (110) adalah dokter laki-laki dan 15,4% (20) sisanya adalah dokter perempuan. IDI juga menyatakan persentase dokter meninggal tersebar di 18 IDI wilayah provinsi dan 61 IDI cabang kota/kabupaten.
Sementara pada profesi dokter gigi, tercatat sembilan dokter gigi meninggal dunia; enam dokter gigi umum dan tiga dokter gigi spesialis. Untuk perawat yang tercatat, ada 92 orang perawat meninggal dunia akibat infeksi virus corona ini.
Kondisi ini sangat memrihatinkan mengingat karena jumlah dokter di Indonesia termasuk salah satu yang terendah di Asia, dengan perbandingan rata-rata 1 dokter melayani 3000 orang.
Dengan banyaknya dokter dan tenaga kesehatan lain yang meninggal berarti layanan kesehatan, baik pada pasien COVID-19 atau non COVID-19 akan terganggu.
Sebelumnya PB IDI dalam Twitter resminya mengatakan “Jumlah dokter yang meninggal terus bertambah dari minggu ke minggu. Pandemi COVID-19 masih belum terkendali. Amat penting untuk mengetahui status setiap orang apakah sudah terinfeksi atau tidak.”
PB IDI juga menambahkan, upaya dari tenaga medis akan sia-sia jika tidak dibarengi dengan upaya dari setiap individu untuk menjaga diri dari penular dari lingkungannya.
“Jadikan protokol kesehatan dengan memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan sebagai gaya hidup baru sehari-hari,” tegasnya.
Masyarakat belum peduli dengan protokol kesehatan
Dalam keterangan persnya, Wakil Ketua TIM Mitigasi PB IDI dr. Ari Kusuma Januarto mengatakan, himbauan pemerintah tentang penerapan protokol kesehatan tidak cukup kuat menahan laju kematian tenaga medis.
"Yang memprihatinkan adalah meski pemerintah dan banyak pihak sudah gencar menyampaikan pentingnya protokol kesehatan namun jumlah kematian tenaga kesehatan terutama dokternya semakin tambah pesat.
“Dan kita tahu angka kematian yang cepat ini membuktikan bahwa masyarakat tidak hanya abai terhadap pelaksanaan protokol kesehatan namun juga tidak peduli pada keselamatan tenaga kesehatan," ujarnya.
Dr. Ari menuturkan bahwa PB IDI berharap masyarakat tidak menganggap remeh pandemi ini. Jika semakin masyarakat abai terhadap protokol kesehatan, maka Indonesia akan sulit melewati masa pandemi ini dan bukan hanya kerugian secara ekonomi namun juga korban jiwa baik tenaga kesehatan, keluarga, maupun diri sendiri. (jie)