Tak ada kata “berhenti” bagi Prof. Dr. dr. Daldiyono, Sp.PD-KGER, Guru Besar FK UI/RSCM. “Kalau sudah tua, kita harus mengembangkan otak kanan,” ujarnya. Selain mengajar filsafat di program pascasarjana FKUI, ia mengisi waktu antara lain dengan mendalami budaya Jawa, memabuh gamelan dan mempelajari kidung Jawa tahun 1800-an. Tiap Sabtu, ia menyambangi Sanggar Sekuntaria di Kelapa Gading, Jakarta. Jangan kaget, jika di usia hampir kepala tujuh, ia mahir nembang.
Ayah tiga anak dan kakek tujuh cucu ini juga produktif menulis. Sejak 2005, sudah tiga bukunya yang diterbitkan, termasuk novel Liku-liku Hidup (2007). Hemat Emosi dan Ilmu Slamet.
Prof. Dal makan secukupnya, senam setiap hari dan jalan kaki sebanyak mungkin. “Kalau ke gedung bertingkat, saya tidak pernah lift. Sampai tingkat lima, masih kuat jalan naik tangga,” ucapnya. Tidak ketinggalan, “Hormati dan bahagiakan orang lain. Dan berterima kasih kepada Tuhan, karena hidup ini indah.” (nid)