“Aku mau nemenin Aisha sampai dia dewasa nanti.” Ini mantra Denada untuk menjaga semangatnya, sekaligus hal pertama dalam daftar alasannya untuk terus berolahraga dan menjalani pola hidup sehat. “Saat sedang malas, aku lihat lagi daftar itu. Begitu baca nomor 1 saja, semangatku langsung balik lagi,” tutur penyanyi dan aktris bernama lengkap Denada Elizabeth Anggia Ayu Tambunan.
Msih banyak lagi mantra Denada yang dituangkannya dalam daftar alasan untuk rutin olahraga. “Aku ingin selalu sehat dan bugar, punya kualitas hidup yang baik, awet muda, lebih happy, punya mood lebih bagus, tidur malam lebih enak. Daftar ini selalu bisa mengembalikan semangat dan fokusku,” tutur penyanyi yang mengawali karir sebagai rapper di 1990-an.
Mantra Denada ini tampaknya memang menjadi hal penting dalam hidup Denada dan Aisha. Seperti diketahui, putri semata wayangnya, Aisha yang baru berusia 7 tahun, memiliki leukemia (kanker darah), dan masih harus menjalani pengobatan di Singapura. Ibu dan anak yang tangguh ini tentunya membutuhkan energi yang luar biasa besar untuk menghadapi pengobatan demi pengobatan.
Jatuh cinta dengan Zumba
Pada dasarnya, Denada memang suka berolahraga. Kegemarannya ini muncul sejak kecil, karena terbiasa melihat almarhum papanya berolahraga. “Papa dulu punya ring tinju, jadi dari kecil aku sudah main di sana. Olahraga itu suatu hal yang gak pernah lepas dari kehidupanku sejak lama,” ujarnya, dalam diskusi daring bersama Zumba Fitness dan Strong Nation beberapa waktu lalu.
Sejak berkenalan dengan Zumba, “Itu kayak ketemu jodoh. Langsung jatuh cinta.” Tanpa menunggu lama, Denada makin mesra dengan Zumba, dan membawa hubungan ini ke jenjang yang lebih tinggi: menjadi instruktur Zumba. “Aku ingin membagikan manfaat dan perubahan positif yang aku rasakan selama mengikuti kelas Zumba kepada orang lain,” imbuhnya.
Menurut Denada, “Zumba is a happy workout. Gak berasa seperti sedang olahraga. Dijamin saat datang ke kelas Zumba, keluar kelas itu rasanya seperti habis senang-senang.” Memang, gerakan pada Zumba diambil dari American dance sehingga kerap menimbulkan keraguan bagi yang tidak bisa menari. “Tapi sebagai instruktur Zumba, kami punya satu formulasi penting. Yakni bagaimana caranya supaya kelas Zumba bisa dinikmati oleh semua orang, tanpa memandang usia maupun latar belakangnya,” tegas Denada.
Selama mendampingi Aisha berobat di Singapura, Denada tidak absen dari kelas Zumba. Justru ia lebih sering datang, untuk melepaskan stres. Hingga akhirnya ia mengambil sertifikasi untuk menjadi instruktur. Selama pandemi, Denada mengajar Zumba secara virtual. Di tempatnya mengajar, setiap 15 menit ada jadwal kelas, dengan instruktur berbeda dari berbagai negara. “Jadi tidak ada alasan tidak ada waktu untuk olahraga, karena selama 24 jam selalu ada kelas,” pungkasnya. (nid)
_______________________________________________
Foto: Instagram Denada (@denadaindonesia)