Memasukkan perangkat pintar/gawai ke dalam kehidupan sehari-hari anak-anak menjadi semakin umum di era digital yang berkembang pesat. Ini mempengaruhi pengalaman, interaksi dan perkembangan mental mereka.
Dengan memperkenalkan gawai (ponsel, tablet, TV, komputer, perangkat permainan, dll) dan perangkat elektronik lainnya, akses anak-anak terhadap informasi, keterlibatan dengan konten pendidikan dan koneksi dengan dunia di sekitar mereka telah berubah.
Namun, selain manfaat teknologi modern, terdapat kekhawatiran mengenai kemungkinan dampaknya terhadap beberapa elemen perkembangan anak, seperti penguasaan bahasa, ketrampilan komunikasi dan emosi mereka.
Riset di jurnal PLoS One (2018) menunjukkan bahwa perkembangan bahasa merupakan tahap kunci dalam pertumbuhan kognitif, sosial dan emosional anak usia dini. Keterampilan berbahasa dipengaruhi oleh interaksi, selain genetik. Pengalaman positif di awal kehidupan, interaksi responsif dan paparan bahasa yang bervariasi akan membangun kemampuan bicara yang kuat.
American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan batasan waktu penggunaan gawai / menatap layar (screen time) kurang dari 1-2 jam per hari untuk anak di bawah dua tahun. Mereka juga merekomendasikan konten interaktif dan mendidik untuk anak-anak yang lebih besar yang menggunakan gawai untuk menyeimbangkan interaksi layar dengan aktivitas perkembangan lainnya.
Reviu sistematis terbaru
Selain manfaat positif, penelitian menunjukkan adanya hubungan negatif antara peningkatan konsumsi gawai pada anak usia dini dan kemampuan bicara, dengan setiap tambahan jam penggunaan akan mengurangi keterampilan bahasa ekspresif.
Pada tahun 2023, Manal M Alamri dan tim melakukan tinjauan sistematik dari 17 riset selama 10 tahun terakhir untuk menyelidiki dan menentukan hubungan antara keterlambatan bicara dan penggunaan gawai pada anak-anak.
Studi ini mendapati bahwa paparan media elektronik yang berkepanjangan pada anak-anak berhubungan negatif dengan kosa kata ekspresif dan keterampilan bahasa anak-anak, selain penurunan skor bahasa dan terlambat bicara.
Di salah satu tinjauan menyebutkan, gawai digunakan oleh 90,3% anak dengan keterlambatan perkembangan bicara dan bahasa. Pada tujuh studi lain juga terlihat bahwa paparan gawai dalam jangka waktu lama bagi anak-anak dan orangtua dikaitkan dengan penurunan kosa kata ekspresif anak dan keterampilan bahasa yang buruk, termasuk keterampilan leksikal.
Ini menunjukkan bahwa lamanya konsumsi media (screen time) orangtua juga mempengaruhi bahasa anak; berkontribusi membuat anak terlambat bicara. Dalam riset tersebut adalah orangtua yang menonton TV lebih dari dua jam, atau menghabiskan waktu >2 jam menjelajahi web, atau terlibat di media sosial lebih dari dua jam.
“Temuan kami menunjukkan anak-anak cenderung untuk memiliki screen time berlebihan jika orantuanya menggunakan gawai lebih dari dua jam,” ulas peneliti di jurnal Cureus.
Namun, keterlibatan orangtua dalam mengawasi dan mengatur waktu dan isi tayangan anak berhubungan positif dengan perkembangan bahasa anak. “Menonton bersama, di mana orangtua berinteraksi dan mendiskusikan informasi dengan anak mereka, dapat meningkatkan manfaat dari screen time tersebut,” peneliti menjelaskan.
Pengenalan gawai pada tahap perkembangan anak selanjutnya (usia 24 bulan ke atas) dikaitkan dengan perkembangan bahasa yang positif. Sedangkan, pengenalan di awal berkaitan dengan keterlambatan bicara. Namun, menghentikan paparan perangkat pintar selama 6 bulan bisa meningkatkan kemampuan bicara pada anak-anak yang terlambat bicara tersebut. (jie)