anak nakal mungkin kurang olahraga kelelahan belajar

Kok Anak Saya Nakal Ya? Mungkin Kurang Olahraga

Pendidikan adalah hal yang penting untuk anak-anak. Tetapi demi mengejar nilai yang baik di sekolah banyak anak-anak harus menambah jam pelajaran mereka di luar jam sekolah. Jangan lupakan pekerjaan rumah yang juga harus diselesaikan, biasanya ini tidak hanya memusingkan si bocah tetapi juga orangtuanya. Rutinitas belajar ini sudah pasti membuat anak-anak kelelahan. Riset menunjukkan kelelahan belajar justru menyebabkan perilaku nakal, sebaliknya olahraga terbukti memperbaiki perilaku anak.

Terlalu lelah setelah belajar dari pagi hingga sore, jelas kontra produktif bagi otak anak-anak. Justru membuat anak-anak tidak bisa konsentrasi pada materi pelajaran.

“Riset menunjukkan belajar terus-menerus dalam jangka panjang dapat menimbulkan masalah bagi anak. Mereka jadi susah konsentrasi, keluhan sakit kepala atau perut, sukar dikasih tahu dan bandelnya minta ampun kalau di sekolah,” papar Roslina Verauli, MPsi, psikolog di RS Pondok Indah Jakarta.

Berdasarkan riset Laura E. Berk tahun 2014 kelompok anak yang secara reguler melakukan olahraga (lari, bersepeda, sepakbola) selama jam istirahat sekolah memiliki performa akademis yang meningkat, konsentrasi lebih baik dan matang psikososialnya. Studi dilakukan dalam periode 3-6 bulan.

“Yang paling utama dari penelitian tersebut adalah anak-anak itu memiliki kualitas mental juara. Anak menjadi lebih percaya diri,” tambah psikolog yang akrab disapa Vera ini.

Di usia sekolah, Vera menambahkan, kompetensi anak dinilai tidak hanya dari nilai akademisnya. Tetapi juga bisa tidaknya bergaul (punya banyak teman), kompeten secara penampilan dan kompeten secara fisik (misalnya pintar bermain basket atau sepak bola). Faktor-faktor ini lah yang membentuk kepercayadirian anak.  

“Kalau anak sering ganggu anak lain di kelas, jangan buru-buru berpikir ADHD (attention deficit hyperactivity disorder). Jangan-jangan cuma kurang istirahat dan olahraga,” tukas Vera.

Olahraga dan daya ingat

Riset Laura E. Berk juga menyebutkan, usia sekolah (7-12 tahun) adalah waktunya anak mulai dilibatkan dalam aktivitas olahraga. Dengan olahraga, anak akan menemukan area dengan kemampuan terbaik. Mereka juga akan belajar berkomitmen, ingat olahraga juga mengajarkan sportivitas. 

Studi pun menunjukkan olahraga berhubungan langsung dengan kecerdasan otak. Menurut Prof. Phil Tomporowski, peneliti olahraga dari University of Georgia, exercise menimbulkan efek lebih lama pada otak anak yang masih berkembang.

Exercise (olahraga) meningkatkan aliran darah yang membawa oksigen dan glukosa ke otak, yang mana dibutuhkan untuk mempertahankan kesadaran, fokus dan daya ingat. Rutin berolahraga selama 3 bulan meningkatkan 30% aliran darah ke otak.

Olah fisik secara rutin ternyata juga membuat otak membangun sel-sel baru di area dentate gyrus, sebuah area yang berhubungan dengan ingatan. Mereka yang berolahraga secara rutin ingatan jangka pendeknya lebih tajam, memiliki respon reaksi yang cepat dan nilai kreativitas yang lebih tinggi. 

“Jam belajar anak 5-7 jam adalah lebih dari cukup. Beri kesempatan anak beraktivitas fisik dalam bentuk olahraga. Terutama bersama-sama teman-teman seusia dan keluarga,” ujar psikolog yang kerap tampil di TV ini.

Olahraga mesti diajarkan sejak usia SD, ini menggantikan kegiatan bermain pada anak usia yang lebih muda (usia 2-6 tahun). Jadi olahraga semestinya menjadi hal yang menyenangkan. (jie)