THR - Upaya Menurunkan Jumlah Perokok yang Berpotensi Menyelamatkan Jiwa, tapi Masih Dipandang Sebelah Mata
jumlah_perokok_THR

THR - Upaya Menurunkan Jumlah Perokok yang Berpotensi Menyelamatkan Jiwa, tapi Masih Dipandang Sebelah Mata

Indonesia memiliki jumlah perokok laki-laki terbanyak di muka bumi. Kita sudah tahu bagaimana risiko tembakau menyebabkan kematian dini. Rokok berkontribusi terhadap beberapa penyebab kematian utama di Indonesia seperti kanker paru, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), penyakit jantung, stroke dan tuberkulosis yang terus meningkat setiap tahunnya. Namun demikian, angka perokok di Indonesia terus saja naik. Indonesia bahkan disebut sebagai negara terakhir dengan populasi tinggi yang jumlah perokoknya terus meningkat.

Analisis Lives Saved Report yang dikeluarkan oleh Global Health Consults pada akhir November 2024 menemukan, lebih dari 4,6 juta jiwa dapat terselamatkan pada 2060 dengan metode Tobacco Harm Reduction (THR). Namun sayangnya, THR masih sering dipandang sebelah mata, karena dianggap mempromosikan rokok elektrik.

Sesungguhnya, THR tidaklah identik dengan salah satu produk turunan rokok. “Ini adalah upaya untuk menurunkan dampak buruk tembakau. Bisa dari science, teknologi, hinga regulasi,” ungkap dr. Ronny Lesmana, dosen dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung.

Bersama prof. Amalia dari FKG Unpad, dr. Ronny adalah salah satu penulis Lives Saved Report 2024 dari Indonesia. Para peneliti studi tersebut berjumlah 14 orang dari berbagai negara, yang tergabung dalam Tobacco Harm Reduction Expert.

Potensi THR untuk Mengurangi Jumlah Perokok

Berdasarkan analisis dari Lives Saved Report, kita punya kesempatan untuk menyelamatkan 4,6 juta orang di Indonesia dari dampak buruk merokok. Usaha untuk menghentikan orang merokok sekaligus menekan jumlah perokok masif di semua negara, tapi jumlah orang untuk yang memilih berhenti merokok tidaklah signifikan. “Kita perlu pendekatan baru untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, untuk menurunkan risiko kesakitan dan kematian akibat rokok,” tegas dr. Ronny, dalam diskusi media bedah laporan “Lives Saved Report” di Jakarta, Senin (3/2/2025).

Metode THR memfokuskan peralihan konsumsi rokok dengan menggunakan langkah alternatif yang lebih rendah risiko. Apa efek dan dampak THR? “Bila orang berhenti merokok, kualitas hidup dan angka harapan hidup meningkat. Kalau kita bisa lakukan intervensi dalam cara apapun, mungkin beralih ke produk-produk tembakau yang less harmful, mungkin jumah perokok bisa berkurang,” ujar dr. Ronny.

Dari segi teknologi, ada berbagai macam THR. Misalnya nicotine patch, vape, sisha, hingga HTP (heated tobacco products). Penelitian selama 5 tahun membandingkan semua produk tadi, dengan mengeksposnya ke sel paru sehat di lab. “Tidak semua produk itu di lab memiilki efek yang lebih baik dibandingkan rokok konvensional. Ada yang sama jelek, dan ada yang lebih baik. Ada yang menunjukkan toksisitas lebih rendah dan menurunkan risiko inflamasi. Kita lakukan penelitian di enam negara berbeda, dan hasilnya sama,” papar dr. Ronny.

Ia menekankan, tidak semua produk turunan tembakau itu sempurna. “Hati-hati terhadap kandungan mentol. Ini sudah dilarang di banyak negara,” tandasnya.

Sasaran THR

THR ditujukan untuk perokok, bukan untuk merangsang orang menjadi pengguna vape dan rokok elektrik. “Membuat orang berhenti merokok itu susahnya luar biasa. THR bisa digunakan untuk mengurangi dosis,” ucap praktisi kesehatan dr. Arifandi Sanjaya. Ia menyayangkan, THR yang awalnya digunakan untuk mengurangi rokok, sekarang justru jadi tren di kalangan anak muda yang awalnya tidak merokok.

Ia melanjutkan, “Saat praktik, saya tidak bikin orang berhenti merokok, tapi saya buat mereka membatasi dosisnya,” ujar dr. Arifandi. Pertama, ia akan menggali dulu rokok apa yang dihisap oleh pasiennya, serta berapa banyak dan berapa sering pasien tersebut merokok. “Kalau misalkan social smoker yang hanya merokok bersama teman-teman, ya tidak usah merokok saja. Tapi kalau sudah satu bungkus satu hari, apalagi sudah ada penyakit tapi tetap tidak mau dengar, nah itu sasarannya,” imbuhnya.

Langkah awal, dr. Arifandi aka menyarankan untuk mengurangi dulu intensitas merokoknya. Setelah berhasil dikurangi, selanjutnya dievaluasi. Bila berhasil, maka pasien akan didorong untuk coba berhenti merokok. “Kalau ternyata tidak bisa, sampai stres karena dopamin berkurang lantarn tidak dapat nikotin, kita akan cari produk nikotin selain tembakau bakar,” jelasnya.

Di pasaran, ada berbagai produk nikotin pengganti rokok, seperti patch atau nikotin kunyah. Namun ini jarang jadi pilihan karena biasanya perokok merindukan sensasi yang seperti merokok: mengisap dan mengembuskan asap. Di sinilah peranan vape, HTP, dan lain-lain. “Banyak orang yang hidupnya terbantu, dan lebih nyaman dengan THR. Pagi hari tidak ada dahak, tidak batuk-batuk, tanpa jadi lemas akibat kekurangan nikotin,” tutur dr. Arifandi.

Ia menekankan, yang penting jangan dobel – rokok jalan terus, tapi juga pakai THR. Targetnya adalah mengurangi rokok atau pindah ke THR, untuk mengurangi jumlah perokok dan meminimalkan dampak buruk rokok. “Yang bahaya adalah dual user, karena dosis nikotin jadi tidak terkontrol,” tegasnya.(nid)

Seperti apa regulasi THR di Indonesia? Simak pada artikel selanjutnya.