Sudah dipahami secara luas bila gaya hidup sedentari (kurang gerak) buruk untuk kesehatan, termasuk jantung. Sementara sebagian besar pekerjaan kantoran mengharuskan kita duduk berjam-jam.
“Sebagian besar orang menghabiskan waktu, rata-rata hingga 10 jam, untuk duduk,” kata Shaan Khurshid, MD, MPH, ahli elektrofisiologi jantung dari Massachusetts General Hospital, AS, melansir Medical News Today.
“Dengan alasan tersebut, penting untuk memahami bagaimana duduk dan gaya hidup sedentari mempengaruhi kesehatan, dan apakah ini dampaknya tersebut bisa dicegah dengan olahraga atau aktivitas fisik.”
Penelitian yang Khursid dan tim lakukan menemukan bila duduk lebih dari 10 jam sehari signifikan berkaitan dengan gagal jantung dan kematian (akibat masalah jantung dan pembuluh darah) di masa datang, bahkan di antara orang-orang yang memenuhi anjuran aktivitas fisik 150 menit per minggu.
“Penyakit kardiovaskular adalah masalah kesehatan masyarakat yang besar, dan kita tahu bahwa cukup olahraga bisa menjadi cara ampuh untuk mengurangi risiko penyakit di masa depan. Karena alasan ini, pedoman tersebut menyatakan dengan jelas bahwa mencapai setidaknya 150 menit per minggu sangat penting,” Khursid menambahkan.
“Sebaliknya, efek dari perilaku sedentari pada penyakit kardiovaskular lebih sedikit diketahui. Namun dapat dipastikan, menghindari perilaku sedentari yang berlebihan juga penting,” tegasnya.
Risiko kematian meningkat setelah duduk 10,6 jam per hari
Studi yang diterbitkan di Journal of the American College of Cardiology (November 2024) ini mengolah data (dari UK Biobank) hampir 90 ribu partisipan berusia rata-rata 62 tahun.
Di awal penelitian, semua peserta memakai alat pengukur gerakan di pergelangan tangan mereka selama lebih dari 7 hari.
Setelah periode tindak lanjut selama rata-rata 8 tahun, sekitar 5% partisipan mengalami fibrilasi atrium (jenis aritmia), sekitar 2,1% dengan gagal jantung, hampir 2% mengalami serangan jantung dan <1% meninggal karena penyebab terkait kardiovaskular.
Berdasarkan analisis, ditemukan bahwa risiko fibrilasi atrium dan serangan jantung terus meningkat seiring waktu. Peneliti melaporkan bahwa risiko gagal jantung atau kematian meningkat secara signifikan setelah mereka duduk melewati 10,6 jam sehari.
Risiko tetap tinggi walau memenuhi rekomendasi aktivitas fisik
Riset ini menemukan pada partisipan yang berolahraga hingga 150 menit per minggu, risiko serangan jantung dan fibrilasi atrium berkurang.
Namun sayangnya, memenuhi anjuran olahraga mingguan tidak menurunkan peningkatan risiko gagal jantung dan kematian kardiovaskular terkait gaya hidup sedentari. Ini penting untuk dicatat.
“Mereka yang lebih malas bergerak juga cenderung melakukan lebih sedikti olaraga/aktivitas fisik. Di antara mereka yang memenuhi anjuran aktivitas fisik, risiko serangan jantung dan fibrilasi atrium berkurang secara substansial. Ini menunjukkan bahwa peningkatan risiko terkait perilaku sedentari berhubungan dengan aktivitas fisik yang tidak mencukupi,” jelas Khurshid.
Tetapi, untuk gagal jantung dan kematian kardiovaskular, peningkatan risiko tetap ada bahkan di antara individu yang aktif. Ini menunjukan bila dampak buruk perilaku sedentari berlebihan ‘mengalahkan’ manfaat dari aktivitas fisik.
Menghindari gaya hidup sedenteri berlebihan
Untuk Anda yang harus duduk berjam-jam di belakang meja, Khurshid menyarankan, “Carilah cara untuk menghindari duduk seharian, seperti menyisihkan waktu untuk berjalan atau memasukkan waktu khusus untuk berdiri dalam sehari – bisa juga menggunakan meja berdiri jika memungkinkan.”
Anda bisa menggunakan pengingat waktu untuk berdiri, misalnya tiap dua jam duduk, kemudian berjalan atau melakukan sedikit peregangan.
Atau jika tidak bisa menghindari waktu duduk yang berlebihan di semua hari kerja, menguranginya pada beberapa hari juga berpotensi membantu, pungkasnya. (jie)