5 Cara Mengatasi Alergi Susu Sapi pada Anak, agar Pertumbuhannya tetap Optimal
alergi_susu_sapi

5 Cara Mengatasi Alergi Susu Sapi pada Anak, agar Pertumbuhannya tetap Optimal

Ibu yang memiliki anak dengan alergi susu sapi pasti pernah merasa khawatir atau cemas mengnai kondisi si Kecil. Hal ini juga dialami oleh Bunga Lenanta, mom influncer sekaligus pemilik jenama fesyen In Ibun A. Ketika anak pertamanya masih berusia kurang dari setahun, sering muncul ruam di kulitnya, dan tidurnya tidak tenang. Ternyata hal itu disebabkan oleh alergi susu sapi.

Kala itu, Bunga belum paham soal dampak negatif alergi susu sapi bagi tumbuh kembang anak. “Aku makin khawatir ketika usianya menginjak satu tahun. Muncul gejala baru seperti batuk-batuk, sembelit, dan kenaikan berat badannya tidak signfikan,” ujarnya.

Baca juga: Mengatasi Alergi Susu Sapi, Hindari Pencetusnya!

Alergi susu sapi (ASS) adalah penyebab alergi makanan nomor dua di Asia, setelah telur. Berdasarkan data dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), prevalensi ASS di Indonesia berkisar 2 – 7,5%.

ASS adalah reaksi yang berlebihan dari sistem imun terhadap protein susu sapi (kasein). “Umumnya, anak yang mengalami alergi susu sapi dapat mengalami remisi seiring bertambahnya usia, biasanya antara usia tiga hingga lima tahun. Namun, ada sebagian kecil anak yang mungkin tetap memiliki alergi hingga dewasa,” ungkap Prof. Dr. Budi Setiabudiawan, Sp.A(K) dalam diskusi daring dalam rangka peringatan World Allergy Wek 2024, Selasa (25/6/2024).

Bisa Ganggu Pertumbuhan

Gejala ASS yang paling umum yaitu ruam kulit dan gatal-gatal. Bisa pula muncul pad saluran napas sperti rinitis (pilek dan bersin-bersin) dan batuk-batuk, atau pada saluran cerna misalnya diare. "Tapi yang paling sering dikeluhkan orangtua adalah sering mulas atau kolik lebih dari tiga jam per hari, lebih dari tiga hari seminggu, selama lebih dari tiga minggu," ujar Prof. Budi.

Ia menekankan, penting bagi orang tua untuk lebih memperhatikan apakah anak mngalami gejala-gejala tersebut setelah mengonsumsi susu sapi ataupun produk turunannya. Dampak ASS awalnya mungkin tampak ringan, tapi bila tidak ditangani dengan baik, bisa berlanjut menjadi berat.

Baca juga: Alergi Susu Sapi Meningkatkan Risiko Stunting, Bagaimana Mencegahnya?

Dalam jangka pendek, ASS dapat menyebabkan ketidaknyamanan, serta kesulitan makan dan tidur. Namun dalam jangka panjang, dampaknya bisa mengganggu tumbuh kembang anak. Si Kecil bisa mengalami malnutrisi, gangguan pertambahan berat badan, hingga keterlambatan pertumbuhan. Kodisi alergi yang dimiliki anak juga bisa berkembang menjadi kondisi atopik lainnya di kemudian hari, seperti asma atau eksim.

Tips Mengatasi Alergi Susu Sapi

Hingga saat ini, belum ada obat yang bisa menyembuhkan alergi. Alergi susu sapi bisa hilang sendiri, atau menetap hingga dewasa. Yang bisa dilakukan adalah mencegah kekambuhan agar tumbuh kembang anak tidak terganggu. Upaya ini bisa membantu remisi alergi; bakat alergi tetap ada, tapi keluhannya lbih jarang muncul.

Berikut ini cara mengatasi alergi susu sapi yang bisa dilakukan oleh orang tua.

1. Berikan ASI

“ASI adalah salah satu yang bisa mempercepat remisi alergi,” ujar Prof. Budi. ASI mengandung berbagai faktor imun yang akan membantu pematangan usus dan meningkatkan imunitas bayi, sehingga tidak mudah beraksi terhadap alergen. Bila si Kecil tidak bisa mendapat ASI karena satu dan lain hal, berkonsultasilah ke dokter mengenai pemilihan susu yang tepat, terlebih bila ada riwayat alergi di keluarga.

2. Hindari susu sapi

“Tata laksana dan langkah penting lain yang harus dilakukan oleh orang tua adalah menghilangkan susu sapi dari diet anak,” tegs Prof. Budi. Bagaimana bila si Kecil masih mendapat ASI eksklusif, tapi menunjukkan gejala alergi setelah ibu mengonsumsi susu atau produk turunannya? Berkonsultasilah ke dokter. Bila si Kecil didiagnosis ASS, maka ibu harus menghindari semua produk yang mengandung susu sapi.

Bila anak sudah mendapat MPASI atau sudah lepas sepenuhnya dari ASI, “Maka bacalah label makanan dengan teliti.” Hindari semua pangan olahan yang mendandung susu sapi dan produk turunannya.

3. Beri probiotik

ASI mengandung probiotik dan prebiotik, yang turut membantu menyehatkan saluran cerna dan mengoptimalkan imunitas anak. Bayi yang tidak bisa mendapat ASI, bisa diberikan probiotik tambahan dari luar.

Baca juga: Beda Alergi Susu Sapi dengan Intoleransi Laktosa

4. Jangan ganti dengan susu kambing

Banyak yang mengira, bila anak alergi terhadap susu sapi, maka bisa diganti dengan susu kambing. Sayangnya, pendapat ini kurang tepat.“Protein susu kambing sama susunannya dengan susu sapi. Jadi kalau anak sudah didiagnosis terkena alergi susu sapi, maka susu kambing dan turunannya tidak bisa menggantikan," jelas Prof. Budi.

5. Berikan susu yang tepat

Prof. Budi menegaskan, orang tua perlu mencari sumber nutrisi alternatif yang memiliki kandungan zat gizi makro seperti karbohidrat, protein, dan lemak, serta kandungan gizi mikro seperti vitamin dan mineral yang dibutuhkan dalam fase pertumbuhan anak. Ada beberapa alternatif formula khusus untuk anak dengan ASS.

“Kalau alergi ringan dan sedang bisa dengan formula terhidrolisa ekstensif,” ujarnya. Pada formula ini, protein sapi dipecah menjadi partikel yang sangat kecil, sehingga lebih mudah dicerna leh si Kecil. Pada kasus alergi berat, yang disarankan adalah formula asam amino. Formula jenis ini mengandung asam amino bebas, sehingga bisa langsung diserap oleh saluran cerna si Kecil tidak perlu dipeah dulu menjadi peptida.

Pada bayi/anak yang belum menunjukkan gejala ASS tapi ada riwayat alergi di keluarga, bisa diberikan formula hidrolisa parsial. Protein susu sapinya sudah dipecah, tapi tidak sekecil yang terkandung pada formula hidrolisa ekstensif.

Bagaimana dengan susu kedelai? Yang direkomendasikan adalah formula isolat kedelai, bukan susu kedelai biasa. Pada formula isolat kedelai, protein kedelai yang sudah diproses dan difortifikasi sehingga bisa memenuhi kebutuhan gizi bayi. Formula isolat kedelai bisa digunakan pada bayi yang telah menunjukkan gejala alergi susu sapi, dan tidak disarankan sebagai pencegahan sebelum alergi muncul. Umumnya tidak disarankan untuk bayi <12 bulan.

Baca juga: Susu Hipoalergenik

Alergi susu sapi bisa mengganggu tumbuh kembang si Kecil bila tidak ditangani dengan tepat. Kenali gejalanya sejak awal. Bawalah si Kecil ke dokter untuk mendapatkan diagnosis yang tepat, dan penuhi kebutuhan nutrisinya. Tidak perlu memantang semua makanan, karena justru bisa mmbuat anak kekurangan nutrisi. “Jangan lupa, pantau pertumbuhan dan perkembangan secara rutin,” tandas Prof. Budi. (nid)

__________________________________________

Ilustrasi: Image by freepik