Indonesia tengah memasuki musim pancaroba, yaitu peralihan dari musim hujan ke musim kemarau. Periode peralihan ini kerap diwarnai dengan munculnya berbagai penyakit, salah satunya demam berdarah dengue (DBD).
Kemenkes menyebut, data 2024 hingga hingga minggu ke-11 (pertengahan Maret) 2024 mencatat kejadian DBD di Indonesia mencapai 35.556 kasus. “Angka kematian 290 kasus, dengan angka kematian tertinggi di Jawa Barat yaitu 94 kasus,” ungkap Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementrian Kesehatan RI, dr. Imran Pambudi, MPHM, dalam diskusi media bersama Kemenkes dan PT Takeda Innovative Medicines di Jakarta (21/3/2024).
Perubahan iklim yang memengaruhi pola hujan, ditengarai turut berkontribusi terhadap peningkatan kasus DBD. "Sekarang hujannya ini aneh. Bisa hujan deras selama beberapa hari, kemudian panas. Ini yang bahaya,” imbuh dr. Imran. Saat hujan berhari-hari, terbentuklah sarang-sarang nyamuk di genangan air. Begitu cuaca panas, telur nyamuk pun menetas, dan menjadi nyamuk A. aegypti dewasa yang merupakan vektor virus dengue.
Diskusi bersama Kemenkes dan Takeda / Foto: dok. Ngobras
Beberapa daerah telah menetapkan status KLB (Kondisi Luar Biasa) dengue. Misalnya saja Jepara, Kutai Barat, dan Lampung Timur. Bukan berarti ini membuat kita pesimis untuk mencapai target nol kematian akibat dengue pada 2030. “Sangat krusial untuk membangun sinergi yang kuat antara sektor publik yaitu pemerintah, dan sektor swasta,” tegas dr. Imran.
Kemenkes telah membuat blueprint berupa Strategi Penanggulangan Dengue 2021 – 2025. Namun demikian, implementasinya harus dilakukan dari tingkat terkecil yaitu keluarga. “Semakin banyak keluarga bergerak, maka akan membantu kita mendekati target <10 kasus per 10.000 penduduk. Implementasi 3M Plus masih memegang peran yang sangat krusial dala pengendalian kasus DBD,” tutur dr. Imran.
Giatkan 3M Plus di Musim Pancaroba
Di musim pancaroba ini, upaya 3M Plus perlu lebih digiatkan lagi. “Musim tidak bisa kita kendalikan. Yang bisa kita kendalikan adalah sarang nyamuk; ini yang harus diberantas,” ujar dr. Alvin Saputra, Edukator Kementerian Kesehatan. Upaya 3M yaitu menguras dan menutup tempat penampungan air, serta mengenyahkan sampah yang berserakan, masih jadi cara paling efektif untuk PSN (pemberantasan sarang nyamuk). Jangan biarkan sampah berserakan karena bisa menimbulkan genangan air.
Bagaimana dengan fogging? “Tidak efektif; hanya buang-buang uang, dan menimbulkan polusi udara. Fogging hanya membunuh nyamuk dewasa, dan tidak membasmi sarang nyamuk,” tandasnya.
Untuk upaya ‘Plus’, banyak yang bisa dilakukan. “Misalnya memasang kelambu, atau memakai losion pengusir nyamuk. Kita juga bisa menggunakan inovasi terkini seperti nyamuk ber-Wolbachia, dan vaksin dengue,” imbuh dr. Alvin.
Hal senada disampaikan oleh dr. Ngabila Salama, MKM, Edukator Kementrian Kesehatan. “Sehat dimulai dari diri sendiri dan keluarga. Vaksinasi adalah cara mudah dan murah untuk mencegah penyakit,” ujarnya. Vaksinasi dengue dilakukan dalam dua dosis (2x penyutikan), dengan selang 3 bulan antara dosis 1 dan dosis 2. “Bila kita sisihkan sedikit penghasilan kita, kita bisa menyelamatkan jiwa dari bahaya DBD,” imbuhnya.
Tersedia dua jenis vaksin di Indonesia. Yang terbaru yaitu produksi Takeda, yang peruntukan rentang usianya lebih panjang dibandingkan vaksin terdahulu, yaitu 6 – 45 tahun. “Vaksin ini memberikan perlindungan terhadap keempat serotipe virus dengue, dan bisa langung diberikan tanpa melakukan pmeriksaan status dengue terlebih dahulu,” jelas dr. Imran.
Vaksin dengue sudah tersedia di RS dan beberapa klinik vaksin. Takeda mendapatkan penghargaan perunggu PR Indonesia Award 2024 kategori Program Corporate PR untuk Perusahaan Swasta. Penghargaan ini mengakui program corporate PR yang dijalankan oleh Takeda dalam kemitraan dengan Kementerian Kesehatan RI dalam upaya pencegahan DBD di Indonesia sebagai serangkaian kegiatan yang komprehensif dan berdampak besar.
“Penghargaan dari PR Indonesia merupakan pengakuan atas komitmen kuat kami bersama dengan Kementerian Kesehatan dalam memerangi DBD di Indonesia. Pencapaian ini menggarisbawahi dedikasi kami untuk membuat perbedaan nyata dalam kesehatan masyarakat, sesuai dengan keahlian kami,” ujar Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, Andreas Gutknecht.
Komitmen Takeda dalam pencegahan DBD antara lain dengan berpartisipasi sebagai salah satu anggota pendiri Koalisi Bersama (KOBAR) Lawan Dengue, yang digagas oleh Kaukus Kesehatan DPR RI dan Kementerian Kesehatan. Selain itu juga dengan memproduksi vaksin dengue. “Kami memprioritaskan akses vaksin ke negara endemik dengue seperti Indonesia, dengan harga yang terjangkau,” imbuh Andreas.
Musim pancaroba datang dan pergi. Yang terpnting, kita selalu siap dengan 3M Plus. Berikan perlindungan lebih untuk diir dan keluarga dengan vaksinasi. (nid)
_____________________________________________
Ilustrasi: Image by Freepik