Kutil kelamin (genital warts) menjadi salah satu infeksi menular seksual yang paling sering ditemui. Rata-rata kulit kelamin bisa disembuhkan. Tetapi pada sebagian kecil kasus kutil kelamin bisa sebabkan kanker serviks.
Kulit kelamin dan kanker serviks merupakan infeksi virus HPV (Human Papilloma Virus). Umumnya, tipe HPV yang menyebabkan kutil kelamin tidak sama dengan tipe HPV yang menyebabkan kanker serviks.
Namun dalam beberapa kasus, ketika kutil kelamin terjadi di leher rahim (serviks) atau di dalam vagina, hal ini dapat menyebabkan perubahan serviks (displasia) yang pada akhirnya bisa berujung pada kanker serviks sebagai bentuk komplikasinya.
Sebagian besar (90-95%) kasus kutil kelamin disebabkan oleh HPV risiko rendah (tipe 6 dan 11). “Tetapi sebagian kecil oleh HPV risiko tinggi (tipe 16, 18, 31, 33) yang bisa bertransformasi menjadi kanker serviks,” terang dr. Amelia S. Soebyanto, SpDV, dari Klinik Pramudia, Jakarta.
Baca: Mencegah Kekambuhan Kutil Kelamin, Ini Saran Dokter
Bahkan CDC (Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS) menyebutkan HPV tidak hanya bisa menyebabkan kanker serviks, tetapi juga kanker lain, termasuk kanker vulva, vagina, penis, atau anus.
Tidak ada cara untuk mengetahui siapa yang akan mengembangkan kanker atau masalah kesehatan lainnya akibat infeksi HPV. Orang dengan sistem kekebalan yang lemah (termasuk mereka yang mengidap HIV) mungkin kurang mampu melawan HPV. Mereka juga lebih mungkin mengembangkan komplikasi HPV.
Terkait faktor risiko, dr. Amel menambahkan, “Mereka yang berisiko tinggi untuk mendapatkan kutil kelamin adalah mereka yang aktif secara seksual dan memiliki kebiasaan berganti-ganti pasangan seksual tanpa menggunakan kondom, memiliki riwayat infeksi menular seksual, serta memiliki gaya hidup yang kurang sehat seperti sering mengonsumsi alkohol dan merokok.”
Deteksi dini lewat pap smear
Salah satu deteksi dini kanker serviks adalah melalui pemeriksaan pap smear. Dilakukan pada mereka yang sudah aktif melakukan hubungan seks dan wanita yang sudah menikah.
Pap smear sebaiknya dilakukan rutin (diulang) tiap 3-5 tahun, untuk mendeteksi kemungkinan adanya kanker serviks sejak stadium awal yang biasanya tidak bergejala. Pada mereka yang berusia 30 tahun ke atas disertakan pula pemeriksaan HPV DNA, untuk melihat adakah virus HPV risiko tinggi.
Walau risiko kutil kelamin bisa menyebabkan kanker serviks kecil, tetapi dengan perilaku seks sembarangan atau terlalu sering melakukan vaginal douching (mencuci organ intim menggunakan cairan pembersih), gesekan berulang di area intim bisa mencetuskan keganasan. “Sehingga perlu rutin pemeriksaan pap smear, dan HPV DNA kalau perlu,” tegas dr. Amel.
Tak kalah penting, setiap perempuan perlu lebih memperhatikan kondisi area intimnya. “Saat mandi atau cebok rabalah apakah ada benjolan, gatal, keputihan, dll. Kalau ada benjolan lihat pakai cermin,” dr. Amel menyarankan. “Misalnya ada benjolan seperti jerawat yang sebelumnya tidak ada sebaiknya periksa ke spesialis kulit kelamin.”
Vaksin HPV bermanfaat?
Kanker serviks adalah satu-satunya kanker yang bisa dicegah melalui vaksinasi. Vaksin HPV terbukti efektif untuk mencegah kanker senviks, terutama bila diberikan saat seorang wanita belum pernah melakukan hubungan seks.
“Selain bisa untuk mencegah kanker serviks, vaksin HPV juga bisa mencegah kekambuhan kulit kelamin,” tukas dr. Amel. Itu sebabnya Anda tidak boleh menyepelekan kutil kelamin, bisa sebabkan kanker serviks. (jie)