Kabar baik bagi para pecinta kopi, penelitian terbaru menyatakan bila kopi tidak memicu gangguan aritmia, justru sebaliknya, menurunkan risiko gangguan irama jantung hingga 3%.
Sebelumnya ada anggapan bila minum kopi berlebih bisa sebabkan aritmia (gangguan irama jantung), khususnya takiaritmia.
Takiaritmia - dikenal juga dengan takikardia - merupakan gangguan irama jantung yang terjadi jika jantung berdenyut lebih dari 100x per menit dalam keadaan istirahat.
Sebenarnya detak jantung yang lebih cepat normal terjadi bila kita sedang melakukan aktivitas fisik atau olahraga. Saat mengalami takiaritmia, terjadi peningkatan sinyal listrik di jantung, dari yang biasanya 60-100 kali per menit saat istirahat, menjadi >100x per menit.
Sebagian besar aritmia tidak berbahaya, tetapi takiaritmia yang berlangsung dalam waktu lama, tidak diobati, berisiko menyebabkan komplikasi serius, termasuk gagal jantung dan serangan jantung mendadak. Bisa menyebabkan kematian.
Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Eun-jeong Kim, dkk, dari Divisi of Cardiology University of California, AS, diterbitkan di jurnal online JAMA, 19 Juli 2021 lalu.
Peneliti berusaha menjawab pertanyaan apakah konsumsi kopi dalam jumlah sedang / biasa berhubungan dengan risiko gangguan irama jantung, dan apakah hubungan tersebut dimodifikasi oleh varian genetik yang memengaruh metabolisme kafein?
Riset ini menganalisa data dari UK Biobank antara 1 Januari 2006 hingga 31 Desember 2018. Setelah kriteria eksklusi diterapkan, ada sebanyak 386.258 individu yang dianalisis. Rata-rata peserta berusia 56 tahun, 52,3%-nya adalah wanita.
Selama masa pengamatan 4,5 tahun 16.979 orang mengalami insiden aritmia. Setelah disesuaikan dengan karakteristik demografik, kondisi komorbid dan gaya hidup, peneliti mendapati hubungan yang sebaliknya. Setiap cangkir tambahan kopi yang mereka minum justru berhubungan dengan 3% penurunan risiko gangguan irama jantung.
Pada analisa tiap jenis aritmia, konsumsi kopi efektif menghambat kejadian fibrilasi atrium (gangguan irama jantung paling umum) dan/atau atrial flutter (atria jantung berdetak sangat cepat, tetapi dengan laju yang teratur; menghasilkan kontraksi lemah dari atria), atau takikardi supraventrikular (kondisi detak jantung cepat yang abnormal yang berasal dari suatu tempat di atas ventrikel).
Dalam riset mendelian acak (mendelian randomization study) menggunakan varian genetik yang memetabolisme kafein terlihat tidak ada hubungan signifikan antara kecenderungan yang mendasari metabolisme kafein yang berbeda dan risiko insiden aritmia.
“Dalam studi kohort prospektif ini, jumlah kebiasaan konsumsi kopi yang lebih besar berbanding terbalik dengan risiko aritmia yang lebih rendah, tanpa bukti bahwa metabolisme kafein yang dimediasi secara genetik mempengaruhi hubungan tersebut,” tulis peneliti sebagai kesimpulan penelitian.
“Riset mendelian acak gagal membuktikan bahwa konsumsi kafein berkaitan dengan gangguan irama jantung.”
4 cangkir maksimal
Sebelumnya Eun-jeong Kim dalam rapat virtual Heart Rhythm Society menyebutkan konsumsi kopi harian maksimal empat cangkir sehari, berkaitan dengan penurunan kejadian gangguan irama jantung.
“Pesan utama dari penelitian kami adalah melanjutkan konsumsi kopi secara rutin dalam porsi moderat tampaknya tidak berbahaya terhadap risiko aritmia secara keseluruhan,” katanya.
Kim dan timnya memang tidak mengeksplorasi lebih lanjut mengapa kopi justru bisa menurunkan risiko gangguan irama jantung. Namun, ini mungkin dikarenakan kopi kaya akan polifenol yang kerap dikaitkan dengan fungsi sel yang lebih baik di jantung dan pembuluh darah.
Ada pun polifenol adalah komponen tumbuhan yang tinggi antioksidan. (jie)