Penelitian terbaru menunjukkan hasil yang menggembirakan yakni bila dua dosis vaksin AstraZeneca atau Pfizer efektif pada varian Delta virus corona, seperti juga pada varian Alpha. Riset ini dipublikasikan di New England Journal of Medicine, Rabu (22/7/2021) lalu.
Ilmuwan mengatakan vaksin AstraZeneca dan Pfizer efektif untuk varian Delta, yang saat ini mendominasi kasus COVID-19 di seluruh dunia, dengan menekankan bila satu dosis vaksin tersebut belum cukup untuk memberikan perlindungan yang optimal.
Studi ini menguatkan temuan Public Health England (PHE) berbasis data real-world pada efikasi vaksin AstraZeneca dan Pfizer di Mei 2021 lalu.
Riset yang dilakukan oleh Jamie Lopez Bernal PhD, Nick Andrews PhD, dkk, ini memperlihatkan bila dua dosis vaksin Pfizer 88% efektif mencegah infeksi bergejala akibat varian Delta, dibandingkan dengan 93,7% terhadap varian Alpha.
Sementara dua dosis vaksin AstraZeneca 67% efektif untuk varian Delta, lebih tinggi dari yang dilaporkan sebelumnya yakni 60%. Dan, 74% efektif terhadap varian Alpha, dibandingkan dengan perkiraan awal yang hanya 66%.
“Hanya ada perbedaan kecil dalam efektivitas vaksin yang dicatat terhadap varian Delta dibandingkan pada varian Alpha setelah menerima dua dosis vaksin,” tulis peneliti, melansir Reuters.
Sebagai pembanding, data dari Israel menunjukkan efikasi vaksin Pfizer pada infeksi bergejala akibat varian Delta yang lebih kecil, meskipun perlindungan terhadap infeksi berat tetap tinggi.
Pada Juni 2021 lalu Kementerian Kesehatan Israel mencatat efektivitas vaksin Pfizer dalam mencegah infeksi dan penyakit bergejala turun menjadi 64%, tetapi tetap efektif hingga 93% dalam mencegah kejadian rawat inap dan infeksi serius akibat virus corona.
PHE sebelumnya mengatakan bila dosis pertama baik vaksin AstraZeneca atau Pfizer ditemukan 33% efektif mencegah infeksi bergejala akibat varian Delta virus corona.
Sementara dalam riset terbaru ini ditemukan bila satu dosis vaksin Pfizer punya efektivitas 36%, dan satu dosis vaksin AstraZeneca sekitar 30%.
Peneliti menggunakan dua pendekatan untuk memperkirakan efek vaksinasi pada varian Delta. Pertama, membandingkan status vaksinasi pada orang dengan gejala mirip COVID-19 tetapi memiliki hasil tes negatif. Pendekatan ini membantu peneliti mengendalikan bias terkait dengan perilaku mencari pelayanan kesehatan, akses ke pengujian dan penetapan kasus.
Untuk analisis sekunder, membandingkan proporsi orang dengan kasus yang disebabkan varian Delta terhadap varian Alpha berdasarkan status vaksinasinya.
“Temuan kami tentang penurunan efektivitas setelah dosis pertama akan mendukung upaya untuk memaksimalkan penyerapan vaksin dengan dua dosis di antara kelompok rentan, dalam konteks peredaran varian Delta,” tulis peneliti dalam laporannya. (jie)
Baca juga: Vaksin COVID-19 Dosis Ketiga Belum Diperlukan, Peneliti Menjawab