Virus corona varian Delta, atau yang sebelumnya dikenal sebagai varian India B.1.617.2, kini menjadi varian yang mendominasi di beberapa negara. Di Indonesia, lonjakan kasus di Kudus, Bangkalan dan DKI Jakarta juga didominasi oleh varian Delta.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes dr. Siti Nadia Tarmizi mengatakan, dari 34 spesiemen dari Kudus yang diperiksa menggunakan teknik whole genome sequencing (WGS), 28 di antarannya positif varian Delta.
Para peneliti melihat ada perubahan pola gejala yang ditimbulkan oleh varian Delta. Berdasarkan data dari ribuan orang dalam Zoe Covid Symtom Study terlihat varian Delta kemungkinan hanya menimbulkan gejala mirip flu pada orang muda.
Tim Spector, profesor epidemiologi di King's College London, yang menjalankan Zoe Covid Symtom Study mengatakan sekitar 90% kasus COVID-19 di Inggris disebabkan oleh varian Delta.
Sementara itu di Amerika Serikat, Dr Anthony Fauci, direktur Institut Penyakit Menular dan Alergi AS menjelaskan 6% kasus baru di AS disebabkan oleh varian Delta. “Bahkan di Inggris kejadian pada usia 12 – 20 tahun juga mayoritas oleh varian Delta,” kata Dr Fauci, mengutip Health.com.
Times of India menulis gejala virus corona varian Delta pada umumnya tidak berbeda dengan virus aslinya, namun gejala-gejala tersebut menjadi lebih parah dan lebih sulit ditangani.
Gejala tersebut meliputi diare, sakit perut, hilangnya selera makan, mual, muntah, nyeri sendi dan gangguan pendengaran.
Gejala varian Delta sedikit berbeda dengan varian pertama yang menyebar di AS. "Sekarang virus corona bertindak berbeda. Ini lebih seperti flu berat. Orang mungkin berpikir mereka baru saja terkena flu musiman," kata Spector dalam pemaparan Zoe Covid Symtom Study di YouTube.
Dia menjelaskan bahwa gejala umum varian Delta adalah sakit kepala, dan ini diikuti oleh sakit tenggorokan, pilek dan demam.
"Itu bukan gejala klasik yang lama," kata Spector. "Gejala lain adalah batuk, meskipun lebih jarang." Dia menambahkan bahwa kehilangan penciuman (anosmia) bukan di antara 10 gejala teratas yang dilaporkan bagi mereka yang memiliki varian Delta.
Lebih mudah menular pada anak
Dari sekian banyak varian baru virus SARS-CoV-2, varian Delta adalah yang paling mudah menular. Para ilmuwan dari India menyebutkan, varian Delta disebut 50 % lebih menular daripada varian Alpha atau varian pertama virus corona. Itulah sebabnya para ilmuwan percaya itu menjadi varian dominan secara global.
Dr. Anthony Fauci mengatakan saat ini varian Delta bahkan telah menjadi varian dominan di Inggris, menggantikan varian Alpha atau B.1.1.7 dari Inggris.
Salah satu kekhawatiran yang timbul dari virus corona varian Delta adalah kemampuan infeksinya yang disebut lebih mudah menyerang usia anak-anak. Badan Kesehatan Masyarakat Inggris (PHE) melaporkan adanya sedikit peningkatan kasus COVID-19 pada anak-anak yang sejalan dengan peningkatan infeksi varian Delta di tengah masyarakat. (jie)
Baca juga: Kasus Virus Corona Varian India Terus Bertambah, Sudah Saatnya Pakai Masker Ganda