Calon vaksin yang diproduksi oleh perusahaan farmasi Moderna di AS menunjukkan bukti yang menggembirakan saat diujicobakan pada manusia. Vaksin tersebut tampak mampu ditoleransi tubuh dengan baik (aman) dan menstimulasi sistem imun untuk melawan infeksi virus corona.
Peneliti melihat neutralizing antibodies (bagian respon humoral dari sistem imun adaptif terhadap virus, bakteri, dan racun mikroba) ditemukan pada delapan orang yang terlibat dalam ujicoba ini. Mereka juga mengatakan bila respon imun yang terjadi mirip dengan bila seseorang terinfeksi virus sebenarnya.
Moderna termasuk salah satu perusahaan yang pertama memulai project vaksin COVID-19 dan mengujicobakannya pada manusia. Vaksin eksperimental ini disebut mRNA-1273.
Calon vaksin ini mengandung potongan kecil kode genetik virus SARS-CoV-2 yang disuntikkan ke pasien. Ia tidak cukup kuat untuk menimbulkan gejala infeksi seperti virus aslinya, tetapi cukup untuk memancing respon sistem kekebalan tubuh kita.
Ujicoba ini dilakukan bekerjasama dengan National Institute of Allergy and Infectious Diseases milik pemerintah AS. Tes dilakukan pada delapan orang pertama, dari 45 subyek yang direncanakan. Vaksin dibagi menjadi tiga kategori: dosis rendah, sedang dan tinggi. Dosis paling tinggi tampaknya memberikan efek samping terbanyak.
Pada dosis kesil sampai sedang, satu-satunya efek samping yang nampak adalah kemerahan dan pegal di lengan tempat suntikan diberikan. Tetapi pada dosis tinggi, tiga orang mengalami demam, nyeri otot dan sakit kepala. Gejala tersebut hilang dalam satu hari.
Namun, peneliti mengatakan bahkan pada mereka yang mendapat dosis terkecil mengembangkan antibodi penawar (neutralizing antibodies) dalam jumlah yang sama dengan pasien COVID-19 yang telah sembuh. Peneliti memutuskan untuk tidak lagi memakai dosis tertinggi pada riset lanjutan, tidak hanya karena efek sampingnya, tetapi karena pada dosis terendah pun sudah cukup.
Para subyek dalam percobaan ini adalah orang sehat berusia 18-55 tahun. Sistem kekebalan tubuh yang membuat antibodi mereka diuji dalam sel yang terinfeksi di laboratorium, dan mampu menghentikan replikasi virus.
Studi ini dikenal sebagai uji coba fase 1 karena dirancang untuk menguji apakah vaksin itu aman, bukan apakah calon vaksin ini efektif. Membutuhkan percobaan dengan subyek yang lebih banyak untuk melihat apakah ia mampu melindungi dari virus corona. Namun, percobaan pada tikus menunjukkan bila vaksin mRNA-1273 tersebut bisa mencegah perkembangan virus di paru-paru.
"Data sementara fase 1 ini menunjukkan bahwa vaksinasi dengan mRNA-1273 memunculkan respons kekebalan yang disebabkan oleh infeksi alami," kata Dr Tal Zaks, kepala petugas medis di Moderna.
“Data ini memperkuat keyakinan kami bila mRNA-1273 memiliki potensi untuk mencegah COVID-19 dan meningkatkan kemampuan kami pada pemilihan dosis untuk sebuah uji coba penting.”
Perusahaan ini telah menjadwalkan untuk mempercepat pengujian, dengan tes fase 2 yang akan segera dimulai melibatkan 600 orang, dan fase ketiga dimulai pada Juli 2020 yang melibatkan ribuan orang sehat. FDA (the Food and Drug Administration) sudah memberikan ‘lampu hijau’ pada Moderna untuk memulai uji coba tahap kedua.
Proyek vaksin virus corona ini dilakukan sejak Januari 2020 lalu, segera setelah para ilmuwan di China mempublikasikan urutan genetik virus corona ini di internet. Bila uji coba ini berhasil, vaksin segera bisa diedarkan luas di akhir tahun ini, atau awal tahuh 2021. (jie)