Alergi pada bayi dan anak-anak bisa dipicu oleh banyak hal, termasuk susu sapi. Beberapa alergi bisa disebabkan oleh pemberian antibiotik yang tidak sesuai.
Alergi berasal dari bahasa Yunani Allon argon, yang artinya reaksi menyimpang terhadap berbagai rangsang/zat dari luar tubuh, misalnya terhadap makanan, debu atau obat-obatan.
Selain dapat diturunkan genetis, alergi pun dipicu faktor lingkungan. Pada anak/bayi yang tidak punya bakat alergi pun dapat menjadi alergi (disebut proses sensitisasi) karena faktor lingkungan.
“Misalnya pada bayi dengan orang tua yang merokok atau janin dari ibu hamil yang merokok. Asap rokok bukan penyebab langsung, tapi ia akan merusak daya tahan terhadap alergen,” terang Dr. dr. Zakiudin Munasir, SpA(K), dari RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Atau terpapar makanan tertentu sejak dini, misalnya sea food, telur atau kacang tanah. Obat-obatan, terutama antibiotik dapat pula menjadi pencetus alergi. Terlalu sering memberikan antibiotik dapat meningkatkan risiko alergi. Demikian pula pada bayi yang tidak mendapat cukup ASI.
Alergi adalah reaksi imunologi yang menyimpang. Untuk alergi susu sapi, terdapat antibodi E (Immunoglobulin E/IgE) spesifik yang khusus ‘anti’ pada protein susu sapi, dalam hal ini adalah kasein dan protein whey.
Kejadiannya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Dari data di Divisi Alergi-Imunologi Dep. Ilmu Kesehatan Anak FK UI prevalensi alergi susu sapi pada bayi 3-7%. Pada anak (yang lebih dewasa) yang menderita eksim (dermatitis atopis)30-45%-nya disebabkan oleh alergi susu sapi.
Gejala umumnya, tukas dr. Zaki, seperti susah tidur, gelisah, kolik dan gagal berkembang. Sebagian besar mengenai saluran cerna, mulai dari bengkak dan gatal di bibir sampai lidah, nyeri dan kejang perut, muntah sampai diare berat dengan tinja berdarah.
“Orangtua mesti waspada atau menduga adanya alergi protein susu sapi saat gejala berkembang dalam 2 bulan setelah pengenalan susu sapi. Atau gejala muncul dalam 2 jam setelah proses menelan. Juga jika ada lebih dari satu sistem organ yang terkena. Terlebih lagi ada riwayat keluarga yang menderita alergi,” terang dr. Zaki.
Baca juga : Awas, Ini Dia Dampak Jangka Panjang Alergi Susu Sapi