Cacar air biasa kita anggap sebagai penyakit biasa dan ringan. Bahkan dulu, tak jarang bila salah satu anak di rumah kena cacar, orang tua akan mendekatkan kakak/adik dengan yang sakit, agar semuanya kena cacar berbarengan. “Cacar air tidak seringan itu. Kalau mengenai orang yang daya tahan tubuhnya jelek, bisa berat,” ungkap dr. Nina Dwi Putri, Sp.A(K), M.Sc (TropPaed).
Banyak pasien dr. Nina, anak-anak penyandang HIV dan penyandang penyakit kronis, harus dirawat gara-gara cacar air. Bahkan ada yang sampai meninggal dunia. Orang dewasa dengan kondisi HIV dan penyakit kronis pun bisa mengalami hal serupa. “Mereka meninggal karena infeksi menjadi berat ke seluruh tubuh. Terjadi peradangan di otak dan sebagainya, hingga tidak tertolong,” sesalnya.
Cacar air disebabkan oleh infeksi virus Varicella zoster. Memang seringnya, keluhan penyakit ini lebih berat bila mengenai usia dewasa ketimbang anak-anak. Bisa dimengerti mengapa orang tua dulu berharap anak-anaknya terkena cacar air saat masih kecil. Namun mengenai anak yang terlalu kecil (bayi, usia <12 bulan), cacar air juga bisa menimbulkan keluhan yang cukup berat. Nafsu makan bayi, termasuk menyusu, akan terganggu. Pola tidurnya terganggu karena gatal/nyeri, bayi jadi sangat rewel, dan bila lentingan cacar air sampai luka karena digaruk, bisa infeksi.
Baca juga: Mencegah Bopeng akibat Cacar Air
Dampak cacar air tak berhenti saat penyakit sembuh. “Anak-anak yang kena cacar air waktu kecil, saat tua nanti berisiko kena herpes zoster,” jelas dr. Nina. Begitu kita terinfeksi Varicella zoster, virus ini tidak pernah meninggalkan tubuh. Alih-alih, dia tidur (dorman) di ujung simpul saraf, dan sewaktu-waktu bisa aktif kembali. Inilah yang disebut herpes zoster.
Herpes zoster umumnya muncul di usia lanjut, khususnya 60 tahun ke atas. Namun bisa pula muncul di usia dewasa muda, bahkan saat anak/anak remaja, bila daya tahan tubuh sedang sangat menurun. Herpes zoster atau disebut juga cacar ular menimbulkan nyeri yang sangat luar biasa, dan nyeri bisa bertahan hingga berbulan-bulan, bahkan setelah lesi di kulit hilang.
Herpes zoster sendiri tidak menular. Namun bila cairan dari lesi herpes zoster terkena orang yang belum pernah kena cacar air, virus Varicella zoster bisa menginfeksinya dan menimbulkan cacar air. “Vaksinasi cacar air melindungi anak dari penyakit ini, sekaligus mencegah herpes zoster di kemudian hari,” tegas dr. Nina.
Baca juga: Bedakan Herpes Genital dengan Herpes Zoster
Sheila Weinmann, dkk (Paediatric, 2019), dalam studinya menemukan, vaksinasi cacar air mengurangi munculnya herpes zoster hingga 78% sampai anak-anak tersebut berusia 18 tahun. Studi ini menggunakan riwayat medis hampir 6,4 juta anak sepanjang 2003 – 2017. Data mereka ditelaah sejak lahir atau masuk ke sistem kesehatan, hingga berusia 18 tahun, sehingga herpes zoster di usia >18 tahun tidak dihitung. Sebanyak 50% anak dalam studi mendapat vaksin cacar air, dan 50% lagi tidak.
Menariknya, anak yang tidak mencapat vaksin cacar air pun ikut terhindar dari herpes zoster. Data pada studi menunjukkan, pada 2003, cakupan vaksinasi berkisar antara 27 – 52%. Rerata herpes zoster pada anak-anak yang tidak divaksin naik dari 2003 – 2007, lalu turun drastis hingga akhir studi. Ditengarai, ini turut berhubungan dengan pemberian vaksin cacar air kedua yang dimulai sejak 2007. Insiden herpes zoster lebih rendah pada anak yang mendapat vaksinasi 2 kali ketimbang yang mendapat 1 kali. Pada 2014, cakupan vaksinasi cacar air mencapai 82% - 91%. Di akhir studi, insiden herpes zoster turun secara keseluruhan (anak yang divaksin maupun tidak) hingga 72%, seiring meningkatnya anak-anak yang mendapat vaksinasi cacar air.
Terlihat bahwa meningkatnya rerata vaksinasi cacar air selama periode studi menurunkan risiko herpes zoster pada anak-anak, termasuk mereka yang tidak divaksinasi. Ini karena tercipta kekebalan komunitas (herd immunity). Herd immunity bisa tercapai bila minimal 80% anak mendapat vaksinasi.
Baca juga: Waspadai Herpes Zoster di Mata, bisa Sebabkan Kebutaan
Berdasarkan rekomendasi IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia), vaksin cacar air (varisela) bisa diberikan pada anak usia 12 bulan ke atas (hingga 18 tahun), dan cukup dilakukan satu kali. Berbeda dengan rekomendasi di Amerika Serikat (AS), di mana dosis pertama dilakukan pada usia 12 – 18 bulan, dilanjutkan dengan booster di usia 4 – 6 tahun sejak 2007. Kondisi AS berbeda dengan Indonesia, sehingga perbedaan rekomendasi sangat mungkin terjadi.
Vaksin cacar air baru tersedia pada 1995. Tentunya, orang tua kita tidak mendapat vaksinasi tersebut, dan bisa kena herpes zoster. Kita bisa melindungi mereka kita dengan vaksin herpes zoster. (nid)