Penyakit demam berdarah dengue (DBD) sejauh ini telah banyak merenggut nyawa anak-anak dan dewasa. Sejauh ini DBD belum ada obatnya. Tapi sejumlah peneliti dari Unair dan berhasil mengembangkan obat DBD.
Biasanya terapi demam berdarah dengue hanya dengan melakukan rehidrasi. Pasien perlu banyak minum oralit, larutan gula garam, jus buah, susu atau minuman isotonik. Suplai cairan perlu untuk mengganti penguapan cairan tubuh akibat suhu badan naik, mengganti cairan dalam pembuluh darah yang bocor dan untuk menetralkan suhu tubuh. Panas yang tinggi dibantu dengan obat penurun panas golongan paracetamol.
Dengue merupakan flavivirus yang ditularkan nyamuk Aedes Aegypti, dengan 4 serotype antigen yang berbeda (DEN-1 hingga DEN-4). Ke depan, DBD tidak lagi menakutkan. Tim peneliti dari Lembaga Penyakit Tropis Universitas Airlangga, Surabaya, telah menemukan obat untuk penyakit ini.
Penelitian dilakukan dengan menguji manfaat ekstrak tumbuhan Melaleuca alternifolia yang tumbuh di Benua Australia. Tanaman ini, biasa dijadikan obat tradisional suku Aborigin Australia di wilayah New South Wales untuk mengobati batuk dan demam.
Baca juga : Membedakan Demam Berdarah Atau Demam Biasa
Dari pengujian klinis fase III, didapatkan bahwa bahan aktif MAC (Melaleuca Alternifolia Concentrate) efektif membunuh virus dengue, sekaligus dapat meningkatkan sistem imun. Penelitian ini melibatkan Center for Botanical Medicibe Griffith University, Australia, dimulai sejak 2006. Penelitian dilakukan dalam 3 fase. Fase pertama melibatkan Universitas Gadjah Mada, fase kedua melibatkan Universitas Indonesia dan fase ketiga melibatkan Universitas Airlangga.
Prof. Dr. dr. Nasronudin, SpPD-KPTI, Direktur Lembaga Penyakit Tropis Universitas Airlangga, Surabaya, menyatakan, “Obat ini aman bagi ginjal dan hati dan dapat ditoleransi dengan baik oleh penderita DBD.”
MAC bekerja dengan membunuh virus lewat proses apoptosis, atau proses kematian sel yang terprogram. Digunakan organisme multisel untuk membuang sel yang sudah tidak dibutuhkan. Dengan demikian sel-sel virus akan mati/terbuang, sementara daya tahan tubuh meningkat.
“Efek ini dinamakan imunomodulator. Tidak toksik (beracun) dan aman untuk semua umur pasien," papar Prof. Nasronudin.
Baca juga : Menekan Dengue Dengan Vaksinasi
Penelitian dan uji klinis fase III, menggunakan metode random double-blind dengan kontrol placebo, didukung 5 rumah sakit dan 15 Puskesmas di Jawa Timur, dengan target 530 pasien demam berdarah. Pemberian dosis MAC 300 mg 2x sehari, secara signifikan mampu mengurangi jumlah virus dengan potensi jangkauan kekauatan penurunan pada 96,67% pada 530 penderita. Ini karena MAC dapat meningkatkan daya tahan tubuh.
Prof. Dr. Soegeng Soegijanto, SpA(K) yang ikut memberikan MAC pada pasien menjelaskan, MAC diberikan pada saat demam dengue dideteksi di hari bertama. “Hasilnya, daya tahan tubuh meningkat dan mengurangi infeksi lanjutan demam berdarah,” ujarnya.
Pengusian klinis fase IV sedang dilakukan untuk mendapat ijin edar dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) RI. Jika tahapan ini dapat dilalui, obat DBD ini akan diproduksi secara massal untuk dijual bebas, didistribusikan ke rumah sakit dan Puskesmas. (jie)