Rachel Amanda: “Sekarang Lebih Sayang Diri Sendiri” | OTC Digest
rachel_amanda_terlalu_tampan_kanker_tiroid

Rachel Amanda: “Sekarang Lebih Sayang Diri Sendiri”

Berkat ibu yang terus mendorongnya untuk periksa ke dokter, kanker yang bersarang di tiroid Rachel Amanda terdiagnosis pada stadium yang sangat awal. Setelah operasi pengangkatan tiroid, Manda cukup menjalani radioterapi sekali, tidak perlu kemoterapi.

Awalnya, tiroid Manda tampak membesar, dan ia mengalami gejala hipertiroid seperti cepat capek, dan jantung berdebar-debar. Kini setelah kedua tiroidnya diangkat, Manda kehilangan organ yang mengatur metabolisme tubuh. Dampaknya, tentu, ia seperti orang yang mengalami hipotiroid (kekurangna hormone tiroid). “Aku harus minum obat seumur hidup untuk menggantikan fungsi tiroid,” ujar aktris berusia 24 tahun.

Dua-tiga hari saja tidak minum obat, efeknya langsung terasa: tubuh jadi lemas, tak bertenaga, gampang ngantuk. ‘Awal-awal, aku kadang lupa minum obat, karena belum terbiasa. Tapi sekarang sudah jadi rutinitas, seperti minum vitamin saja,” tutur Manda, yang belum lama ini menyelesaikan studinya di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Obat tiroid sebaiknya diminum konsisten di waktu yang sama, agar regulasi hormon dalam tubuh berjalan baik. “Aku biasa minumnya tiap pagi. Ada juga yang malam sebelum tidur. Yang penting waktunya konsisten,” tandasnya.

 

Pentingnya dukungan

Saat didagnosis kanker tiroid pada 2014, “Shock pasti. Sempat mikir yang aneh-aneh juga.” Manda merasa sangat beruntung memiliki support system yang sangat membantunya. Kebetulan, banyak aonggota keluarganya itu dokter, sehingga cepat memikirkan dan memutuskan, langkah apa yang harus diambil.

Tante dari managernya juga seorang dokter spesialis kanker, di Surabaya. Ketika dia mendengar bahwa Manda kena kanker, dia langsung telepon manager Manda, dan berpesan: “Manda gak boleh stres, harus dibikin happy.

Keluarga, khususnya orangtua, pasti sedih melihat anaknya sakit. Namun sikap mereka yang optimis, membuat Manda juga ikut optimis. “Aku juga ‘dablek’ sih, nggak cengeng. Lebih mikirin langkah berikutnya apa?” Setelah itu ia menjadi lebih tenang untuk menghadapi pengobatan selanjutnya.

Baca juga: Rachel Amanda Dengarkan Nasihat Ibu, Kanker Tiroid Didiagnosis Dini

Kala itu, belum ada komunitas atau support group khusus kanker tiroid di Indonesia. “Jadi, aku bergabung ke support group di Amerika. Untungnya, aku hidup di era yang mudah sekali mendapat informasi,” ujar aktris yang mengawali karirnya sebagai artis cilik. Tidak lama setelah Manda didiagnosis, barulah terbentuk komunitas Pita Toska, komunitas peduli kesehatan tiroid di Indonesia.

Manda percaya, dukungan penuh dari support system dan support group sangat penting bagi pasien kanker. “Bukan cuma obat; menurutku, justru yang paling utama itu dukungan dari orang-orang terdekat,” tegasnya.

 

Lebih sayang diri sendiri

Salah satu yang mengganggu penyandang gangguan tiroid, penyakit tersebut invisible illness. “Tidak kelihatan sakit, tapi sebenarnya capek banget,” ujar Manda. Hingga kini, belum diketahui apa penyebab kanker tiroid. Seperti kanker lainnya, penyebabnya multifaktor, termasuk faktor genetik. Di keluarga Manda, ada riwayat penyakit tiroid; nenek dan tantenya mengalami gangguan tiroid, meski bukan kanker.

“Faktor lain mungkin dari makanan, karena kami sekeluarga doyan makan,” Manda tertawa. Untuk rokok, tidak ada yang merokok di lingkungan keluarga. Namun di lingkungan kerja Manda (baca: lokasi syuting), banyak yang merokok. Manda sadar, kanker yang menjangkitinya adalah manifestasi dari berbagai faktor risiko, yang terakumulasi selama bertahun-tahun.

Setelah kena kanker, Manda sadar bahwa kesehatan  itu ‘mahal’ dan harus dijaga. “Sekarang lebih sayang sama diri sendiri,” tandasnya. Dulu selama masih ada tenaga, semua dilakukan, “Sekarang kalau badan sudah terasa capek, stop dulu.” Kalau ada yang merokok di tempat umum, sekarang ia lebih berani untuk menegur.

Soal makanan, hampir dibilang tidak ada pantangan. Di awal pengobatan, sama sekali tidak boleh makan seafood, “Itu yang bikin aku sedih. Tapi ternyata itu dipantang hanya sebelum prosedur radiasi.” Sekarang, meski sudah bebas makan apa saja, Manda tetap tahu batasannya. “Akhirnya bukan soal boleh atau tidak boleh makan makanan tertentu. Tapi sekarang lebih mikir, apa manfaatnya kalau aku makan itu,” imbuhnya.

Tidak ada perubahan drastis dalam pola hidup maupun kondisi fisik Manda sekarang. Hanya saja, “Rambutku sekarang tidak setebal dulu. Mungkin efek karena aku gak punya tiroid lagi.”

Selain minum obat setiap hari, Manda juga rutin cek ke dokter. Idealnya, sebulan sekali, tapi kini Manda melakukannya 2-3 bulan sekali. Yang diperiksa adalah kadar hormon tiroidnya (TSHS), apakah masih dalam batas normal. Setiap tahun, ia periksa whole body scan, untuk melihat apakah kanker masih ada, atau ada penyebaran.

Bagaimana dengan olahraga? “Akhir-akhir ini aku lagi senang berolahraga. Dua kali sehari olahraga,” ucapnya. Dulu, ia suka olahraga yang ‘berat’ seperti muay thai dan Zumba. Sekarang, Manda memilih yoga dan pilates. Bukan karena sudah tidak kuat, “Tapi aku ada cedera lutut.”

Tak hanya merasa jadi lebih sehat, olahraga rutin juga membuat Manda happy. “Olahraga memicu tubuh mengeluarkan dopamine dan endorphin, itu bikin kita happy dan rileks. Jadi ketagihan,” ungkapnya. Namun ia tidak lantas berolahraga setiap hari; cukup dua hari sekali, agar tubuh punya kesempatan untuk istirahat.

 

Pesan Manda: jangan lengah

Pertama kali bergabung ke support group di Amerika, Manda yang usianya paling muda. Memang, kebanyakan yang kena kanker tiroid itu umur 40 tahun ke atas. Di Pita Toska pun, sebagian besar anggotanya usia kepala 4 ke atas. Namun ia memperhatikan, makin banyak pasien kanker tiroid yang berusia muda, bahkan ada yang masih remaja, 12 tahun. Tak ada jaminan bahwa usia muda tidak akan terkena kanker tiroid.

Menurut Manda, kita sangat dimudahkan dengan kemajuan teknologi. Bisa dapat banyak informasi dari internet, “Tapi carilah sumber yang kredibel.” Bila ternyata didiagnosis kanker, saran Manda, carilah support group dan buat support system.

Manda mengingatkan, mulailah lebih sadar akan kesehatan tiroid. Kenali gejala-gejala gangguan tiroid. Hipertiroid antara lain berat badan turun drastis, tremor (tangan bergetar), jantung berdebar. Sedangkan hipotiroid sebaliknya: mengantuk, berat badan naik. “Bukannya menakuti, tapi aku suka bilang ke teman, kalau susah nurunin berat badan, coba deh cek tiroid,” pungkas Manda. (nid)

___________________________________

Foto diambil dari Instagram Manda (@auroramanda95)