kisah Nita Tjindarbumi SH hidup dengan satu ginjal

“Yang Sakit Ginjalku, Jiwaku Tidak”

 

 

Siapa menduga, Nita Tjindarbumi SH (52 tahun) hanya punya satu ginjal. Mantan jurnalis  Majalah Editor, mengajar di Universitas Brawijaya Malang, menulis buku dan cerpen, sekarang ia  menggeluti dunia rajutan dan sering diminta bicara soal ini di banyak kota. “Dulu dengan 2 ginjal, mungkin Allah menganggap ‘lariku’ terlalu kencang, “ katanya.

Bagi alumni Fakultas Hukum Universitas Airlangga (Unair) ini, ginjal bisa sakit, tubuh bisa tua, tapi semangat berkarya tak boleh padam. “Yang sakit itu ginjalku. Jiwaku tidak. Aku tidak pernah menganggap diriku sakit. Bahwa punya keterbatasan, memang.”   

Satu minggu setelah operasi ginjal, ia memancing bareng taman-teman.” Pulang-pulang baju merah semua, kena darah. Biasalah luka habis operasi darahnya ngerembes, hahaha.” Nita yang berdomisili di Surabaya, melakukan operasi pengangkatan ginjal kiri sekitar tahun 2000. Pastinya kapan, ia tidak ingat, “Tak perlu diingat-ingat juga, hehehe.”   

 

Awalnya batu ginjal

Berawal dari batu tak seberapa besar  di ginjal kanan. Ia menjalani operasi kecil penghancuran batu. Dipikirnya, masalah selesai. Ia lanjutkan aktivitas seperti biasa; saat itu masih menjadi jurnalis. Tak pernah terpikir untuk kontrol rutin. “Makan biasa. Kalau minum kurang. Sekalinya minum, minuman bersoda,” papar kelahiran Tanjung Karang, 12 Januari 1964. 

“Batu ginjal itu penyakit yang menipu. Kelihatannya tidak sakit, tapi begitu ketahuan sudah parah,” ujar Nita. Saat batu bergerak, bisa menggesek dan melukai saluran kencing. “Itu sebabnya saya kadang meriang tanpa sebab.”

Suatu saat, ia merasa ada yang anjlok (jatuh) di perutnya, dibarengi rasa sakit luar biasa. Ia menduga, tumpukan batu ginjal turun dari ginjal ke ureter dan menyumbat. Periksa ke dokter,  dilakukan tes intra venous pyelography (IVP), yakni memasukkan cairan kontras untuk melihat kondisi /kelainan ginjal sampai saluran kencing (ureter).   

Disambung radiasi nuklir (pemeriksaan renograf), untuk menilai fungsi ginjal. “Ternyata ginjal kiri harus diangkat. Kalau dipertahankan bisa kayak bom waktu, akan merusak ginjal kanan,” kenangnya. Nita kaget dan galau. “Aku mencari second opinion ke dokter lain. Kesimpulannya sama: lebih baik hidup dengan satu ginjal sehat daripada dua ginjal rusak,” ujar pemilik brand Mahirajut ini. Butuh satu bulan lebih buat Nita untuk menguatkan tekad menjalani operasi.

Akhirnya operasi dilakukan, dan sukses. Sesaat setelah operasi, masih dalam pengaruh obat bius, “Aku sempat pegang mangkuk berisi ginjal kiri. Mau nangis pun percuma. Mending aku berpikir ke depannya bagaimana.” Dalam 24 jam ia berpikir harus sudah bisa bangun, jadi ia paksa bergerak kiri-kanan, agar saraf-saraf bergerak. “Aku menyemangati diri sendiri. Waktu efek obat biusnya hilang, sakitnya minta ampun hahaha.”

 

Semangat, semangat!

Setelah ginjal tinggal satu, Nita seperti ‘disentil’ Allah untuk menjaga kesehatan dengan lebih baik. Ia rutin check up per 6 bulan atau 1 tahun, dan utamanya menjaga pola makan dan tidak terlalu memforsir tenaga. Pasca-operasi ia sedikit parno (paranoid) dengan kesehatan ginjalnya. Jika merasa tubuhnya tidak enak, ia buru-buru cek laboratorium dan membawa hasilnya ke dokter.

Kadang hasil USG menunjukkan ginjalnya bersih, tidak ada endapan/batu. “Karena masih merasa belum enak, aku periksa lebih detail. Alhamdulillah memang tidak ada apa-apa. Efek psikologis ternyata,” ia tertawa.

Kaya dokter, Nita tidak boleh terlalu capek. Tidak boleh jalan kaki >2 jam, jangan sampai dehidrasi. Dan, harus happy. Masalah makan. “Kata ahli gizi banyak yang dilarang. Aku berprinsip makan saja, asal tidak banyak.” 

Teman-teman menilai, Nita sekarang lebih aktif dibanding sebelum sakit. Ia banyak melakukan kegiatan yang belum pernah dilakukan, seperti naik gunung, ke telaga Sarangan kaki Gunung Lawu, ke bukit Bangkirai menyeberangi canopy bridge di Balikpapan. Mei 2016, ia bersama teman-teman mendaki bukit Punthuk Setumbu di Magelang, Jawa Tengah, tempat lokasi shooting AADC (Ada Apa Dengan Cinta) 2 yang dibintangi Dian Sastro dan sukses meraih penonton.

“Aku lakukan karena happy. Yang penting semangat dan tetap ngukur kekuatan,”ujarnya. “Aku ingin menyemangati orang lain: yang ginjalnya tinggal satu kuat,masa yang masih punya dua ginjal nggak kuat, hahaha.”  (jie)